PS : bukan kereta ya :') cukup nangisin dokja di kereta :') mari kita ajak dokja bersepeda dengan sangah~
Selamat membacaaa~
Ditengah hiruk-pikuk suasana kantor yang sedang waktunya istirahat Kim Dokja tidak seperti orang lain yang mencari temannya untuk makan siang bersama. Dia selalu duduk ditempatnya sampai kantor menjadi sunyi. Saat dirasa sudah tidak ada orang lagi barulah Kim Dokja beranjak dari kursinya.
Membawa sebungkus roti dan air mineral yang dibelinya saat berangkat pagi. Kakinya melangkah ke arah kebun samping yang paling sepi.
Seraya membuka kemasan dia memandang ke taman air mancur di sebelah kanan. Matanya langsung tertuju pada seorang wanita cantik dan gemulai.
Kim Dokja adalah pengagum wanita itu. Namanya Yoo Sangah. Dia sangat ramah pada semua orang, bersosialisasi dengan baik dan parasnya yang cantik menjadikannya idola di kantor.
Walaupun dia adalah pengagum Yoo Sangah dia tidak pernah mengambil inisiatif untuk berbicara dengannya. Rasa takut selalu membanjirinya. Takut bahwa wanita itu tahu masa lalunya setelah lama bergaul.
Karena itu Kim Dokja tidak pernah menjalin hubungan teman yang terlalu dalam dengan siapa pun.
Kim Dokja menundukan kepalanya untuk memakan rotinya yang sudah dikupas. Roti dimakan habis dan dia minum air mineral untuk menghilangkan rasa serat di tenggorokan. Setelah itu Kim Dokja kembali ke mejanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
***
Waktu berlalu tanpa disadari dan sudah waktunya untuk pulang. Ini adalah waktu yang dia nantikan setiap hari selain notifikasi update webnovel kesukaannya. Kakinya melangkah lebih cepat ke tempat parkir sepeda.
Dan seperti biasa dia bertemu Yoo Sangah. Namun tidak ada sapaan ceria yang biasa tapi Yoo Sangah tampak mencari sesuatu.
Kim Dokja melihat sekeliling dan kemudian sadar bahwa sepeda Yoo Sangah hilang. Hanya mereka berdua disini dan hati Kim Dokja bimbang.
Haruskah dia menawarkan tumpangan?
Yoo Sangah menyadari ada orang dibelakangnya dan tampak lega.
"Dokja apa kau tau dimana sepedaku?" Katamya sambil menghampiriku.
"A-aku tidak tahu. Aku baru saja datang." Aku menjawab dengan gugup.
"Aaah sial. Ini pasti ulah tua bangka mesum itu! Han Myungoh!"
Kim Dokja tampak terkesiap dengan ledakan amarah Yoo Sangah. Ini pertama kalinya dia melihat Yoo Sangah marah.
"Aaah maaf aku jadi marah-marah padamu. Habisnya aku kesal banget sama bajingan itu! Tidak sekali atau dua kali dia melakukan ini untuk modus memberi tumpangan padaku dengan mobilnya. Aku hampir dilecehkan olehnya." Yoo Sangah mengeluh panjang dan dengan frustasi menjambak rambutnya.
Kim Dokja yang baru saja mempertimbangkan untuk menawarkan tumpangan hanya bisa menghela nafas dingin. Tangannya terangkat untuk menghentikan gerakan Yoo Sangah yang menyakiti dirinya.
Kim Dokja menggali banyak informasi dari kata-kata Yoo Sangah. Singkatnya dia sekarang menjadi target pengejaran atasannya Han Myungoh. Dan hampir dilecehkan!
"Sangah tenang dulu. Biasanya Han Myungoh menawarkan tumpangan padamu pukul berapa?"
"Pukul 18.30." Yoo Sangah kembali sadar dan menjawab.
"Tinggal 10 menit lagi." Kataku mengingatkannya setelah melirik arlojiku.
"Bagaimana dong?!" Yoo Sangah panik.
"Ayo kabur dulu!" Aku mengeluarkan sepedaku dari tempat parkir dan kemudian memanggil Yoo Sangah yang masih berdiri untuk duduk di boncengan. Yoo Sangah segera menanggapi.
Kim Dokja segera mendorong pedal sepeda dengan cepat. Melintasi jalan raya dan berbelok di persimpangan.
"Sangah kemana arah rumahmu?" Kim Dokja bertanya saat mereka akan bertemu persimpangan lain.
"Ke kiri!"
"Oke!" Kim Dokja mengarahkan sepedanya belok kanan.
"Tunggu! Kenapa ke kanan?!"
"Jika lewat jalan menuju rumahmu kita akan bertemu Han Myungoh yang menyusul cepat atau lambat. Aku akan berputar-putar sebentar."
"Ooh masuk akal! Kamu sangat pintar Dokja!" Yoo Sangah memuji.
"Juga bisa aku minta tolong buka GPS? Pastikan kita tidak terlalu jauh dari arah rumahmu atau kita akan tersesat. Pakai ponselku, agar keberadaanmu tidak dilacak matikan ponselmu." Kata Kim Dokja sambil menyerahkan ponselnya.
"Oke!" Yoo Sangah menerimanya dan menyalakan ponselnya dan membuka GPS.
Satu mengayuh sepeda dan satu mengarahkan jalan. Entah sejak kapan harmoni kerja sama mereka tercapai.
Itu berlangsung sampai setengah jam kemudian. Sampai dirasa Han Myungoh sudah menyerah mencari Yoo Sangah. Aku menghentikan sepedaku di pinggir jalan sambil menstabilkan nafasku.
Kita sudah kembali ke jalur awal menuju rumah Yoo Sangah. Hanya 100 meter lagi menuju rumah Yoo Sangah.
"Sangah berapa jauh lagi rumahmu?" Kim Dokja bertanya setelah nafasnya cukup lancar.
"Rumahku didepan. Aku turun disini saja. Dokja terimakasih ya." Yoo Sangah menunjuk ke rumah berwarna krem hangat.
"Apa kamu mau masuk dulu? Ayo minum teh. Kamu pasti haus banget." Yoo Sangah merasa bersalah membuat Kim Dokja kelelahan seperti ini demi dia.
Kim Dokja memang merasa sangat haus tapi dia merasa masih tidak boleh melangkah lebih jauh. Kebiasaan ini sulit dihilangkan setelah menjadi pesimis begitu lama.
"Maaf tapi aku tidak bisa. Ini sudah malam dan tidak pantas bagiku untuk berkunjung." Kim Dokja menolak dengan sopan. Sekali lagi hati yang sejenak terbuka itu kembali tertutup oleh belenggu 'lama' nya.
"Ooh kalau begitu kamu hati-hati di jalan ya!" Yoo Sangah mengembalikan ponselnya dan Dokja menerimanya.
Kim Dokja mengangguk dan melambaikan tangannya ke Yoo Sangah. Kembali menginjak pedal lagi namun suasana menjadi hening.
Kim Dokja menghentikan sepedanya dan menoleh ke belakang. Melihat sosok Yoo Sangah yang memasuki pintu rumahnya. Kim Dokja merasa bahwa hatinya mengatakan ingin merasakan sensasi itu lagi.
Sensasi saat mereka melarikan diri. Sambil bercanda tawa di jalan. Hingga hampir tersesat. Dia menginginkannya lagi.
Sudut matanya tanpa sadar memerah dengan uap. Sepertinya pengagum ini menjadi serakah sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Ke UwU An Dokja x All (*'ω`*)
FanfictionFanfiction Omniscience Reader Viewpoint. Banyak Fluff (≧▽≦)