"Apakah Mama sama Papa takut pada keluarganya, Kelana"
Terdengar protes dari Valeria–adiknya Ben yang tidak menyukai perjodohan antara Kelana dengan Ben sedari awal. Mereka berdua adalah teman bermain sejak kecil. Kalau untuk pernikahan, Valeria tidak menyukai itu. Karena menganggap Kelana menjadikan kekuatan orangtuanya untuk mengikat Ben yang seharusnya berhak mencari jodoh lain.
Gadis yang satu tahun lebih tua dari Kelana itu masih tidak terima soal perjodohan keduanya. "Bukan soal takut, tapi kakak kamu sendiri yang mau. Dia bilang akan menikahi Kelana."
"Tapi kakak nggak suka sama dia, Ma."
"Kakak kamu nggak pernah bilang nggak suka. Kalau memang dia nggak suka, tidak mungkin dia mau perjodohan ini berlangsung. Ditambah lagi kakak kamu tidak akan beli rumah mewah harganya juga puluhan milyar. Itu akan ditinggali ketika menikah nanti." terangnya Jane.
Valeria tidak terima dengan jawaban itu. "Mama egois pokoknya."
"Apa yang kamu nggak suka dari Kelana?"
Jane sendiri tahu kalau putrinya tidak pernah menyukai Kelana dari dulu karena manja. Apalagi sibuk mencari perhatian dari Ben. Sedangkan Ben beranggapan kalau Kelana itu wajar bersikap manja. Dia adalah seorang gadis yang dibesarkan di keluarga penuh dengan kasih sayang.
Menurut Ben juga, mereka akan menikah. Meskipun niat dari perjodohan ini untuk tunangan saja, belum tentu ke jenjang berikutnya. Tapi yang menentukan itu semua adalah Ben, bahwa untuk menikah dia akan memilih Kelana. Meski banyak wanita lain yang mengejarnya.
Jane sendiri tahu sifat anak tertuanya, kalau sudah mengatakan itu pada orangtua, berarti keputusannya tidak bisa diganggu gugat. Keputusan menikahi Kelana tidak bercanda.
"Bicara saja dengan kakakmu kalau kamu mau," usulnya pada Valeria.
Suka tidak suka, Ben pasti akan tetap melanjutkan itu. Ben tidak bisa diusik oleh siapa pun dengan keputusannya. Sekalipun itu orangtua sendiri. Jane sendiri pernah bertanya pada anaknya, apakah keputusannya sudah bulat. Ben menjawab kalau dia sudah menerima Kelana dengan lapang dada. Meski dulu dia selalu marah-marah kalau Jane dan suaminya membahas perjodohan. Berbeda dengan sekarang, ditambah lagi Kelana yang sangat cantik.
"Aku takut pada kakak."
Valeria menjawab dengan berani. Bagaimana dengan Jane yang akan dimarahi oleh suaminya jika berani bertanya seperti itu pada Ben. Anak tertua, dengan sifat dingin. Tahu anaknya paling brengsek dan pernah tidur dengan beberapa wanita. Pada akhirnya dia jatuh juga pada Kelana. Ben mengatakan kalau untuk sekadar pacar, siapa saja bisa. Tapi untuk menjadi istri, dia menjatuhkan pilihan pada Kelana.
"Ingat jadwal penerbangan kita sama keluarganya nanti jam sembilan malam. Jangan membuat kekacauan, Valeria. Mama tidak suka kamu ikut campur ke dalam hubungan kakak kamu."
Tapi Jane sendiri paham kalau Valeria hanya tidak suka manjanya pada Ben digeser oleh Kelana. "Aku tetap tidak menyukainya."
"Bicara pada kakakmu setelah dia pulang bekerja. Dia akan pulang ke rumah ini."
Valeria menghentakkan kakinya di lantai dan pergi meninggalkan Jane sendirian dengan amarah yang masih meledak. Anaknya baru pulang beberapa hari dari luar negeri usai menyelesaikan pendidikan S2 di sana. Tapi mendengar Ben dan Kelana sudah bertunangan, dia menjadi tidak suka seperti itu.
Menurut Jane, calon menantunya memang manja. Tapi dia suka dengan cara Ben merespons Kelana yang sekarang. Sehingga dia merasa Kelana cocok juga jadi menantunya. Meskipun bertahun-tahun Ben mengasingkan diri ke luar negeri, dan akan datang ke rumah ini kalau Ben sudah pulang. Dia hafal jadwal Ben pulang dari luar negeri meski tidak diberitahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELANA (Tersedia Di Google Playbook)
RomanceHARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! (DILARANG MELAKUKAN PLAGIAT) Bagi seorang Ben Aditya Baskoro. Memiliki hidup yang baik-baik saja di usia 27 tahun adalah usia di mana dia bisa hidup dengan tenang. Namun justru kehadiran Kelana kembali ke dalam hidupn...