07. Sour Candy

13 2 2
                                    

"keluarga Tuan Zico meninggal massal. Hey anak manis, apakah ada seseorang yang terlihat mencurigakan semalam?"

Ivana menggeleng dengan tatapan mata kosong.

Sang polisi pun menghela nafas berat, dan memutuskan melenggang pergi setelah mendapatkan jawaban yang tak pasti dari Ivana.

Suasana kediaman keluarga Zico kini cukup ramai oleh pengunjung yang isinya orang kepolisian. Kedua orangtuanya juga tengah berbincang dengan pihak kepolisian di teras.

Semuanya sibuk dengan benda-benda yang ada di rumah, menelisik setia inci benda berharap ada petunjuk dari penyebab meninggalnya keluarga Zico.

Ivana hanya terdiam, ia duduk manis di sofa klasik milik Zico. Menatap kesana-kemari dengan tenang. Namun saat satu-persatu jasad keluarga Zico mulai di evakuasi, gadis kecil itu menatapnya lekat lalu tersenyum tipis. Ivana mengingat jelas saat Zico dan istrinya berbincang ria dengan menyangkut pautkan almarhum bundanya.

'kanaya... Kanaya... Andai aku bisa bertemu dengan mu, pasti akan sangat menyenangkan bisa bercengkrama dengan orang baik seperti mu lagi... Hahaha'

"Keluarga om mau ketemu bunda, kan? Ivana udah bantu. Semoga pesta minum teh nya menyenangkan." Ujarnya lirih.

"Salam juga buat bunda..."

"Van...."

"Ivana....?"

Ivana lekas membuka mata nya, samar terlihat langit biru yang membentang luas di atas sana. Perlahan ia menoleh ke arah samping, ternyata Asrar memanggilnya sedari tadi.

"Tenang banget, mikirin apa?" Tanya lelaki itu.

Ivana menghela nafas panjang, lalu kembali menatap langit, "mikirin kejadian baik yang pernah gue lakuin, maybe?" Jawabnya ragu.

Asrar terkekeh, menunduk sejenak menikmati angin semilir yang menerpa wajahnya.

Pandangan lelaki itu kembali lurus, tatapannya seolah-seolah ingin mengutarakan sesuatu namun terpendam.

Akhirnya keduanya kembali terdiam. Duduk berdua di atas tanah Padang rumput yang luas, hanya berdiam diri bertengkar dengan pikiran masing-masing.

Setelah kejadian di lapangan indoor sekolah tadi, Ivana langsung mengajak Asrar untuk bermain di lapangan Padang rumput. Niatnya ingin menenangkan pikirannya saja, namanya juga remaja SMA yang stress karena tugas.

Untungnya sinar matahari tidak terlalu menyengat, lebih banyak semilir angin yang menyapa. Siapa yang ingin cepat cepat pulang jika suasana nya seperti ini, ivana pikir tidak ada?

Omong-omong soal pikirannya yang sempat muncul, tentang kematian keluarga Zico. Sudah sangat jelas bahwasannya Ivana memanglah seorang yang Given - Taken sejak kecil.

Apakah kalian paham dengan sosok Ivana sejauh ini?

•••

Cuaca malam ini berbanding terbalik dengan siang, petir dan gemuruh terdengar berisik. Angin kencang serta gerimis halus mulai turun.

Jika kebanyakan orang akan memilih di rumah jika situasi seperti ini, maka akan berbanding terbalik dengan Ivana. Gadis itu malah memilih berkeliaran dengan baju serba hitam menyusuri jalanan yang sepi.

Suara cipratan air dari sepatunya ikut mendominasi kesenyapan malam. Pandangannya terus menatap ke depan dengan kosong. Tak tahu tujuan hingga titik terakhir berakhir pada tanah kematian.

Ivana menghentikan langkahnya, tatapannya tak lagi kosong. Ia terdiam saat melihat gapura menuju tanah kematian kini sudah di hadapannya.

Kilat dari petir membantu nya  memperjelas bahwasanya ini adalah pemakaman umum yang tak jauh dari rumahnya.

REVENGE|NI-KITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang