Bab 18

22.4K 1K 38
                                        

Happy Reading




















Acara pernikahan kakak sepupunya sudah selesai di gelar dan yang pasti sangat-sangat mewah. Karesya dan suaminya tidak tinggal di Bandung, mereka berdua memilih tinggal di Amerika untuk memulai hidup barunya.

Karin dan sang suami,Dares. Dua orang itu harus pindah ke Aussie, sebab Dares sendiri adalah anak Pertama keluarga Gixxer yang memang meneruskan perusahaan papahnya yang ada di Aussie.

Vee dan Mike, mereka berdua memang tidak tinggal di Indonesia. Setelah acara pernikahan Karesya selesai mereka langsung pulang ke Jerman bersama Oma dan Opah.

Selama dua hari belakangan ini, El tidak pernah tidur tepat waktu. Setiap malamnya ia selalu bergadang bermain game bersama para sepupunya.

Walaupun sudah di peringati oleh Papah dan Abang-abang nya yang lainnya, tetapi El tetap lah El, bocah kepala batu yang sulit di atur.

Setibanya di rumah, El sendiri sudah merasa pusing pada kepalanya. El memiliki imun yang lemah dan keluarganya sudah tau itu sejak dulu.

Saat ini El sedang berada di kamarnya, setelah memasuki rumahnya El langsung jatuh pingsan yang untungnya langsung di tangkap oleh Ernest yang memang berjalan di belakangnya.

Bara dan Ernest merasa kesal dengan anak itu, sebenernya mereka ingin menghukumnya karena tingkah keras kepalanya, tetapi melihat kondisi anak itu mereka tidak tega untuk menghukumnya.

Eugh

Lengguhan El saat terbangun dari pingsannya, saat dia sudah mengumpulkan kesadarannya, dia merasakan tangan kirinya nyeri dan kebas.

"Jangan sampe" Batinnya dan saat ia menoleh.

"Susah bangat punya bapak sama abang yang protektif, dikit-dikit infus, dikit-dikit infus" Menatap ke arah tangannya yang sudah terpasang selang infus.

"Papa, El ko di infus, El okay, Papa" Tanya El dengan mempoutkan bibirnya.

"Siapa suruh kamu nakal" Jawab Bara.

"El ga nakal tau" Elak El tidak terima di kata nakal, sedetik kemudian ia melengkungkan bibirnya.

Mereka sudah was-was jika sudah begini.

"Lepasin, tangan El nyut nyut" Kata El sambil melirik ke tangannya, hidung dan pipinya sudah memerah sebab ia demam, mulutnya yang sedikit terbuka dan jangan lupakan tatapan sayunya.

Mereka yang melihat betapa lucunya El saat ini hanya bisa menahan supaya tidak mengarungi El, karena kalau itu terjadi pastinya El akan tambah ngambek.

El sendiri sekarang malah kembali merengek untuk kembali melepas infus di tangannya, dia tidak ingat kalau dia itu seorang bad boy yang mengaku kalau dia itu cool tapi sekarang, apakah kalau ada yang melihatnya akan mengira dia bad boy?

Sedangkan Bunda, Papa dan Abangnya hanya menghela nafas melihat El merengek sambil sesekali memainka selang infusnya dan kemudian meringis lalu menangis.

Begitu terus, sampai saat ini ia menangis karena ulahnya sendiri.

"Sakit, haus" Kata El lirih dengan sisa air mata yang masih menetes.

"Ini, minum dulu susunya baby" Kata Fira, sambil memasukkan ujung pipet kedalam mulutnya.

Fira merebahkan tubuhnya di samping El, sambil mengusap-usap kepala El agar anak itu cepat tidur.

El sendiri menyamankan posisi tidurnya menyamping memeluk Fira, Walaupun tetap saja tangannya itu merasa sakit.

Tak lama kemudian terdengar suara hembusan nafas teratur dari El dan mereka menghembuskan nafas lega saat melihat El sudah tertidur pulas di pelukan bundanya dan menghisap botol dot itu dengan rakus.

"Setidaknya sekarang ia sudah tenang" Kira-kira begitulah batin ayah dan anak itu.

Mereka bersyukur akhirnya bayi besar kesayangannya itu tidur dan tidak merengek lagi.

Fira mencoba melepaskan pelukannya, belum sempat terlepas suara tangis El terdengar lagi.

Mereka benar-benar was-was dengan suara tangis El yang besar dan nyaring.

Jika di biarkan saja lama kelamaan suara El akan habis dan tenggorokan nya akan sakit.

Untung saja Fira bisa menangani Bayi singa itu, jika tidak entah sampai kapan El akan terus-terusan menangis.

Bara dan Ernest membuang nafasnya lega, Fira sendiri hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan suami dan anaknya itu.

"Sudah, kalian berdua bersih-bersih biar Adek sama Bunda" Suruh Fira.

"Abang gamau mandi ah, mau sama Adek aja" Ujar Ernest.

"Papa juga" Sambung Bara.

"Mau Bunda seret keluar atau kalian sendiri yang keluar dari sini?" Ucap Fira tajam, buka apa-apa pasalnya Bara dan Ernest belum mandi saat di hotel tadi, mereka berdua hanya cuci muka dan gosok gigi karena bangun terlambat.

"Dari pagi kalian belum mandi, kenapa sekarang kalian berdua jorok" Kesal Fira melihat keduanya yang kini sudah 11-12 kelakuannya jika sudah di gabungkan.

"Iya sayang, aku mandi" Pasrah Bara lalu keluar dari kamar El, di ikuti Ernest di belakangnya.

"Sepertinya memang El tidak di takdirkan untuk memiliki adik" Batin Fira, melihat betapa lucunya saat tengah tidur.

Kini, Fira hanya memandang El yang sudah tertidur itu tanpa berniat mengganggunya, ia menahan gemas saat melih mulut El terbuka.

Fira berdoa agar bayi besarnya cepat sembuh dan tidak merengek seperti tadi.

Fira tidak mempermasalahkan El yang sedang merengek, meskipun membuat Fira sendiri pusing dan bingung.

Tapi Fira tak ingin melihat wajah El yang tampak pucat dan sayu itu, Fira ingin El kembali ceria dan banyak tingkah seperti biasanya, bukan malah seperti ini.

"Cepet sembuh pangeran Bunda" Ucap Fira sambil mengecup kening dan kedua mata El yang sembab.

Tak lama Bara datang, ia mengambil posisi di sebela kanan El lalu mengecup seluruh wajah El yang masih terasa hangat.

"Aku mau buat bubur dulu, kamu jagain El jangan di ganggu tidurnya nanti nangis" Ucap Fira dan hanya anggukan kepala dari Bara

Setelah ia keluar, di lorong ia bertemu dengan Ernest yang sepertinya akan masuk kedalam kamar El.

"Adek sama siapa Bund? Tanya Ernest.

"Sama Papa, kamu kalau mau masuk jangan ganggu adeknya bobo"

"Iya Bunda"

Fira masuk kedalam kamarnya mengganti bajunya sebelum ia mulai memasak di dapur.






















Thanks for reading.

ELBARACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang