Kelana makan malam bersama dengan keluarga. Ada kakaknya yang hadir, tapi tidak dengan kakak ipar dan juga keponakannya yang sedang ada acara dengan keluarganya.
Kakaknya cukup dekat dengan Ben, jadi Kelana tahu apa saja yang terjadi terhadap pria itu dari kakaknya sendiri. "Papa, aku dengar calon menantunya Papa dapat mega proyek. Apakah Papa yang kasih?"
"Tidak. Papa bahkan tidak pernah bertemu dengannya. Sejak makan malam keluarga."
"Papa yakin ingin serahkan Kelana pada Ben?"
"Menurut Papa dia lebih baik, David."
"Dengan segala tingkahnya itu?"
Papanya mengangguk, Kelana yang sedang makan mendengar perkataan kakaknya mengenai Ben. Walaupun sebenarnya tidak enak di dengar. Tapi Kelana tahu bahwa kakaknya juga mendukung pernikahan. Tapi ucapan tadi cukup mengena di hatinya Kelana.
"Jangan murung seperti itu, Kelana! Aku hanya ingin memastikan tentang pertunanganmu dengan Ben."
Kelana mengangguk mendengar David. Lalu mereka bicarakan lagi soal itu.
Walaupun sebenarnya sangat sulit diterima oleh siapa pun tentang cintanya Kelana terhadap Ben. Tapi tidak ada alasan lain untuk tidak mencintai pria itu. Kelana ingat waktu, yang memulihkan ingatannya adalah Ben. Bahkan tidak pernah ditinggalkan saat Kelana sakit. Sampai dia sembuh, meski perlakuan pria itu dingin. Tapi ada yang membuat Kelana terharu. Yaitu Ben membawakan dia bunga dan meminta Kelana mengingat segalanya.
Cintanya Kelana semakin kuat sejak itu. Perlahan ingatannya kembali, tapi Ben menjauhinya lagi.
Ya, memang hubungan mereka tidak baik. Tapi Kelana tidak mau gagal dalam menggapai pria itu. "Sebenarnya Papa dari dulu inginkan Kelana sama dia. Karena biar bagaimanapun juga, Ben itu baik. Punya catatan buruk dengan beberapa wanita. Bukan berarti akan membuat kita tidak menerimanya," ujar sang papa.
Kelana langsung tersenyum mendengarnya.
"Dia pintar, Papa. Aku juga tidak bisa menolak dia begitu saja. Dia pintar dan juga kalau soal isi otak. Aku yakin dia lebih pintar dariku. Maka dari itu aku tanya ke Papa soal proyeknya. Apakah Papa yang kasih. Karena dia mendapatkan proyek lumayan besar."
Kelana tahu Ben itu pintar. Bahkan dia mengakuinya kalau calon suaminya itu selain dingin dan punya sisi buruk. Tapi Ben diakui pintar langsung oleh orangtuanya Kelana. "Itulah kenapa Ben memintamu untuk ikuti kelas ini itu. Karena dia ingin kau dan dia setara."
"Apakah aku bodoh?"
David mengangkat bahunya. "Mungkin di matanya kau bodoh."
Kelana cemberut saat melihat David tertawa meledeknya. "David, jangan begitu ke adikmu. Kau tahu sendiri dia itu cengeng."
"Tapi Ben suka gadis cengeng, Mama. Buktinya Ben tidak menolak perjodohan."
Kelana tidak mau mendengarkan ucapan kakaknya. Dia buru-buru menghabiskan makan malamnya. "Oh ya, Ben akan datang malam ini."
Kelana tidak mendapatkan kabar apa-apa dari pria itu kalau dia akan berkunjung ke tempat ini.
Kelana teringat kejadian beberapa bulan lalu saat dia disentuh oleh Ben. Respons pria itu juga masih sama, dingin sekali. Seolah tidak bisa digapai oleh Kelana. Siapa sangka kalau mereka akan bertunangan seperti ini.
Waktu Kelana santai di bawah bermain tabletnya karena ingin belanja. Dia mendengar suara mobil yang masuk ke halaman rumahnya. "Ben deh kayaknya."
Kelana melirik ke arah tiga orang yang sedang mengobrol. "Aku ke kamar dulu, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
KELANA (Tersedia Di Google Playbook)
RomanceHARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! (DILARANG MELAKUKAN PLAGIAT) Bagi seorang Ben Aditya Baskoro. Memiliki hidup yang baik-baik saja di usia 27 tahun adalah usia di mana dia bisa hidup dengan tenang. Namun justru kehadiran Kelana kembali ke dalam hidupn...