Hasil pertemuan kecil itu sangat dimanfaatkan oleh Pak Liong memberikan kesan bos besar adalah orang yang pemurah, baik hati dan jauh banget dari kesan monster.
"Percaya deh kalian semua akan betah kayak saya kerja di Ong Living Furniture," Pak Liong mengacungkan jempol ke langit sambil mengedipkan matanya.
Beberapa suara dari pegawai baru di depannya terdengar lega. Enggak cuma mereka, Pak Liong juga merasa lega sehingga ia mengacungkan jempol ke udara.
Gui yang menyaksikan jalannya rapat cuma bisa mendengkus seraya menghirup kopinya. Tanda jempol Pak Liong seakan tanda yang memberitahu Gui bahwa rencana Pak tua itu berjalan mulus. Ia bersandar di kursinya dan menatap layar laptopnya di mana dilihatnya para pegawai itu mulai meninggalkan ruangan satu persatu.
Mata tajam Gui masih mempelajari wajah-wajah baru itu dan alisnya terangkat sebelah ketika cewek kemarin memutar tubuh dan menunjuk ke arah kamera CCTV yang berada di belakang Pak Liong.
Gui memajukan sedikit duduknya dan menanti. Jelas dia mendengar suara cewek itu kepada Pak Liong yang terlihat melongo.
"Pak itu CCTV nya enggak nyambung kemana-mana kan?"
Pak Liong menoleh arah telunjuk Ai. "Maksudnya?"
Ai melangkah mendekati dinding di mana kamera itu mengarah pada meja rapat. "Maksudnya CCTV itu enggak nyambung ke bos besarkan?" setelah berkata demikian Ai tampak terkekeh sendiri. "Ya enggak mungkin kan Pak?"
Pak Liong gelagapan dan mengibas tangannya. "Ya enggak lah. Bos besar nggak bakalan nguping. Soalnya nguping itu tindakan kriminal." dia terbahak kemudian terdiam.
Ai juga tertawa dan mengangguk. "Iya sih Pak bener. Pulang dulu deh. Sampai ketemu hari Senin. Terimakasih Pak Liong."
"Ya sama-sama ya." Pak Liong melambai seraya membatin dalam hati. Matilah aku. Pak Ong nggak dengerkan tadi.
Gui lagi-lagi mendengkus dan menggelengkan kepalanya. Cari mati ya kamu Kwee Liong. Dia mengambil ponselnya dan menekan nomor Pak Liong.
Hanya butuh satu dering saja dan panggilannya sudah tersambung.
"Ya Pak Ong... "
"Jadi apakah aku akan di penjara karena menguping?"
"Aih Pak Ong. Saya cuma bercanda." suara Pak Liong di seberang dibarengin tawa konyol.
Gui berdiri dari duduknya dan menatap pemandangan luar jendela kerjanya. Dia melihat beberapa mobil sedan memasuki halaman rumah. Nggak perlu mencari tahu siapa saja yang datang ke rumahnya dengan mobil-mobil mewah itu. Lan sedang mengundang teman-temannya ke rumah dan akan memakai ruangan khusus di lantai dua untuk kegiatan sosialnya. Gui cukup melihat nanti di postingan sosial media Lan yang bersama teman-teman nya yang mengagumi koleksi perhiasan, tas, sepatu, dan entah apalagi termasuk makanan dan minuman yang mereka nikmati.
Membosankan! Bikin nggak betah! Gui memutuskan percakapan dengan Pak Liong, berjalan keluar dari ruang kerjanya dan masuk ke kamar tidurnya. Dia ke arah ruangan pakaiannya dan menyambar jaket kulitnya dan memakai benda itu dengan cepat. Dia juga meraih kacamata hitamnya dan menyambar kunci mobil. Langkahnya cepat membelah ruang demi ruang di rumahnya dan tanpa sengaja berpapasan dengan salah satu teman Lan yang muncul dari ruang tengah.
Salah satu istri pemilik resort terkenal Bali yang dikenal Gui tampak kaget melihat Gui yang melintas tanpa menyapa. Nikmati apa aja yang ada di rumah ini, dengkus Gui.
Gui masuk ke dalam mobil dan benda itu melesat keluar dari garasi disaksikan oleh Lan dari balkon atas sambil memegang gelas slokinya.
"Suamimu pergi?" salah satu temannya bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Bali
Lãng mạnSkandal pertama dimulai!! Gui Adelio Ong, cowok berdarah Tionghoa, bos besar dari perusahaan asing furniture. Keturunan marga Ong yang berpengaruh di Beijing, Ong Grup Company yang tercatat sebagai 5 besar perusahaan berpengaruh di Asia Pasifik. A...