Ara yang baru pulang kuliah merasa heran dengan situasi rumah yang ramai. Jungkook yang berada di belakangnya merangkul pundak Nara untuk masuk ke dalam rumah.
Dia tidak bodoh saat melihat bendera kuning terpasang di luar rumah tandanya ada yang meninggal tapi kenapa ada di depan rumahnya?.
Sebelum Ia berangkat kuliah tadi pagi semua orang baik-baik saja. Mama masih memasak menyiapkan sarapan dan Papah bersiap untuk ke kantor semuanya kakaknya juga ada dan baik-baik aja bahakan Bang Seokjin saja ada di rumah.
Nara mulai merasakan sakit di kepalanya setiap langkahnya berjalan sambil dirinya menerka-nerka apa yang sebenernya terjadi? Siapa? Dan kenapa?.
Baru memasuki pintu utama Ia langsung berhadapan dengan Papah. Nara menatap Papah dalam diam, Papahnya masih ada.
Namun kebingungan semakin terjadi saat Papah memeluknya dan Jungkook. Tidak terdengar tangisan atau isakan dari papah namun pelukan dan ucapan Papah benar-benar seperti menjelaskan semuanya.
"Yang sabar ya sayang, tabah. Mamah udah tenang"
Mendengar itu seketika kaki Nara menjadi lemas, pelukan Papah pada Jungkook terlepas dan hanya memeluk Nara.
"Adek jangan gini sayang" ucap Papah yang juga hancur tapi masih mencoba menguatkan putri bungsunya itu.
"Gak mungkin, Mama.... Pa Tadi pagi Mama-" Nara merasakan pelukan dari Papah di ambil alih oleh seseorang.
"Istighfar dek, istighfar" suara ini suara Bang Yoongi.
Yoongi mencoba menengkan Nara, Ia tau bagaimana syoknya sang Adek. Bukan hanya Nara Jungkook dan semuanya bahkan Papah juga sangat syok karena Mamah pergi terlalu tiba-tiba.
Jungkook tidak jauh berbeda dari Nara, Seokjin sang Kakak tertua sedang menengkan nya. Yoongi menghubungi Jungkook supaya mengajak Nara pulang sekarang. Ia tidak memberitahu ada apa dan kenapa hanya saja Yoongi meminta Jungkook segera pulang.
"Bang Yoongi pasti bohong, Mama pasti lagi di taman ngurusin bunga yakan Bang. Bilang sama Adek kalo Abang bohong"
Yoongi tidak menjawab dan masih memeluk sang Adek, pelukannya semakin erat karena pemberontakan Nara.
Tidak jauh berbeda dari Nara dan Jungkook. Hanya saja Taehyung Jimin sedang duduk tidak jauh dari mereka di temani Hoseok dan Namjoon.
Jungkook sudah lebih dulu di bawa Seokjin untuk melihat Mamah setelah Nara lebih tenang, Yoongi membawa sang Adek untuk melihat Mama.
Airmata Nara tidak bisa di bendung lagi melihat bagaimana Mamah nya terbaring terbujur kaku dengan suara-suara lantunan ayat kursi yang di baca oleh orang-orang membuatnya semakin hancur. Mamanya benar-benar sudah tidak ada.
"Ma...mah" ucap Nara dengan bibir yang kelu. Tangannya terulur untuk menyentuh wajah pucat Mamah.
"Mamah jangan tinggalin Adek kenapa Mama pergi, Adek mau ikut Mama aja Adek mau sama Mama" ucap Nara terdengar begitu pilu.
"Jangan tinggalin Adek Ma"
"Adek, Heh sayang bangun"
"Sayang bangun, kamu mimpi apa sih? Ini Mama. Mama gak kemana-mana" ucap Mamah mencoba membangunkan Nara yang sejak tadi berteriak dan saat Mama menghampiri ternyata putri nya itu menangis tersedu-sedu dam masih tidur.
"Ma.. Mamaaa" Nara terbangun lalu berhambur kedalam pelukan Mamanya dan masih menangis.
"Iya tenang dulu tenang" ucap Mama mengusap punggung putrinya.
"Jangan pergi" ucap Nara masih sesenggukan.
"Iya sayang, mama di sini" Mama melepas pelukannya lalu menatap wajah sang putri yang sudah basah dengan air mata entah apa yang di mimpikan putrinya itu.
Nara bersyukur dan sangat bersyukur tadi itu hanya mimpi tapi kenapa terlihat sangat nyata.
.
.
"Makan yah, Mama suapin"
Mereka semua berada di ruang tengah dengan Nara yang terus memeluk Mama.
Seokjin juga pulang setelah mendapat pesan jika sang Adek menangis terus terusan setelah bermimpi Mama meninggal.
"Udah dong dek jangan nangis terus" Mama mengusap air mata Nara yang mengalir keluar kembali.
"Sayang" Papa berjongkok di depan sang putri sambil menggenggam tangannya.
"Denger ya sayang, kematian itu sebuah takdir dan semua orang pasti akan ngalamin"
"Kamu itu hanya Mimpi, Mimpi bagian dari bunga tidur kamu gak boleh kaya gini terus Mama Papa dan Kakak semuanya sedih sayang"
"Lihat Mama, Mama baik-baik aja kan? Manfaatkan moment dan situasi sebaik-baiknya dengan Mama atau dengan siapapun jangan malah seperti ini, gak baik"
"Berdoa buat Mama biar Mama sehat panjang umur, bukan cuman Mama buat Papa sama buat Kakak kakak juga buat Oma" Papa mengusap Pipi Nara dan Nara mengangguk.
Nara masih merasa syok dengan mimpinya. Bahkan semua yang mendengar cerita Mama bagaimana Nara menangis dalam tidurnya lalu tau apa yang membuatnya menangis juga membuat Mereka jadi takut, tidak bisa di pungkiri mereka takut.
Mereka tau, Mereka tidak bisa pergi jauh atau menghindari kematian entah kapan akan datang masa itu mereka hanya bisa menunggu, menunggu giliran siapa dulu yang akan menemuinya.
_____
Udah 40 hari setelah kepergian Mama, pengin banget semua itu hanya mimpi tapi ternyata itu nyata.
Berat, terlalu berat. Kepergian yang sangat mendadak dan bahkan terlalu cepat. Masih ngerasa kaya masa iya, Apa Iya.
Selagi orangtua masih ada, sayangi mereka, doakan supaya panjang umur, selalu sehat.
Mohon doanya buat Mamanya Author
Alfatah.
Terimakasih semuanya yang selalu dukung author, yang masih setia sama cerita ini.
Selamat malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ BTS Abang
FanfictionNara memiliki 7 abang yang sangat menyayangi nya, walopun cara mereka menyayangi Nara Berbeda2.