Epilog: Tiramisu

1.6K 185 52
                                    


cw: kissing, implicit sexual content

//TIMELINE(biar nggak bingung): refer to SYCA chapter 5 - refer to SYCA chapter 23 - back to prolog of this story//


"Enak?"

Theo sejujurnya bingung harus menjawab apa. Kalau dia bilang enak, tentu jawaban itu adalah kebohongan publik. Tapi rasa yang satu ini jelas lebih baik daripada yang kemarin. Jadi—

"Nggak," Sebuah suara menyelamatkan dilema Theo. Mas Arga meletakkan piring kecil yang masih berisi potongan tiramisu—that's what Ella claimed—di atasnya. "Kamu cinta beneran nggak sih sama suami kamu? Kok kayaknya malah berharap Theo cepet mati?"

"Mas!"

Arga terkekeh geli, mendudukkan dirinya di stool di samping Theo. "Coba aja sendiri kalau nggak percaya,"

Ella, dengan wajah memberengut, meraih piring Arga dan menyendok kue berwarna cokelat itu kemudian melahapnya. Tidak sampai sedetik, raut wajahnya berubah.

"Apaan nih?" Dia bertanya sendiri, wajahnya meringis. Ia meraih gelas air milik Theo untuk menelan sisa-sisa kue di dalam mulutnya.

"Told you," Arga mengedikkan bahunya, santai.

"Kamu makin jago aktingnya, ya!" Tuduh Ella pada Theo. Laki-laki itu hanya tertawa, terhibur melihat kekacauan yang dibuat Sang Istri.

"Makanya jujur aja, Yo. Daripada kamu mati muda," tegur Arga lagi.

"Iiiih, Mas!"

"What? Kamu hampir bikin anak orang trauma makan kalau kamu kasih kue asin begini,"

"Aku kan nggak sengajaaaa!"

"Kemarin pastry cream telurnya mateng dan nggak ada rasa, sekarang keasinan?" Arga membalas argumen Ella. Dia berbalik menatap Theo. "Udah Yo, rugi banget gaji kamu habis buat kursus baking dia!"

"Namanya juga belajar, Mas."

"Ayaaaaang—" Ella menghampiri Theo karena terharu dibela di depan sang kakak, dan tanpa malu mencium suaminya. Theo hanya tersenyum, menerima afeksi dari sang istri. Sementara Arga pura-pura muntah melihat adegan di depannya.

"Aku jadi makin mual lihat kalian."

"Ya udah sana pulang!" Ella berkata sengit.

"Babe—"

"Ya gimana dong, keluargaku kan cuma kalian aja," Arga menjawab dengan enteng, mengangkat kedua bahunya.

Ella mendadak merasa bersalah. "Mas, ih, jangan serius gitu. Aku cuma bercanda,"

Arga tersenyum hambar. "Iya, Mas tau. Mas juga bisa kali, beli apartemen lagi. Atau nginep di hotel. Tapi Mas nggak mau sendirian. Mending sama kalian aja, melihat bobroknya adek semata wayang dan suaminya yang teraniaya," Arga menjulurkan lidahnya ke arah Ella. Perempuan itu balas menjulurkan lidah. Theo hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya.

Sudah hampir seminggu Arga menempati kamar tamu rumah mereka. Penyebabnya tentu saja konfrontasi yang dilakukannya pada Andrea tentang Barra, putranya yang masih enggan diakuinya sebagai anak. Arga mengklaim bahwa dia sedang berusaha mencari jalan keluar untuk masalah ini. Namun tampaknya tidak semudah yang dibayangkan.

"Hari ini aku nggak ngantor," Arga memberi pengumuman. Ella sedang membereskan kekacauan yang dia ciptakan, sementara Theo sibuk menenggak teh hangat banyak-banyak.

Two Peas in A PodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang