Chapter 5: Fly Fear Fly

993 179 30
                                    


"Halo?"

"Mam, udah sarapan?"

"Ini lagi masak, Kak. Kakak juga pasti lagi mau cari sarapan, ya?"

"Kakak lagi masak bubur,"

"Rajin amat pagi-pagi masak bubur. Kakak nggak ngantor?"

"Ya ngantor. Lagi pengen aja bikin bubur sendiri. Mam?"

"Hmm?"

"Kalau Kakak nanti ngenalin calon istri Kakak, tolong diterima dengan baik, ya."

"Hah? Calon istri? Kakak punya pacar?"

"Iya. Hehehe. Cantik Mam. Baik banget. Mama sama Ayah percaya sama pilihan Kakak, kan?"

"Sebentar, sebentar! Mama matiin kompor dulu. Gimana, Kak? Ini apa pagi-pagi udah bikin pengumuman bawa calon istri? Bukan MBA* kan?"

"Yaelah Maaaaam. Nggak, lah! Bandel-bandel gini Kakak nggak mau pakai jalur begitu, ya!"

"Hahahaha syukurlah kalau gitu. Mama sih percaya sama Kakak. Kalau pacar Kakak baik, sayang sama Kakak, mau menghadapi suka-duka bersama dan menerima kekurangan Kakak, ya Mama setuju aja."

"....walaupun keluarganya ngeselin?"

"Mana ada keluarga yang nggak ngeselin, Kak? Semua orang, semua keluarga pasti ada positif-negatifnya. Tinggal kita mau menerima kekurangannya atau nggak. Memangnya keluarganya gimana?"

"...."

"Kak?"

"Mama tau jaringan hotel Svarga, nggak?"

"Tau, lah! Kita pernah nginep di resort mereka waktu liburan ke Bali dulu kan?"

"Ya. Itu, Mam. Pacar aku anak bungsu keluarga pemilik Svarga."

"...."

"Mam?"

"Kamu udah ketemu beneran, Kak? Bukan lagi halusinasi kan, kamu?"

"Yeuuu. Mama nggak percaya anaknya bisa punya pacar anak orang kaya?"

"Bukan gitu, Kak. Takutnya kamu ditipu,"

"Nggak, Mamakuuu. Ini beneran, Kakak udah ketemu."

"Oh."

"Kok 'oh' doang?"

"Ya gimana, dong? Kakak sayang nggak, sama dia?"

"Banget, Mam."

"Dia beneran mau sama Kakak, kan? Kakak nggak lagi coba-coba pakai susuk atau apa gitu?"

"Maaaaam!"

"Ya gimana ini Mama agak kaget, Kak!"

"Pokoknya aku sayang dia, dia sayang aku. Kakak sih rencana serius sama dia. Nanti Kakak kenalin secepatnya. Tapi Mama harus janji dulu, nanti tolong diterima dengan baik, ya?"

"Emangnya kenapa? Kakak nggak diterima di keluarga dia?"

"Masih diusahakan, Mam. Mama bantu doain Kakak, ya."

"Iya, iya, Mama bantu doa dari sini. Nanti Mama sampaikan ke Ayah juga. Atau kamu mau ngobrol langsung sama Ayah?"

"Mama dulu deh, tolong sampaikan ke Ayah ya, Mam. Kalau Kakak yang ngomong langsung, bisa-bisa langsung terbang ke Jakarta itu Paduka Raja."

"Hus! Kamu tuh. Nggak boleh gitu!"

"Hehehe. Iya. Maaf, maaf. Makasih banyak, Mamakuuuu. Jangan kabarin Karel sama Karis dulu ya, Mam. Males banget nanti mereka drama,"

Two Peas in A PodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang