"Menjijikkan." Yeonjun mendecih sinis, ia menarik rambut sang lawan bicara ke atas. "Kau menguping pembicaraan kami, ya? Jangan pikir aku tidak tahu. Berani sekali orang bodoh sepertimu menguping, kau mau aku habisi?!"
"M-Maaf, aku mohon maafkan aku, Pak Choi. Aku tidak sengaja menguping, aku hanya ingin memulangkan beberapa baju yang Sunghoon pinjamkan kepadaku ... jangan bunuh aku." Orang itu mengantupkan tangannya memohon pengampunan, air mata mulai mengalir dari sudut matanya disertai ringisan sakit.
"Sunoo-ya, kau ini semakin kurang ajar hanya karena dekat dengan Tuanku. Jangan terlalu banyak tingkah, sekali kupukul kepalamu kau akan langsung tinggal di alam baka."
"Aku berjanji tidak akan menyebarluaskan apa yang aku dengar malam ini, aku mohon ampuni aku sekali ini saja."
"Yeonjun, kau terlalu kasar padanya." Sunghoon tiba-tiba sudah berdiri di belakang Yeonjun, ia tersenyum tipis pada Sunoo lalu menunjuk koridor keluar dengan dagunya. "Kau pergilah sesuai perintahku sebelumnya, bocah ini biar aku yang urus." Ia berkata pada Yeonjun.
"Tuan?" Yeonjun menaikkan sebelah alisnya.
"Tenang saja, ini bukan waktu yang tepat untuk mencari mangsa. Jatah darahku masih cukup sampai beberapa hari ke depan," balas Sunghoon pelan, meski begitu manik matanya kembali berubah menjadi biru dan emas. Saat menyunggingkan senyuman pada Yeonjun pula, Sunoo bisa melihat jelas dua taring tajam pada gigi lelaki itu.
"Baik, perintah Anda adalah kewajiban bagi Hamba." Yeonjun menaruh tangannya di depan dada lalu pamit undur diri dengan menghilang.
Tinggallah Sunghoon dan Sunoo pada koridor sepi nan gelap di lantai kamar asrama mereka. Tak ada anak murid yang berkeliaran saat tengah malam begini, seharusnya Sunghoon telah memperhitungkan Sunoo yang tak akan memasuki kamarnya hanya untuk memulangkan beberapa potong pakaian.
Ia menatap Sunoo, yang dibalas pemuda itu dengan tatapan penuh ketakutan. "Sunghoon ... maafkan aku, aku akan menjadi pengikutmu sampai akhir hayatku jika kau memberiku kesempatan."
"Tawaran yang menarik," timpal Sunghoon. "Tapi, sayangnya aku tak butuh pengecut tambahan dalam kelompok pimpinanku." Ia mendesah kecewa, mengejek Sunoo lalu tertawa renyah.
"Aku ingin lihat, berapa harga yang akan kau pertaruhkan untuk memohon pengampunan. Nyawamu saja kedengarannya kurang, lho."
Sunoo menelan ludah gugup, dia menatap Sunghoon dengan mata sayu berair. Sunghoon ... lelaki yang selama ini Sunoo kira berada satu tingkat bersamanya ternyata memegang kendali lebih tinggi daripada guru dalam akademi ini. Dia telah salah menilai Sunghoon, dari awal mereka bertemu pun lelaki itu tak pernah sedikitpun menceritakan asal-usulnya. Atau, setidaknya memberikan penjelasan soal kekuatan sihir apa saja yang telah dikuasainya. Sunoo lengah akan kemungkinan terburuk bahwa dia bisa mati kapan saja saat masuk ke dalam lubang penuh keserakahan manusia ini. Sunoo terbuai dengan segala perlindungan yang Sunghoon berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line ; Enhypen (TERBIT)
Fantasy"Selamat datang di akademi sihir Vesselsoft." *** Vesselsoft Academia adalah akademi sihir gila yang membesarkan monster-monster pengdendali sihir. Daerah barat adalah daerah terisolir, tak ada satupun pengendali sihir yang ditemukan di sana. Jay a...