Tiras bertandang ke rumah Roi. Sudah beberapa bulan lamanya mereka tak bertemu. Di satu momentum kali ini, Tiras memanfaatkannya sebaik mungkin. Ia datang dengan motor matic hitam kesukaannya.
"Roi!"
"Masuk aja!"
Perempuan berpotongan rambut seperti laki-laki itu membuka pintu. Pakaiannya santai, kaos hitam bekas baju hajatan dari tetangga belakangnya tahun lalu yang bertuliskan nama Nanang Arya, serta celana hijau lumut kebesaran.
"Sini!" Tiras lantas turun dari motornya. Ia melangkah, memasuki kamar Roi yang dekat dengan pintu utama.
Keluarga Roi mengetahui Tiras sejak mereka SMP. Jadi, saat perempuan bertubuh tambun itu kemari, mereka menyambutnya dengan hangat. Tiras disuguhi minuman dan kudapan. Pintu kamar Roi ditutup, lalu mereka lanjut mengobrol.
"Gimana kuliah kamu?" tanya Tiras.
Roi mencomot keripik. "Ya, gitu, deh. Pusing, tapi ada serunya juga. Kamu sendiri? Udah dapet kerjaan?"
Tiras ditanyai demikian, lantas bercerita panjang-lebar. Perempuan itu mengaku sudah tiga bulan lebih ia mendekam di kamar. Kerjaannya hanya tidur, membersihkan rumah dan makan. Roi turut prihatin. Kawan karibnya itu mengalami kesulitan, tetapi, Tiras sepertinya sangat pandai memakai topeng. Roi mengkeret, reaksi dari ucapan Tiras padanya takut menyakiti Tiras. Jadi, ia hanya menanggapi sebisanya.
Berteman lama membuat Roi tahu bahwa Tiras betul-betul kesepian. Teman-temannya yang lain sudah mulai terpencar, sibuk dengan kehidupannya sendiri. Sedangkan Tiras, mau tak mau ia hanya bisa berbicara dengan tembok. Roi tahu sebab Tiras sendiri yang bilang.
Monolog adalah kebiasaan Roi, tapi jika monolog itu dilakukan terus-menerus tanpa ada suatu reaksi, ia akan kesepian. Lelah. Dan sadar bahwa berbicara sendiri tidak menghilangkan masalahnya. Mungkin, itu juga yang dirasakan Tiras.
Detik jarum jam terus berputar. Semakin lama, Roi mulai kelelahan. Mendengarkan curhatan teman sangat menguras energinya sampai habis tak bersisa. Namun, Roi terlalu kasihan untuk berkata jujur pada Tiras. Ia tidak mau temannya merasa tersakiti.
Diam-diam, Roi menyadari satu hal. Orang yang banyak omong, apalagi membicarakan tentang dirinya, mungkin mereka hanya butuh didengarkan, divalidasi. Tiras memberikan kepercayaan padanya dan akhirnya ia mau mengobrol. Membicarakan banyak hal yang bahkan orang tuanya pun tak tahu apa yang dipendam jauh-jauh oleh Tiras.
Seketika Roi kembali tersadar, ia memberikan respon yang baik kembali. Menatap mata Tiras, mengangguk dan sesekali menimpalinya dengan gurauan.
Perempuan itu sadar, Tiras cuma butuh pelampiasan. Meskipun tahu dimanfaatkan, tapi Roi tidak masalah. Setidaknya Tiras tahu, bahwa ia mempunyai tempat yang nyaman untuk menjadi dirinya yang utuh, tanpa rasa takut dan membuka lebar-lebar dirinya untuk dibaca, dipahami baik-baik oleh teman lamanya. []
23 November 2022
Diketik sehabis makan sayur sop + bakso buatan bapak
![](https://img.wattpad.com/cover/326901357-288-k446104.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua yang Tertimbun dan Terlupakan
SonstigesRemeh-temeh. Tidak begitu penting. Mari buang dan biarkan orang-orang melupakannya! Tenggelam dalam kesibukan, ada beberapa orang yang tidak membiarkan hal-hal itu menjadi sampah. Bisa saja, apa yang orang lain buang itu adalah sesuatu yang menjadi...