Prolog: How Did You Get Back Together?

2.1K 213 11
                                    


"Emang nasib orang tuh beda-beda. Ada yang harus friendzone seumur hidup kayak Mora sama Ian, baru kawin. Ada yang sat set sat set kayak gue sama Ella. Ada yang PDKT tahunan, pacaran bentar, terus main lamar-lamar aja," Theo mengejek Windry dan Anca yang duduk di hadapannya, membawa undangan dan bridesmaid kit untuk Ella dan Mora. Windry menatapnya tajam, sementara Anca hanya bisa tertawa. Tangan kanannya memeluk bahu Windry yang siap membalas ucapan Theo tak kalah pedas.

"Sat set sat set apaan. Nggak inget lo, abis putus sama Ella sampai nggak makan dua hari?" Ian mendahului Windry, membalas ejekan Theo. Kali ini Ella yang tertawa, sedangkan Theo hanya mendengus.

"Kamu nggak makan dua hari, Yang?" Ella mengusap pipi Theo, mencari kebenaran dari ucapan Ian. Theo menyumpahi suami Mora yang sedang tersenyum penuh kemenangan itu. Si bangsat satu ini. Nggak pernah nyerah jatuhin harga diri gue.

"Jangankan dua hari, seminggupun aku jabanin, Babe, asal kamu balik sama aku," udah kepalang jatuh, sekalian aja kan? Theo menyeringai puas melihat wajah Ian, Mora, dan Windry berubah masam. Anca tertawa keras. Istrinya hanya tersenyum kecil penuh arti.

"Lo juga, La. Udah bener putus sama Theo malah balikan. Dipelet apaan lo?" Tanya Windry, sengit. Ella mengedikkan bahu.

"Emang gimana caranya lo minta Ella mau balikan sama lo, Yo? Pakai jurus apaan lo?"

"Mana abis balikan langsung kawin pula, anjir! Kayak dikejar tukang tagih utang aja, keburu jatuh tempo," sindir Ian, menambahi ucapan Mora.

"Nikah, Yan." Mora menyikut pinggang Ian, mengoreksi ucapan suaminya tersebut. Ian memutar bola matanya.

"Iya itulah!"

Theo menghela napas panjang, menciptakan suasana yang cukup dramatis. "Gimana, ya. Secinta itu gue sama Ella. Mumpung Si Cinta gue mau, buru-buru gue iket aja biar nggak ada yang macem-macem." Theo mencium pipi Ella, sementara Sang Istri membelalakkan mata. Ian dan Mora mengerang rendah melihat afeksi manusia tengil satu itu pada Ella. Windry meremas paha Anca, gemas, sementara Tuan Superstar itu hanya bisa mengaduh. Theo tertawa puas melihat reaksi teman-temannya. Ia merasakan tangannya digenggam erat di bawah meja oleh Ella. Hati Theo menghangat. Ella masih tak bersuara, hanya tersenyum. Tapi Theo tau, ada ribuan terima kasih yang istrinya ucapkan dari hatinya untuk Theo.

***

"Kamu kenapa bohong, Yang?"

"Hm?"

Theo merapikan beberapa helai rambut Ella yang menutupi wajah cantiknya, menyisir dengan jemari dan merapikannya ke belakang telinga. Kedua matanya menatap kedua manik milik Ella yang sayu karena kantuk.

Hanya ada suara AC dan suara halus mesin mobil yang menyelimuti mereka. Pak Iwan, sopir mereka yang sedang mengemudi di depan, sama sekali tidak bersuara. Membiarkan Ella dan Theo menikmati kebersamaan mereka di bangku belakang. Saling menatap dengan tangan yang bertaut.

"Tadi. Yang ngajak balikan kan bukan kamu. Tapi aku."

Theo tersenyum lembut, mengangkat tangan Ella dalam genggamannya dan menciumnya. Dua kepala insan itu sama-sama memutar kembali ingatan mereka pada kejadian malam itu. Malam penuh tangis, malam dengan teriakan dan jeritan.

Tidak perlulah seluruh dunia tau. Cukup Theo dan Ella. Atau lebih tepatnya: cukup Theo, Ella, dan satu tetangga apartemen Theo.

Theo kembali teringat bagaimana Ian tadi berusaha 'mempermalukan'nya dengan membongkar masa-masa kelam itu. Dia ingin tertawa.

"Babe, menjaga nama baik kamu itu juga tugas aku,"

Ella mengerucutkan bibirnya, mengerang kecil tanda protes dan malu sekaligus. Theo tertawa kecil, meraih kepala Ella, mencium keningnya, lalu menenggelamkannya ke dadanya. Membiarkan Sang Istri nyaman dalam pelukannya sampai ia tertidur.

Thank you for not giving up on us, Arabella.

Thank you.

Thank you.

I love you.




***




author note:

Hello, selamat datang di cerita baru yang masih satu universe dengan cerita sebelumnya (nggak harus baca cerita sebelumnya kok, kalau kalian datang ke sini bukan dari SYCA hehehe). Buat yang udah kenal dengan tokoh-tokohnya karena udah baca cerita sebelumnya, sebenernya beda dengan Ian yang kelihatan nurut tapi suka ribut sama bininya, Theo justru suka ribut sama orang tapi bucin 1000% sama bini. :))

Anyways, semoga kalian menikmati perjalanan ke depan, yaaa. Terima kasih sudah membaca cerita ini. :)

Two Peas in A PodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang