Jangan lupa follow setelah baca, ya.
Ben sangat dihormati di perusahaannya sebagai anak dari pemilik perusahaan. Tapi lebih dihormati lagi Kelana ketika berkunjung, semua orang akan berdiri dan memberikan hormat padanya.
Bagaimana mungkin Ben bisa berulah kalau calon istrinya sendiri anak seorang konglomerat. Bukan karena itu saja, tapi karena Kelana yang terlalu berusaha untuknya. Ben menyerah untuk menghindar. Gadisnya terlalu cengeng kalau membahas tentang wanita lain.
Selesai dia mengadakan rapat di kantornya, dia akan rapat di luar untuk akhir pekan ini. Otaknya Ben sudah penuh dengan pekerjaan. Biasanya dalam situasi ini dia butuh wanita di ranjangnya.
Namun, kali ini lebih takut pada orangtuanya Kelana.
Sial, hidupnya sudah benar-benar terikat. Tapi untuk menikah, Ben masih berpikir panjang. Mungkin tiga tahun lagi. Kelana adalah gadis berkelas, meskipun sanggup untuk hidup dengan Ben yang kekayaannya tak setara dengan satu perusahaan orangtuanya Kelana.
Tapi karena papanya yang meminta dia untuk tidak mencari wanita lain lagi. Ben menurutinya, karena lelah melihat Kelana mengejar.
Waktu gadis itu SMA, lebih sering mengantar makanan, Ben membuangnya. Tidak membuat Kelana berhenti. Mendapatkan hadiah ulang tahun jam tangan mahal, Ben mengembalikannya. Sampai orangtuanya mengatakan kalau mereka akan bertunangan. Bukan Ben tidak bisa melawan, tapi hidupnya sudah ditandai orangtua Kelana. Mana mungkin dia berani bertingkah.
Untuk sekadar mampir di kelab saja dia sudah tidak melakukannya. Ben tidak berani berhadapan dengan orangtuanya Kelana.
Dia bertemu dengan Liam dan juga Angela di perusahaan tempat dia rapat kedua kalinya. Lalu mereka mengobrol di ruangan Angela. Tapi dia menjadi bahan bully oleh Liam dan Angela. "Pantas saja aku tidak menemukanmu di kelab lagi."
"Aku sebenarnya mau. Tapi aku takut."
Angela tertawa dengan keras. "Ingat baik-baik, Ben. Kau adalah ketua paling bejat yang aku kenal. Kenapa bisa kau tunduk pada calon istrimu?"
Ben menghela napasnya. "Bukan begitu. Aku lelah dikejar-kejar seperti buronan."
"Kau akan menikah dalam jangka waktu dekat ini?"
"Awalnya aku berpikir mungkin beberapa bulan lagi. Tapi Kelana masih kekanakan. Tunggu dulu."
"Kau yakin mencintainya?"
Ben tidak yakin untuk itu. Tapi mereka dekat sedari kecil, bahkan sampai Ben selesai kuliah dari luar negeri, Kelana menunggu dan menyambutnya di bandara. "Aku hanya kasihan."
"Bukan berarti kau harus menikah, Ben. Ingat derajat tertinggimu itu adalah brengsek. Tidak ada pernikahan di dalam otakmu. Hanya ada selangkangan para wanita satu malammu," Angela tahu seluk beluknya Ben. Sudah pasti bukan hal yang menyinggung lagi bagi Ben.
"Perusahaanku menyewa gedung di milik orangtuanya. Proyekku berjalan dengan lancar, semua atas campur tangan orangtuanya. Kelana gadis lemah meskipun dia bodoh. Aku tidak bisa membiarkan pria bajingan menyakitinya."
"Tapi di atas bajingan itu adalah kau, Ben," celetuk Liam. Dia akan membenarkan ucapan temannya.
Tapi mau bagaimana lagi, Kelana tidak mau jauh darinya. "Buktinya gadis berkelas itu menginginkanku."
"Kelana hanya tidak pernah bertemu pria baik-baik. Dia hanya buta karenamu."
Ben menertawakan Liam. Ingat kejadian beberapa tahun lalu saat dia main basket. Ben didekati seorang gadis yang juga Ben sukai. Tapi Kelana ada di sana. Gadis itu ada di tengah hujan, menyaksikan Ben berpegangan tangan. Dia menangis sambil membawa kotak yang berisi hadiah atas kemenangan Ben. "Aku tidak bisa berkomentar lagi, Liam. Harusnya kalian berdua mendukungku untuk jadi baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
KELANA (Tersedia Di Google Playbook)
RomansaHARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! (DILARANG MELAKUKAN PLAGIAT) Bagi seorang Ben Aditya Baskoro. Memiliki hidup yang baik-baik saja di usia 27 tahun adalah usia di mana dia bisa hidup dengan tenang. Namun justru kehadiran Kelana kembali ke dalam hidupn...