6. Kesunyian Malam

218 42 2
                                    

Sudah hampir satu bulan Jay terjebak di dalam akademi sihir ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir satu bulan Jay terjebak di dalam akademi sihir ini. Dan selama itu pula Jay belum menemukan cara ataupun celah untuk melarikan diri. Padahal selama ini Jay selalu diam-diam menggunakan kartu Heeseung untuk berkeliling akademi saat malam hari. Jay tidak tahu letak pasti dari akademi sihir ini, apakah di hutan, laut, atau bahkan mengambang di atas awan. Akademi Vesselsoft tak pernah menjadi perbincangan di manapun, terkecuali kabar hangat soal para pengendali sihir yang tiba-tiba menghilang ditelan peradaban karena diculik oleh suatu mahluk.

Apakah sekarang Jay termasuk dalam kategori itu? Tapi, dirinya bukan pengendali sihir. Bagaimana bisa akademi ini salah mendapatkan informasi soal korbannya? Jay tak habis pikir kalau dirinya yang manusia lemah harus terlibat dalam drama dunia persihiran yang tak kenal kata ragu dan takut. Selama ini Jay hidup dalam lingkungan yang tersudut dan terbelakang. Tak ada yang bisa dilakukannya selain menunggu malam tiba untuk keluar. Jika di siang hari maka Jay lebih suka mengurung diri di kamar daripada keluar dan dipukuli oleh warga setempat karena mereka mencap Jay sebagai monster.

Jay tidak pernah tahu bagaimana rupa Ayah dan Ibunya. Lukisan atau setidaknya foto keluarga di rumahnya pun tak ada. Jay sendirian, Jay kesepian, Jay berteman dengan malam. Anak kecil yang suka melihat bintang-bintang dan mengagumi keindahan bulan dalam kesunyian. Gelap tak berujung, Jay tidak tahu kapan dia akan bisa keluar dalam labirin keputusasaan yang membelenggu kebebasannya sebagai manusia. Kadang Jay pun mengakui kalau dirinya adalah monster, bagaimana mungkin ada manusia yang kuat menjalani takdir kejam sepertinya?

Pernah sekali Jay memiliki seorang teman. Hanya sebentar ketika musim dingin. Kenangan lama yang sudah Jay kubur dalam-dalam bersamaan dengan hilangnya rasa kepercayaan terhadap siapapun yang datang dalam hidupnya. Baginya, kesepian adalah anugerah. Tak semua orang bisa merasakan kesepian yang luar biasa.

Srak!

Jay mengerjapkan matanya. Dia sedang duduk melamun pada bangku yang ada di bawah sebuah pohon beringin besar dekat lapangan asrama. Secara tidak sadar Jay malah memulai kembali perjalanan hidupnya yang begitu kelam dan memilukan, angin yang berhembus di sini seolah mengantarkan Jay pada utopia yang tak berujung.

Tak ingin berlarut-larut dalam fatamorgana, Jay memilih bersembunyi dibalik bangku taman yang didudukinya. Jay merasakan aura lain dari tempat ini, ada orang lain yang juga sedang menuju kemari. Jay harus bersembunyi dengan benar supaya tidak dicurigai oleh siapapun. Jay menahan nafas, matanya awas melihat segala sudut yang bisa diraihnya. Tak ada siapapun. Namun, Jay yakin kalau firasatnya tidak salah.

Secara mengejutkan perlahan-lahan tubuh seseorang mulai terlihat dari balik tiang lampu. Jay hanya bisa melihatnya dari sisi belakang. Setelah diperhatikan lebih rinci ternyata orang itu tengah menenteng sesuatu, apakah itu tas? Tapi, bentuknya tidak seperti itu. Jay memicingkan matanya tajam, orang itu mengangkat tentengannya ke atas. Detik itu Jay bisa melihatnya, matanya terpaku cukup lama sambil menahan degupan jantung yang berdetak cepat. Tidak ... dia ... Jay tahu ... pemuda yang mengobrol dengan Niki waktu itu, kan? Orang yang keberadaannya tidak bisa dilihat oleh Jake dan Sunghoon! Jay yakin matanya tidak salah mengenali seseorang.

Jay tidak tahu namanya, tapi sekarang Jay bisa merasakan aura negatif dari sekeliling orang itu. Sebuah kepala tanpa badan ia bawa mengelilingi lapangan asrama, mungkin dia berpikir kalau itu adalah sebuah bola bowling atau basket yang bisa ia mainkan sesuka hati. Aliran darah menghiasi sepanjang jalan yang ia lewati, membuat suatu pola yang jika dilihat sekali lagi membentuk sebuah kata.

Mysleve.

Orang itu gila, sangat. Jay sering diejek para tetangganya dengan nama monster tersebut. Mendadak Jay gemetar, seluruh tubuhnya bereaksi ketika membaca nama yang ditulis dengan darah basah itu. Kepalanya berdenyut ngilu, Jay kelepasan satu erangan sakit. Bayangan-bayangan aneh mulai menyeruak kembali dalam kepalanya, kilasan memori yang sempat terlupakan, ingatan-ingatan samar soal percakapan di suatu malam purnama utuh.

"Siapa di sana, ya~"

Wush!

Orang itu cepat, begitu cepat sampai Jay tidak bisa melihat pergerakannya. Itu bukanlah teleportasi. Saat orang itu tiba tempatnya, Jay hanya bisa berdiri gugup dan menatap orang itu takut. Mereka saling berhadapan, Jay bisa melihat jelas raut wajahnya sekarang. Ternyata benar kalau dia adalah orang yang waktu itu berjalan dengan Niki! Tapi, memikirkan hal itu sekarang tidaklah penting, sekarang Jay sedang kebingungan bagaimana cara agar lolos dari situasi mematikan ini.

Cara pertama: Diam.
Cara kedua: Lari.
Cara ketiga: Berpura-pura tak terlihat.

Opsi mana yang lebih bagus agar ia bisa selamat dengan keadaan utuh?

"Dimana dia, ya~ Padahal jelas aku merasakan aura pengendali sihir lho hihi."

Jay terhenyak. Hei, mereka sedang saling berhadapan! Kenapa orang ini tidak bisa melihatnya sama sekali? Jangan bilang kalau pemuda ini buta? Dari jarak sedekat ini Jay bahkan bisa merasakan embusan nafas masing-masing dari mereka! Jangan-jangan Jay sungguhan menerapkan cara yang ke-tiga?

"Ah, sudahlah. Mungkin hanya firasatku saja. Nah, sekarang ayo kita bakar kepala ini~" Dia tersenyum lebar. Kobaran api menyebar keluar dari telapak tangannya dan membakar habis kepala manusia yang ia bawa menjadi butiran abu.

"Wah, tulisannya cantik!" Dia berteriak heboh begitu menyadari karyanya. "My..sl..ev..e.. Mysleve!" Dengan kelakuannya yang seperti itu justru mirip seperti anak sekolah dasar yang baru belajar membaca.

Jam di pergelangan tangannya ia lirik, kemudian bertepuk tangan heboh. "Ke atas~ kita pergi ke kamar~ pura-pura lagi~ jangan sampai Niki curiga, hehe~" Dia bernyanyi ceria selama melangkahkan kakinya riang menuju lift yang terbuka. "Jay Park~ Park Sunghoon~ Kim Sunoo~ Sim Jake~ Niki~ Lee Heeseung~ Siapa yang kena tangkap, hap!"

Jay sendiri tengah berusaha memahami apa yang baru saja terjadi di depan matanya. Dia terdiam lama sekali dalam posisinya yang seperti itu, kebingungan. Semua orang dalam akademi ini sangat aneh untuk dikategorikan sebagai manusia, sifat mereka sangat beragam dan sulit untuk dibedakan mana yang asli dan tipuan semata.

Ia harus bisa menjaga diri dan tidak mudah percaya pada siapapun jika ingin hidup lebih lama di dalam panggung teater sandiwara ini. Setidaknya Jay harus tahu betul latar belakang para murid sebelum mengajak mereka bekerja sama untuk melarikan diri.

Jay penasaran kenapa ia bisa tidak terlihat saat situasi tadi. Apa sebenarnya kekuatan yang ia punya? Jay sadar harus segera mencari tahu demi kepentingannya sendiri. Belakangan Jay selalu bisa meniru segala elemen sihir yang diperlihatkan kepadanya, semua ini mulai terasa janggal.

 Belakangan Jay selalu bisa meniru segala elemen sihir yang diperlihatkan kepadanya, semua ini mulai terasa janggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dan komen y'all ♡

Cross the Line ; Enhypen (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang