Part 05

7.7K 899 8
                                    

Cerita Ini Hanyalah Karangan Bubu, Jika Ada Kesamaan Nama, Jalan, Tempat, Tanggal, Alur, Ataupun Yang Lainnya Mohon Dimaafkan Atas Ketidaksengajaan Nya...
Dan Diharapakan Untuk Tidak Menyamakan Cerita Ini Dengan Cerita Yang Lainnya, Diperbolehkan Untuk Berpendapat Dan Mengkritik Tetapi Menggunakan Bahasa Yang Sopan, Jelas, Mudah Dipahami, Tidak Kasar Sampai Membuat Bubu Ataupun Para Pembaca Yang Lain Tersinggung...

-•••-

-•••-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-•••-

Sepulang sekolah Serena berniat mampir ke supermarket untuk membeli cemilannya yang telah habis, ia juga berniat ingin membeli beberapa bahan untuk memasakkan bekal untuk Saddam.

''Di novel ada bagian yang ngejelasin kalo Saddam suka sama ayam kecap, apa besok gue bikin bekel makanan kesukaan dia?'' Gumamnya sambil menatap sayuran, dan daging di hadapannya.

Saat asik memilih, Serena tidak sengaja menabrak bahu tegap seseorang.

Brukkk...

''Awwshh...'' Ringis nya.

Untung saja ia masih bisa menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh, kini ia beralih menatap laki-laki yang tidak sengaja bertabrakan dengannya.

''Maaf...Maaf...Gue nggak sengaja sumpah.'' Paniknya.

Laki-laki di depannya hanya terkekeh pelan melihat raut panik Serena. ''Santai aja kali, ini juga keasikan main handphone. Tapi lo nggak papa kan? Nggak ada yang sakit?'' Tanya nya khawatir.

Serena mendongakkan kepalanya dan tertegun melihat wajah tampan di depannya.

'Ya Allah ganteng banget, tapi mau seganteng apapun cowok ayang gue cuman Saddam.' Batinnya.

Serena menggelengkan kepalanya pelan, ''Nggak ada.''

Laki-laki itu tersenyum tipis, ''Kalo gitu kenalin nama gue Ezio.''

''Serena.'' Jawabnya singkat.

''Kalo gitu gue duluan,'' Setelah mengatakan itu Serena segera mengambil keranjangnya dan berjalan menuju kasir.

Ezio yang melihat kepergian Serena hanya tersenyum tipis, baru kali ini ia diabaikan oleh seorang gadis.

Dan itu benar-benar menarik untuknya

-----

Sesampainya di rumah Serena langsung saja mengucapkan salam. ''Assalamualaikum... ''

''Walaikumsallam...'' Balas orang-orang yang berada di dalamnya.

Serena melihat Sulthan, Sintya dan Azzam sedang berkumpul di ruang keluarga.

''Re, kamu mandi dulu nanti bunda siapin makanan.'' Ujar Sintya sambil mengusap rambut Azzam lembut.

Serena yang mendengar itu segera menjawab, ''Nggak usah bun, aku mau masak buat temen nanti aku makan sama dia.'' Sahutnya.

Sintya mengerutkan keningnya bingung, seingatnya anak nya hanya memiliki satu teman saja.

''Temen kamu yang mana? Belinda?'' Tanya nya penasaran.

''Ih bunda kepo.'' Ejeknya yang langsung mendapatkan tatapan maut dari Sintya.

Terkekeh pelan, Serena menjawab.

''Ini buat calon mantu bunda, jadi doain dia suka yah bun.'' Cengengesan nya tak jelas.

Baik, sekarang Sintya paham apa maksud putrinya. Ia sungguh tidak percaya jika putrinya yang lumayan sengklek ini bisa suka dengan seseorang.

''Ganteng nggak? Kan selera kamu tinggi kek tokoh-tokoh fiksi kesayangan yang selalu kamu ceritain.'' Sindirnya halus namun entah mengapa langsung menusuk ke hati Serena.

'Nggak salah, tapi iya jangan diomongin.' Batinnya miris.

''Ganteng bun, di jamin ini barang limited edition yang nggak ada duanya.'' Bangganya.

''Oh iya, kakak mana bun?'' Tanya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Selina.

''Biasa kakak mu lagi ngebabu di kantor barunya.'' Ujar Sintya santai.

-----

''Kalo bukan bos udah gue gorok, seenaknya aja suruh-suruh.'' Oceh Selina kesal sambil memandang ikan-ikan yang berada di akuarium.

''Lama-lama gue dendam ama lo, apa kita goreng aja yah?'' Celetuknya memandang ikan buntal yang seperti tengah melotot kan matanya tak terima.

''Sebelum kamu goreng ikan saya, kamu yang bakalan saya goreng duluan.'' Ketus seorang laki-laki dari arah belakang Selina.

Selina membalikkan badannya dengan wajah yang masih cemberut, ''Lagian bapak sih suka banget ngasih pekerjaan yang aneh, saya sekretaris loh pak.'' Frustasi nya.

Ia sudah cukup kesal mendengar segala perintah aneh dari bosnya, sikapnya pun tak kalah menyebalkan yang membuatnya darah tinggi setiap hari.

''Yang bilang kamu OB siapa?'' Tanya Bastian dengan kening yang berkerut heran.

''Kamu nanya?''

''Mau tau aja atau mau tau banget?''

Bastian menatap horor sekretarisnya, yang nampak seperti orang tidak waras karena tertawa sambil menatapnya.

''S-selina...'' Panggilnya pelan.

Namun Selina tak menjawab lalu memilih mengacuhkan Bastian, dengan wajah yang masih nampak tertekan seperti orang depresi.

''Gue udah nggak kuat,'' Gumamnya pelan sambil mengambil tasnya dan berjalan tanpa memperdulikan Bastian yang memanggilnya.

-•••-

-•••-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-•••-

Hai-Hai!
Gimana Kabarnya Hari Ini? Hari Ini Masih Sekolah Atau Udah Libur?
Bubu Bakalan Up Kembali Hari Rabu, Dan Kita Akan Memasuki Bagian Konflik Sebenarnya...
Jangan Lupa Bersyukur...
Pay-Pay!

My Husband Is The Antagonist [ 내 남편은 적대자 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang