"Kita adalah dua orang yang tak sengaja bertemu dalam satu cerita, namun tak dapat membangun cerita bersama. Kita adalah dua orang yang kebetulan ada, namun sedetik setelahnya dipisahkan oleh semesta."
...
Aletta membuka matanya sembari mengitari seisi ruangan tempat dirinya berada. Dia mencari sosok Hazel yang seketika hilang begitu saja setelah Aletta menanyakan pertanyaan perihal Hazel yang menyuruhnya untuk menunggu di sini.
Tak berapa lama kemudian, Aletta sadar kalau kejadian barusan hanyalah sebuah mimpi. Kejanggalan-kejanggalan yang Aletta rasakan kini sudah jelas.
"Mimpi doang berasa nyata?!" gumam Aletta disela mengumpulkan kesadarannya.
"Ta, Ta, makanya jadi orang jangan bulol! Udah bucin, tolol lagi," sarkasnya, kepada siapa lagi kalau bukan dirinya sendiri.
Disingkirkannya selimut yang menggulung tubuh perempuan itu, hendak beranjak dari sana namun sedetik kemudian dia urungkan dengan lebih memilih untuk duduk di tepi kasur itu.
"Tapi bentar, tadi di mimpi gue Hazel bilang gue harus nunggu dia karena nanti dia bakal jemput gue lagi. Itu artinya dia bakal balik?"
Aletta.. Aletta, padahal baru saja dirinya menasehati diri sendiri, tetapi belum sampai setengah jam waktu itu berlalu, perkataannya kini benar-benar menjadi nyata.
Tak lama setelah itu, ponsel Aletta berdering. Di ujung sana, sebuah pesan tampak masuk ke dalam ponselnya, entah dari siapa.
Grissel
Ta, besok pendaftaran ekskul, lo mau ikut ekskul apa?Aletta
Oh iya? Gue belum tau sih, lo?Grissel
Dance, ofc!!!
Ayo ikut juga, Ta
AlettaNgga deh, gue mager
Emang ada ekskul apa aja?Grissel
Ada banyak sih. Dance, Pramuka, paskib, olahraga, fotografer trs gue lupa apa lagiAletta
Hum, oke. Tar gue pikirin lagi deh, thanks ya!Meski ada di kota yang sama dengan pamannya, Aletta tetap memilih untuk tinggal sendiri. Tak jauh memang, hanya terhalang sekitar 4 rumah dari kost hingga ke rumah pamannya itu, namun tetap saja pada intinya Aletta sendirian.
Sunyi, satu kata yang menggambarkan suasana hatinya saat ini. Tak ada suara berisik televisi di ruang tamu seperti biasanya, atau celoteh adik kecilnya yang merengek meminta uang jajan pada sang mama, Aletta merindukan semuanya.
Sekali lagi, ini memang pilihannya. Akan tetapi Aletta tidak siap untuk kehilangan banyak hal sejauh ini. Bandung mungkin ramai, tapi tidak dengan hatinya. Susah untuk perempuan itu beradaptasi di sini, bahkan sampai kini hanya Grissel satu-satunya orang yang dia kenal.
Tak ingin malamnya menjadi lebih kelam lagi, Aletta memutuskan untuk pergi keluar. Ya, meski dirinya juga belum terlalu hapal jalanan di kota ini.
Menghabiskan waktu dengan motor Scoopy-nya menyusuri jalanan kota Bandung yang indah di malam hari membuat hari Aletta tidak menjadi seburuk yang dia pikirkan. Dan mungkin, bisa saja Bandung akan berubah menjadi tempatnya untuk pulang.
Perempuan itu menghentikan motornya di salah satu kedai nasi goreng yang sejak tadi tampak mengambil perhatiannya, namun ketika hendak berjalan ke sana langkahnya tiba-tiba terhenti.
Pandangan Aletta terpaku pada seseorang di seberang sana. Ralat, dua orang.
"Kak Samudera?" Lirihnya pelan.
Aletta sudah hapal bagaimana perawakan laki-laki itu walau mereka tidak saling mengenal, dan dia yakin kalau dua orang yang ada tak jauh dari tempatnya berada itu adalah kakak tingkatnya di sekolah.
Hanya saja, Aletta tidak tahu siapa yang bersamanya.
"Pacarnya bukan, sih?" tanya Aletta pada diri sendiri.
Perempuan itu bahkan tidak jadi mengambil langkah menuju tempat nasi goreng, Aletta memilih untuk pergi dari sana karena suatu alasan yang dia sendiri juga tidak mengerti.
...
Sesungguhnya, Aletta tidak pernah ingin melihat orang lain seperti bukan diri orang itu sendiri, bukankah melelahkan rasanya ketika kita terus mencari sosok yang kita inginkan padahal sosok itu tak pernah ada duplikatnya.
Tapi keputusan yang dia lakukan kali ini sepertinya salah besar, atau memang ini jalan takdirnya?
Setelah berpikir semalaman, menyingkirkan pertanyaan penasaran akan siapa seseorang yang bersama samudera tadi malam, Aletta memutuskan untuk masuk ekskul fotografi.
Aletta tahu kalau itu akan mengingatkannya pada Hazel, tetapi semalam Aletta berpikir bahwa seharusnya dia bisa melawan perasaan itu. Menghapus segala hal yang berhubungan tentang Hazel dengan cara melakukan hal yang sama namun kali ini untuk menggantinya dengan kenangan yang baru.
Namun sepertinya, Aletta terlalu percaya diri tadi malam sampai-sampai sekarang perempuan itu bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya.
Di depan sana, seseorang yang beberapa jam lalu baru saja dia lihat kini sudah ada lagi di hadapannya. Dengan fakta yang Aletta terima tentang Samudera ternyata ketua ekskul fotografi tersebut.
Dan beberapa menit yang lalu, Aletta baru saja menyerahkan formulir agar dirinya bisa bergabung dalam klub ini. Aletta tidak tahu apakah dia harus menyesali keputusannya sekarang, atau tetap berada pada pilihannya.
"Cie, bakal ketemu Kak Samudera tiap hari, nih!" Goda Grissel.
"Sel, gue boleh ga jadi daftar aja ngga?" Pertanyaan itu membuat Grissel mengalihkan pandangannya ke arah Aletta.
"Ga bisa, Ta. Lagian kenapa ga jadi sih? Kan enak bisa tiap hari liat Kak Sam!" ujarnya lagi.
"Ya, justru itu masalahnya, Grissel!" jawab Aletta dengan nada prustasi sembari melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan itu.
Perempuan itu terus melangkahkan kakinya tanpa mempedulikan apakah Grissel mengejarnya di belakang atau tidak, yang Aletta tahu dirinya harus pergi dari tempat itu sekarang juga.
Entah sudah berapa langkah kakinya mengambil jarak, Aletta akhirnya sampai di taman sekolahnya. Sempat terdiam beberapa detik sebab Aletta merasa tidak asing dengan tempat ini. Bukan karena memang taman itu berada di lingkungan sekolahnya, melainkan karena Aletta sepertinya pernah ada di tempat ini sebelumnya walau kenyataannya ini adalah kali pertama dia pergi ke tempat ini.
Lama berpikir akhirnya Aletta sadar bahwa tempat ini, persis seperti apa yang ada dalam mimpinya semalam. Ya, tempat dimana Hazel menyuruh perempuan itu untuk menunggu dan akan menjemputnya kembali.
Aletta terkekeh, ini ternyata lebih rumit yang dibayangkan. Rencananya sebelum pindah ke tempat ini dan sekarang sangat jauh berbeda, berantakan. Ternyata, Aletta masih tidak bisa mengontrol pikirannya, pun dengan perasaannya. Hazel masih senantiasa menjadi topik utama dalam kepalanya, ditambah lagi kehadiran Samudera yang menjadi bayang-bayang laki-laki itu di tempat ini.
Bahkan sudah pergi jauh pun, Hazel tetap menjadi orang pertama yang selalu ada dalam pikiran Aletta.
***
Thanks for reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever
Ficção Adolescente"Jadi, cita-cita lo apa?" "Gue mau jadi orang terkaya di dunia. Terus nanti kalo diundang ke acara-acara tv, gue bakal kenalin istri gue. Namanya Aletta." Sebuah harapan yang dimiliki oleh setiap orang tentunya sangat beragam, sama halnya seperti Al...