"Teh buatan koki tua ini sudah jadi!" Medey meletakkan secangkir teh hangat di meja, "Silakan dicicip, nona."
Kivandra merasa antusias, "Terima kasih."
Teh yang ia minum benar-benar berbeda. Dalam satu tegukan seolah semua rasa lelahnya dihempas. "Ini sihir?" tanya Kivandra merasa takjub.
"Ho, astaga, hahaha! Anda sangat menggemaskan." Medey tertawa, "Apakah anda ingin secangkir teh lagi?"
"Tentu, bibi, saya tidak akan sungkan."
Kivandra telah melupakan tujuan utamanya yang ingin segera mandi. Ia mabuk dengan teh buatan kepala koki istana, Medey.
Itu sangat luar biasa.
Bahkan, Kivandra berani menjual teh ini ke pasar lelang dalam harga 10 koin emas.
***
"Ini posisi kuda-kuda yang benar." Usha mempraktikkan gerakannya, "Cobalah."
Kivandra mengangguk dan melakukan gerakan yang sama.
"Pft,"
Gadis itu menoleh saat mendengar Ethan yang menahan tawa, "Apakah postur tubuh saya salah?"
"Hahaha!" Ethan hanya tertawa penuh ejekan.
Usha menggelengkan kepalanya, "Kau mau memasang postur kuda-kuda atau menjemur pakaian?"
"Eh .... " Kivandra merasa malu, "Saya salah."
"Sangat salah, ulangi posturnya."
"Baik!"
Kivandra terus mengulangi gerakannya walau mendapat banyak ejekan dari Ethan. Sekarang, kedua pangeran resmi menjadi guru ajar Kivandra dalam beladiri. Tentu para pangeran sangat senang karena pekerjaan mereka akan dikurangi oleh Kaisar.
Tak terasa, matahari sudah terik.
"Nona, kue anda di sini!" Helen berteriak dari ujung lapangan.
Mendengar itu Kivandra menjadi sangat bersemangat, ia memohon untuk beristirahat dengan tatapan memelas.
"Kak, kuenya ...."
Usha menghela napas, "Ya, sudah, sana."
"Hehe, terima kasih, kak!" Kivandra tersenyum lebar lalu berlari ke arah teman-temannya.
Ia memakai celana, langkahnya begitu bebas dan lebar. Ini adalah satu hal yang disukai Kivandra dari latihan.
"Ya, ampun, nona, anda berkeringat banyak." Helen tampak khawatir sembari mengusap wajah Kivandra dengan sapu tangan.
Kivandra tertawa, "Ini tetap menyenangkan. Dan biar aku saja yang membersihkan keringatnya."
"Baik, ini sapu tangannya."
Ara tersenyum, "Anda sangat beruntung bisa menjadi murid dari kedua pangeran. Kedua pangeran memang memiliki kemampuan beladiri yang tak ada tandingannya."
"Benar, aku sangat bersyukur." Kivandra ikut tersenyum.
Usha dan Ethan menyusul ke ujung lapangan dengan berjalan santai, "Beri kami kue juga."
"Tentu, pangeran, di sini kue anda." Helen menyodorkan sewadah kue besar.
Ethan menerima kue itu dan langsung ia santap, "Ini lezat."
Kivandra mengangguk setuju, "Bibi Medey yang membuatnya."
"Medey? Si koki tua 'ho' itu?" Ethan memiringkan kepalanya.
Ctak!
Usha dengan datar memukul kepala Ethan, adiknya. "Jangan bersikap tidak sopan pada yang lebih tua."
"Tidak sopan?"
"Sikapmu ini tidak sopan juga untukku, sebagai ka-kak-mu."
Ethan mendengus, "Umur kita tak terpaut jauh, sialan."
"Hah, dasar bocah." Ejek Usha lalu mengunyah sebuah kue.
"Kau yang bocah."
Kivandra tersenyum tipis dan terus memakan kuenya. Melihat pertengkaran kecil dari kedua pangeran selalu membuatnya senang, itu seperti pertunjukan opera.
"Omong-omong, Kivandra,"
"Ya, kakak?"
"Kau harus berlari lagi lima putaran." ungkap Usha dengan wajah tidak bersalah.
Kivandra hampir memuntahkan kue yang ada di dalam perutnya, "Maaf, saya?!"
Penderitaan terus berjalan hingga mentari bersiap menenggelamkan diri. Ethan memerintahkan Kivandra untuk kembali ke kamarnya lalu beristirahat.
Kivandra duduk di kasurnya dengan wajah mengantuk, "Leganya sehabis mandi."
Belajar beladiri memang menyenangkan, memakai celana, berada di bawah terik matahari, tetapi ... sangat melelahkan!
"Aduh, badanku pegal-pegal." ungkap Kivandra sanbil memijat pundaknya sendiri.
Tok! Tok!
Gadis itu menoleh ke arah jendela saat merasa ada yang mengetuknya. Kivandra menghampiri jendela itu dan membukanya, "Eh? Merpati pengantar surat?"
"Duke mengirim surat lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...