Chapter 8

2 1 0
                                    

SMA UNIFROM

Bel istirahat telat tiba, Semua siswa dan siswi SMA Unifrom School, berhamburan keluar kelas untuk mencari makan siang dikantin.

Kantin

Terlihat didepanku jarak yang tak begitu jauh Abraham Nugraha murid baru yang gayanya sok cool. Penampilannya urakan, layaknya berandalan.
Nugraha memakan satu tangkap Sandwich, begitu lahap. Tatapannya dingin.

Matanya beralih menatapku. Sial aku kepergok menatapnya. Apa yang akan ia lakukan. Ternyata ia hanya diam saja, mentapku lalu kembali melanjutkan makan.

"Nuga kaya vampir ya kalau diem gitu, Sella jadi takut." Celoteh sella sambil melahap mie ayam.

"Nuga, Nuga, udah kaya sama temennya aja lu, panggil Nuga gitu." Celoteh azel.

Hehe." Yaa, inikan kebiasaan sella, manggil orang pake nama, Gak kaya azel sama alda. Manggilnya Gue-Lu."-Sella.

" zel, Gue baru inget. Abraham Nugraha. SMA Erlangga School. Dia itu mantan ketua Geng Aeroxon. Zildan pernah cerita sama gue." Lanjut Alda, dengan wajah ekspresif.

" Jadi kak arzhan, kak zildan dan kak cio itu punya Geng Motor?." Tanya azel memastikan.

Aku terkejut. Mataku terbuka lebar-lebar saat mendengar pernyataan, Kalau kak Arzhan itu adalah ketua Geng motor The Bad Wolfs.

" IYAA."
" Awalnya sih kak Arzhan ikutan balap liar.
Jadi munculah, nama The Bad Wolfs.
itu nama Geng Motor mereka. So, waktu Zildan nemenin Arzhan balapan liar. Ada dua Gengs Motor yang lagi tawuran.
Kalau ga salah namanya Forex sama Aeroxon. Oh iya. Lu jangan Nethink dulu, Arzhan ikutan itu buat bayar kosannya, udah nungak 3 bulan." - Alda.

Tanganku yang tadi mengenggam ujung sendok, Melepaskan sendok itu, lalu menopang pipi kanan. Aku memundurkan posisi punggungku.

" Ya, tapi kan menurut gue sama aja sih, Apapun alesannya, Gak banget kalau udah ikut-ikutan geng motor gitu, ngebahayain diri. Gue Gak Suka." Tegas Azel.

***

Bogor.


MOESQO HOTEL

Hotel milik Umar yang terletak tidak jauh dari puncak bogor. Setelah libur seminggu, Umar kembali ke bogor, untuk mengurus hotel dan restorannya dibogor.

Umar sibuk membereskan berkas-berkas dokumen penting yang belum ia tanda tangan, didalem ruang kerjanya. Sebagai CEO memang sudah seharusnya ia berurusan dengan berkas-berkas seperti ini, belum lagi meeting dengan client, Invostor-invostor terkenal, ini demi kemajuan Hotel miliknya. Hotel yang sudah dibangun sejak Azel berumur 3 tahun.

Tok! Tok! Tok!

Beberapa ketukan dari balik pintu, Umar mendegarnya, namun ia tidak tau siapa seseorang dibalik pintu itu. Apakah gladis? Sekertarisnya.

" Permisi, Pak."

" iya. Masuk Gladis." saut umar dari dalem ruangannya.

Langkahan High heels yang digunakan Gladis terdengar jelas. Mata Umar hanya Focus pada dokumen-dokumen penting itu.

"Ada apa Gladis?." Tanya Umar matanya beralih menatap gladis, yang berdiri didepannya.

" Saya hanya memastikan saja pak, Apakah dokumen-dokumen yang tadi saya kasih, sudah ditanda tangan?."

Ehm."Gini, saya baru rapihkan dokumen-dokumennya, besok saya kasih. Oh iya, untuk Meeting hari ini tolong kamu reschedule besok. Sekarang saya ada urusan."
" Baik pak."

Halaman terakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang