Jungwon menyadari sesuatu bahwasanya kenyamanan tak membutuhkan kemewahan. Selama ini Jungwon hidup dalam materi yang berlimpah ruah, tak pernah kekurangan sokongan finansial. Kalau memang hidup bergelimang harta ada tujuan akhir setiap orang sebagai penentu kebahagiaan, tapi kenapa ia tak merasa bahagia? Dibanding bahagia, jutsru Jungwon lebih merasa kalau dia adalah aib keluarga. Disembunyikan, disihkan pada ruang gelap yang nyaris hampa.
Rumah ini jauh dari kata mewah. Hanya bangunan pondok kecil yang dibangun oleh kayu-kayu tua. Hawanya lembab, dingin, terlebih dibangun di ujung jalan. Takdir memang kadang sengaja membawa seseorang ke tempat-tempat yang tak terduga.
Rumah ini memang terlihat kecil, namun ruangan di dalamnya serba guna dan praktis. Tempat tidur disudutkan, isi kamar hampir didominasi oleh sampah bekas makanan. Jungwon berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya lebar-lebar, membiarkan cahaya matahari masuk menerangi ruang sempit yang ia pijak.
Rumah ini memiliki dapur sederhana, dan sebuah kulkas yang saat Jungwon buka ... tentu kosong. Dia mempertanyakan untuk apa ada kulkas jika saja rumah ini sekarang tak dialiri listrik? Isinya pun kosong, mungkin masih bisa ditolerir jika mungkin diisi oleh beberapa botol air mineral, tapi ini benar-benar kosong.
Meja makan berada satu ruangan dengan satu sofa berdebu yang menghadap ke televisi. Apa yang Jungwon dapati di sini sangat terbelakang, sama sekali tak ia dapati tanda-tanda kehidupan normal selayaknya manusia umum. Jay jika lebih dulu bertemu dengannya sejak kecil maka pasti Jungwon sudah merengek pada sang Ayah agar mau menyekolahkan Jay. Tapi, sayang sekali lelaki itu malah tumbuh dalam kegelapan.
Baiklah, sekarang waktunya Jungwon menggeledah seluruh isi rumah untuk menemukan apa yang ia cari, seharusnya tidak membutuhkan waktu yang lama karena hanya ada sedikit barang di rumah ini. Seorang manusia normal biasanya menyembunyikan atau menyimpan sesuatu di lemari, namun hanya ada beberapa potong pakaian lusuh yang warnanya sudah banyak memudar.
"Woah, aku baru tahu kalau memiliki senjata api itu legal di daerah barat." Jungwon menutup kembali lemari tersebut.
Sekarang pencariannya berpindah pada kolong ranjang. Seharusnya ada sesuatu, kan? Benar saja, ia menemukan sebuah pintu besi tua berkarat yang tersembunyi di bawah ranjang. Jungwon segera mendorong ranjang tersebut agar memudahkannya melihat dari dekat pintu besi itu. "Ah, sial. Dikunci?" Ia mendecak. Ia terus mencoba mendobrak pintu itu karena pelapis gemboknya sudah terkelupas. Jungwon menarik rantai yang diikatkan, setelah sebelumnya berhasil menjatuhkan gembok besi dengan kekuatan sihirnya.
Trangg!
Ngiikkk!Pintunya terbuka sebagian. Jungwon tak bisa melihat apa-apa selain kegelapan yang merekah sampai ujung sana. Sinar matahari yang menerobos kamar pun tak sampai untuk menerangi keheningan dalam ruang bawah tanah yang sempit itu. Kira-kira apa yang akan menunggunya di bawah sana? Jungwon penasaran, ia segera membuat api kecil di tangannya untuk menerangi jalan turun. Bagi beberapa elemen ia masih mempelajari dasar-dasarnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line ; Enhypen (TERBIT)
Fantasia"Selamat datang di akademi sihir Vesselsoft." *** Vesselsoft Academia adalah akademi sihir gila yang membesarkan monster-monster pengdendali sihir. Daerah barat adalah daerah terisolir, tak ada satupun pengendali sihir yang ditemukan di sana. Jay a...