"Sunghoon," panggilnya masih dengan tatapan mengarah pada Jungwon.
"Ya?"
"Aku bertemu Jungwon tadi malam."
"Lalu?"
"Dia membawa kepala manusia, dia bicara dan bernyanyi seperti anak kecil saat tengah malam. Dia ... Mengincar kita berenam."
"Kau gila?" Sunghoon menggertak. "Dia itu pengendali sihir tingkat rendah, mana mungkin mengincar kau yang merupakan pengendali sihir di atasnya!"
"Selain itu pula, Jungwon tidak mempunyai alasan apapun untuk mengincar kau atau aku. Dia lemah, dia hanya bisa mengandalkan Niki agar tidak terasingkan dari akademi ini."
Sudah Jay duga. Sekuat apapun dia mencoba untuk memberitahu seseorang soal sosok Jungwon yang sebenarnya, mereka tidak akan percaya. Mereka mengganggap Jungwon lemah dan tak punya niatan untuk melawan siapapun. Jungwon hanyalah anak beruntung yang lolos seleksi karena berlindung dibalik tubuh Niki! Jungwon tidak menguasai elemen sihir apapun! Lantas, kenapa Jay masih merasakan jelas getaran takut begitu sosok pemuda itu berada tepat di hadapannya?
Jay tetap teguh pada pendiriannya yang menganggap Jungwon adalah orang berbahaya. Jay yakin kalau Jungwon tak selemah yang selama ini orang-orang katakan. Ada sesuatu dalam diri pemuda itu yang terkubur dalam dan merangkak keluar saat gelap datang. Kepribadiannya saat malam hari seperti seorang anak kecil, anak kecil yang salah menilai kehidupan. Bagaimanapun Jay juga merasakannya, kesepian dan terasingkan. Jay ingin meraih tangan Jungwon agar bisa berlari keluar dari kegelapan.
Tap.. tap.. tap..
"Siapa di sana?" Jay memasang posisi tubuh siaga. Satu tangannya terangkat di udara membentuk sebuah aliran angin untuk menyerang. Matanya awas mengintai segala sisi, tak ada siapapun di belakangnya. Padahal jelas-jelas Jay mendengar suara tapak kaki selain dirinya di koridor gelap ini.
"Jay? Kau sudah ditunggu Pak Yoo di ruangannya." Tiba-tiba muncul seorang tenaga pengajar muda berkacamata di hadapannya. Jay ingat dia. Waktu itu Jay pernah dihajar dengan listrik sampai pingsan, tapi permasalahannya ... sejak kapan guru satu ini bersikap akrab padanya?
"Cepat, lho. Nanti Pak Yoo marah, hehehe~"
Jay menatapnya dalam diam, kemudian memutuskan untuk berbalik pergi menuju ruangan kerja Guru Yoo yang sudah memanggilnya sejak satu jam lalu. Jarak dari gedung asrama menuju gedung dimana para guru-guru berkumpul sangat jauh, bagi seseorang yang tidak memiliki kekuatan teleportasi akan membutuhkan banyak waktu. Sekarang Jay sudah sampai di koridor lantai dasar dari gedung guru, hanya tinggal menaiki lift dan masuk ke dalam ruangan yang ditujunya.
Ting!
Begitu lift tiba pada lantai dasar, Jay segera menaikinya. Ruangan Pak Yoo ada di lantai 5, begitu sampai di lantai 3 ada satu orang yang masuk ke dalam lift. Semula Jay tidak menyadarinya, tapi semuanya mulai terasa jelas.
"Pak Kim? Lho, bukannya tadi anda ada di gedung asrama?" Jay memutuskan untuk menyapa lebih dulu. "Tadi anda menyuruh saya cepat-cepat datang kemari karena Pak Yoo sudah menunggu."
"Bicara apa kau bocah sialan. Aku saja tidak tahu kalau kau akan bertemu dengan Yoo!"
Lantas, siapa sebenarnya sosok yang Jay lihat di koridor gelap tadi?
***
"Tidak ada kemajuan dalam sihirmu." Dia membalik tiap halaman buku di atas meja menggunakan sihir sambil menatap Jay.
"Mencoba kabur saat hari ke-empat di akademi ini, menyerang lima anggota akademi walau satunya tidak sengaja. Kekuatan anginmu monoton, belum bisa mengendalikan emosi dan cara menghentikan sihirmu sendiri. Bagaiman bisa akademi ini meloloskan orang cacat sepertimu?"
Jay tidak berniat untuk melawan saat dirinya dihina. Dia malah senang jika akademi ini buta soal kekuatan barunya yang hanya diketahui oleh Sunghoon. Banyak hal yang belum mereka tahu, seharusnya mereka bisa memperlakukan Jay lebih baik daripada ini. Mereka bersikap seolah-olah semua anak di sini adalah bidak catur yang dikendalikan oleh para petinggi.
"Kau harus serius berlatih jika ingin hidup."
Betahan hidup? Berani-beraninya mereka yang selalu hidup berkecukupan materi mengatakan soal mempertahankan kehidupan pada seorang anak yang sedari kecil pun sudah membenarkan segala cara untuk menunda kematian. Lucu sekali. Jay tidak tahan untuk membungkam mulut penuh dosa itu dengan bola api.
"Kau tahu apa soal hidup?" Jay mengeratkan kepalan tangan di balik punggungnya. Gemericik aliran listrik mulai terlihat dari sana. "Aku beri kau tiga detik untuk menjawab. Apa menurutmu lucu mengajarkan seorang monster bertahan hidup?" Raut wajahnya berubah. Aura di sekitar mereka pun menjadi sunyi dan mencekam.
"Tiga. Waktumu habis." Jay tersenyum lebar sembari mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya ke atas sebelum mengenai kepala Guru Yoo. Aliran listrik mengalir cepat bersamaan dengan darah yang terpompa dari bilik jantung menuju seluruh tubuh.
Ah, perasaan ini. Jay suka merasakan adrenalin berpacu bersamaan dengan jantung yang berdetak cepat. Rasanya sesak, seperti ada sesuatu yang belum ia keluarkan sepenuhnya. Dia mengayunkannya berkali-kali, Jay juga tidak tahu sejak kapan dia belajar mengendalikan cahaya seperti Sunghoon, atau api seperti Jake. Yang jelas, Jay bisa meniru wemua elemen sihir yang dia lihat dari teman-teman satu akademinya!
"Mati, mati, orang yang tidak tahu arti hidup harus mati," gumamnya menjauh dari tubuh yang telah tak bernyawa itu. Genangan darah basah terus merambat menuju tempat yang lebih rendah.
Sebuah cermin besar terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Jay menolehkan kepala guna melihat penampilannya sendiri. Kemeja putih kebesaran milik Heeseung sudah tak terlihat bentuknya. Noda darah menghiasi setiap sudut, lengan panjang kemeja digulung sebatas siku. Beberapa sisi kemejanya sobek karena kuatnya arus listrik yang disalurkan. Napasnya tersengal, kakinya gemetar.
Tapi, bukan itu semua yang membuat Jay merasa takut. Melainkan sorot lain dari matanya sendiri.
Jay tidak tahu kalau selama ini warna matanya adalah violet. Mata itu indah, tapi mengandung banyak pembalasan dendam di tiap lirikannya. Dia mengedipkan matanya sekali, kemudian warna itu berubah menjadi hitam seperti biasanya.
"Wah, wah~ Ternyata Jay Park sangat hebat! Apa kita bisa berteman akrab, ung?"
Jay kenal suara ini. Seperti pertemuan pertama mereka, sosok itu muncul secara perlahan tepat di depannya. Sejak kapan dia di sini? Apa mungkin dia melihat semua yang sudah Jay lakukan pada guru Yoo? Kenapa Jay tidak bisa merasakan energinya? Sebenarnya siapa dia? Jay harus lebih berhati-hati sebelum melangkah pergi.
"Hei, aku mengajakmu bicara tau~ Tidak boleh mengabaikan orang seperti itu, aku kan kesepian di sini. Aku juga mau main denganmu~" Dia maju selangkah lebih dekat, meraih lengan Jay.
"Sebenarnya ... apa maumu?"
Sosok itu menatap Jay antusias seraya tersenyum lebar, dia bertepuk tangan senang. "Ayo main dengan Yang Jungwon saat malam datang, Jay~"
Vote dan komen 💘
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line ; Enhypen (TERBIT)
Fantasy"Selamat datang di akademi sihir Vesselsoft." *** Vesselsoft Academia adalah akademi sihir gila yang membesarkan monster-monster pengdendali sihir. Daerah barat adalah daerah terisolir, tak ada satupun pengendali sihir yang ditemukan di sana. Jay a...