23. Pilih Saja

5.8K 480 11
                                    

"Apa? Kunyuk? Aku?" Ethan marah menunjuk dirinya sendiri.

Usha tak menghiraukannya, "Bagaimana, Kivandra?"

Kivandra mungkin sedikit mengerti. Siapa yang akan menjadi guru latihnya, itu akan terbebas dari beberapa pekerjaan politik. Jadi Usha berusaha mengambil posisi Ethan yang terbebas dari pekerjaan.

"Saya ...."

Ethan dan Usha serius, "Ya?!"

"S-saya tidak bisa memilih."

"Tinggal pilih saja!" Ethan merasa geram, "Aku akan tetap menjadi gurumu. Aku akan mengurangi porsi latihanmu!"

"Biarkan Kivandra yang memilih itu!" Usha membentak Ethan.

Ethan juga membentak, "Aku sangat kesal, sialan, kau tiba-tiba datang dan ingin merebut posisiku?!"

"Itu terserah Kivandra yang memutuskan." Usha mendengus, "Sekarang pilihlah."

Kivandra menelan ludahnya, "Saya tidak bisa, kak."

"Arghhh!" Ethan mengacak-acak rambutnya berusaha menahan diri untuk tidak mengacau lapangan.

"Pilih saja."

"Saya tidak bisa."

"Pilih."

"T-tidak bisa. "

"Ah, astaga!" sekarang Usha juga berteriak kesal.

"M-maafkan saya yang rendah ini, pangeran, tetapi saya punya usulan." tiba-tiba Ara mendekat dan membuka suaranya.

Wajah Usha dan Ethan tiba-tiba serius, "Katakan."

"Kenapa tidak kedua pangeran saja yang menjadi guru latih nona—"

"Ide bagus." Usha menjentikkan jarinya, "Aku akan berbicara pada Ayah tentang tugas penting ini. Tentu saja aku juga harus meminta porsi minim pekerjaan kantor."

Melihat Usha yang sudah menghilang dari balik lorong, Ethan ikut bergegas, "Aku pergi, kembalilah ke kamar."

"...."

"Jadi?" Kivandra menoleh kepada temannya, "Apakah kita kembali ke kamar?"

"Ya ... jika itu yang anda inginkan, nona."

"Ayo ke kamar."

Kivandra melangkah lebih cepat dari biasanya, ia benar-benar merasa lelah. Tubuhnya lengket penuh keringat, ia ingin segera mandi.

"Saya akan mampir ke dapur untuk membuat teh, anda akan menyukainya." Helen berucap.

"Teh?" Kivandra menoleh, "Bisakah aku ikut mampir juga?"

"Tentu."

Saat Kivandra berjalan, ia melihat ada seorang pelayan yang mendekat. Pelayan familiar, dia adalah orang yang bergosip buruk tentangnya.

Kivandra menelan ludah, ia akan dihina lagi?

"Oh, selamat siang, nona Kivandra!"

"Eh?" Kivandra kaku, "Y-ya, selamat siang juga."

Kenapa sikapnya tiba-tiba baik?

Ara tersenyum melihat pelayan itu pergi, "Seperti banyak pekerja yang sudah menerima anda di Istana, nona."

"Benarkah? Kenapa?"

"Sikap rendah hati anda itu."

Di sepanjang jalan, banyak sekali pelayan yang menyapa Kivandra dengan ramah. Tak lagi ia temukan tatapan tajam penuh penghinaan seperti dulu.

Aneh, tetapi ia menjadi sedikit tenang.

"Kita sudah sampai di dapur." Helen membuka pintu dapur yang lebar.

"Ho? Helen?"

"Medey!"

Seorang wanita tua dengan topi koki di kepalanya tersenyum cerah, "Ho, kenapa kau kemari?"

"Aku ingin membuat teh hangat untuk nona Kivandra." balas Helen sembari menunjuk Kivandra di belakangnya.

Kivandra mendekat dan bersapa salam, "Nama saja Kivandra, bibi."

"Ho, nona pengganti." Koki tua itu tertawa, "Saya terkejut anda sangat mirip dengan putri Dhipa!"

"Haha, sebuah kehormatan mendengarnya."

"Omong-omong nama saya Medey, saya kepala koki Istana."

"Salam kenal, bibi Medey."

"Anda ingin teh, kan? Biar saya buatkan." ujar Medey dan bersiap.

Helen melambaikan tangannya, "Tidak perlu, Medey! Aku yang akan menbuatnya."

"Ho, jangan menghentikanku, Helen. Aku ingin membuatnya khusus untuk nona Kivandra."

Menghela napas, Helen mengangguk, "Baiklah."

"Maaf merepotkan, bibi Medey. " ujar Kivandra sungkan.

"Tenang saja, nona. Biar saya tunjukkan betapa nikmatnya teh buatan kepala koki istana ini, ho."

Kivandra tertawa kecil, sungguh menyenangkan jika menemukan orang yang ramah di suatu tempat.

Princess SurrogateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang