BIPFY I- He's Dewangga

37K 541 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . Namanya Levi Dewangga, Biasa dipanggil Dewa. Kalo adek kelas kaya kita gini sih biasa manggil dia kak Levi. Kata gue sih lo jangan coba-coba buat nyari masalah sama dia Na, kita kita disini yang udah pernah jadi panitia acara sering kena marah dia, kalo di omelin dia mah udah biasa. Tambah lagi tatapan dia jutek banget! . .

Teringat ucapan Serena—kakak kelas nya tadi, kini laki-laki yang sempat ia ceritakan tadi sedang memarahinya habis-habisan karna kesalahan dirinya sendiri alias Aluna Zamora.

"Jangan lepas tanggung jawab! Lo gak tau kan seberapa pentingnya itu surat buat acara? gimana mau sukses acara kalo salah satu panitia kerjanya gak becus!"

Seketika Aluna menunduk seraya mendengarkan kalimat kalimat yang tak sengaja menggores hatinya.

"Denger gak!?"

"Iya kak. Maaf atas kesalahan tadi, nanti aku revisi ulang buat suratnya" Jawab Aluna gugup.

"Sekarang".

"Iya kak" Sahutnya lagi.

Ia pun langsung meninggalkan laki-laki tadi atau yang bernama Levi.

Hingga Aluna tiba di ruangan komputer untuk memperbaiki kesalahannya yang telah dibuatnya.

Hening, hanya ada bunyi ketikan keyboard yang terdengar dan rasa kekesalan yang menutupi hati seorang gadis ini.

tok tok tok!

Suara ketukan pintu memecahkan keheningan dalam ruangan. Aluna sontak menoleh dan langsung di sambut dengan kehadiran Serena.

"Eh Aluna!? untung ketemu disini, kok bisa tadi kamu kena marah kak Levi? kan sebelumnya udah di ceritain gimana kak Levi itu" Cerocos Serena menghampiri Aluna.

"Gak tau deh. Masa cuma kesalahan buat surat aja di marahin? terus tadi ada satu cewe yang ngomong 4 mata sama kak Levi di pinggir lapangan, gatau juga apa yang di omongin. Gak lama dari itu kak Levi nyari aku, ya gini akhirnya!" Jelas Aluna.

"Hah–cewe? siapa?" Tanya Serena.

"Gak kenal, tapi kalo diingat-ingat lagi dia mungkin temen sebayanya kak Levi, bisa juga ceweknya-mungkin ..".

"Masa sih? kak Levi gak punya cewek, Na. Setau gue sih dia jomblo dari lulus SMA".

"Ohh, gitu" Sahut Aluna lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.

"Btw banyak gak yang di kerjain? mau di bantuin gak?" Tawar Serena.

"Dikit aja kok, temenin gue disini aja deh" Serena membalas dengan acungan jempol.

"Dikit aja kok, temenin gue disini aja deh" Serena membalas dengan acungan jempol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari selanjutnya adalah hari Rabu. Satu hari setelah kejadian Aluna bertemu dengan senior nya itu.

"Permisi, maaf mengganggu waktu mengajarnya pak. Yang namanya Aluna mana ya? itu ada yang nyariin, di tunggu di ruang kantor. Terima kasih pak" Ucap murid yang tak di kenal memotong penjelasan guru Sejarah.

"Yasudah, Aluna silahkan di samperin dulu tamu nya barangkali lebih penting".

Mendengar Tiar—Guru Sejarah telah mengizinkan, Aluna mengangguk dan langsung menuju kantor.

"Siapa sih yang nyariin gue disaat jam belajar gini, gak tau waktu bangett kaya penting banget aja dah!" Ocehnya kesal.

"Kalo gue yang kesini menurut lo penting gak?"

Deg!

Jantung Aluna serasa berhenti ketika ia berbalik badan ke arah sumber suara. Lebih tepatnya lagi berbalik menghadap senior galak nya–Levi.

"A-nu kak maaf tadi gak bermaksud ngatain, tadi cuma kesel ada yang jahilin" Beo Aluna.

Levi hanya memasang wajah datar, ia sama sekali tak berminat menerima kebohongan Aluna. Naasnya, Levi lebih berminat dengan surat menyurat yang kemarin Aluna janjikan padanya.

Pada akhirnya Aluna kembali ke ruangan komputer sekolah, kali ini bersama Levi.

"Paragraf ke-1, baris 5, dihapus. Ganti sama yang ini" Ucap Levi sambil menyerahkan selembar kertas.

Aluna hanya mengangguk tanpa menghentikan jarinya yang sedang bergerak mengetik.

"Jangan sampai ada salah pengetikan. Yang ini surat buat tamu undangan"
"Rapiin lagi teksnya!"
"Font-nya jangan yang ini, ganti!"
"Udah di bilangin jangan sampe salah, Aluna".

"Nyebelin banget sih" Cetus Aluna pelan namun masih bisa di dengar oleh Levi.

Sengaja. Ia memang dengan sengaja berucap.

Mendengar Aluna mengoceh, Levi takjub. Kemana larinya nyali yang kemarin tunduk dengannya?

Pukul 10.30 bel berbunyi menandakan waktu istirahat para murid telah tiba.

Levi beranjak dari kursi yang ia duduki, sigap membuat tatapan Aluna mengikuti pergerakan laki-laki itu.

"Kalo cape, istirahat" Ucap Levi, karna sedari tadi Aluna masih saja menatapnya tak bergeming.

Dengan senang Aluna menampilkan senyum termanisnya, lalu berlari kecil mengikuti Levi keluar ruangan.

Aluna berfikir Levi akan pulang namun ternyata ia salah besar. Laki-laki itu menuju arah yang sama dengannya, ke arah kantin sekolah.

Banyak pasang mata yang tak lelah menatap ke arah mereka. Aluna mewajarkan hal ini, karna laki-laki yang sedang berada tak jauh darinya adalah laki-laki yang termasuk dalam kategori idaman para perempuan.

Langkah kaki Levi terhenti, sontak Aluna yang berada di belakang pun tersandung punggungnya.

"Kok berent-"

"Selamat pagi Aluna, makin hari makin cantik aja deh. So beautiful like an angel~"

Namanya Arga. Laki-laki yang selalu berusaha mengambil hati Aluna.

Padahal setiap hari Aluna bertemu dengan Arga, setiap kali itu juga Aluna menolak dengan mentah. Namun Arga tetaplah Arga, ia tak peduli apapun.

"Hai Arga! Sorry ya tapi kedepannya lo gabisa gini terus, lo galiat gue lagi sama siapa?" Ucap Aluna lalu ia menyenggol Levi, memberi kode agar ikut berucap.

Sebelum ikut bersuara, Levi sempat kaget dan kebingungan. Selanjutnya apalagi yang akan dilakukan gadis disampingnya ini?

"Dia cewe gue. Mulai sekarang lo stop gangguin dia, fokus belajar aja. Masih bau bedak bayi gausah ngedeketin cewe orang".

Ingin rasanya Aluna berteriak senang, akhirnya hari-hari suram seperti sebelumnya hilang berkat Levi.

Raut muka Arga memelas, ia pun langsung pergi dari hadapan dua sejoli yang masih bergandengan tangan. Seakan-akan mereka memang sedang menjalin hubungan.

"Aluna, lepasin tangan lo" Sergah Levi kala Aluna tak kunjung melepaskan kaitan tangan mereka.

"Ups! So sorry .. Btw, thank you kak"

Levi hanya berdehem, lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Aluna.

Baby, I'am Perfect For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang