9. Shaka dan dunianya

20 8 1
                                    

Minggu ini Shaka pulang ke kampung halaman. Tujuannya untuk bertemu sang ibu yang tinggal sebatang kara, dan seorang gadis yang sedang merajuk padanya.

Setelah lebih dari satu jam di perjalanan, akhirnya Shaka sampai di tanah kelahiran. Masih menggunakan tas ransel lengkap dengan jaket dan sepatu, Shaka mengampiri seorang gadis muda yang sudah menunggunya di kedai penjual bakso langganan mereka.

"Ayyyy~" seru Shaka sumringah. Ia menduduki kursi kosong di depan gadis bernama Aylin Hanifah.

"Hampir sebulan kita gak ketemu, Mas Shaka. Udah punya yang lain di sana," gumamnya dengan bibir ditekuk.

Shaka mencubit gemas pipi Aylin sambil tertawa. "Kalau kamu kuliah nanti kamu bakal tau gimana kehidupan anak kampus, Ay." Shaka menjawab santai sambil menerima mangkuk berisi bakso yang sudah dipesankan Aylin sebelum ia tiba.

"Ini aku udah boleh makan gak nih. Dari awal ketemu gak dikasih senyum, aku mana bisa makan kalau sambil dicemberutin." Shaka mencoba merontokkan kekesalan gadisnya dan berhasil, Aylin mengangguk memberi izin Shaka memakan jatah bakso panasnya.

Shaka tersenyum manis. Ia mulai menyendok sambal dan mencampurkannya ke dalam mangkuk.

"Mas Shaka tadi gak pulang dulu?" tanya Aylin melihat Shaka masih menggunakan peralatan berkendara dengan lengkap. Bahkan Shaka baru membuka sarung tangannya di depan Aylin.

"Nanti kamu makin ngambek lagi. Aku jarang balik, sekali balik datengin ceweknya malah telat," jelas Shaka dengan tatapan menggoda. Aylin tersenyum malu dan Shaka tertawa melihat tingkah manis kekasih yang sudah ia kencani selama hampir satu tahun.

"Sekolahnya gimana, mulai ujian tengah semester ya?" tanya Shaka sambil menguyah makanan.

"Belum, Mas. Masih bulan depan."

Shaka mengangguk kecil. Ia fokus mengisi perutnya yang kosong. Tadi pagi Shaka tidak sempat sarapan dan langsung bersiap untuk pulang ke kampung halaman.

"Ayah ibu sama Sella apa kabar?" tanya Shaka setelah mengunyah tiga butir bakso daging sapi dari mangkuknya.

"Ibu sama Sella sehat, alhamdulillah. Ayah masih dengan asam uratnya."

Aylin anak pertama dari dua bersaudara. Shaka suka dengan Aylin karena gadis itu polos dan manja. Dari sanalah Shaka mencoba menduakan Arumi dan berhasil tanpa ketahuan, lalu kini ia melakoni ulang aksi berkhianatnya dengan Sefa. Selama ini Shaka memang tidak terlalu memikirkan kisah percintaannya dengan serius, sejak SMA jika sudah tidak memiliki rasa ia akan memutus hubungan dan menyatakan perasaan pada orang baru yang membuatnya nyaman.

"Mas Shaka balik ke Surabaya kapan?"

Shaka memikirkan pertanyaan Aylin. Tampangnya terlihat pura-pura mempertimbangkan permintaan Aylin agar ia sedikit lebih lama tinggal di Malang.

"Ih, Mas Shaka! Suka banget bikin aku kesel!" sungut Aylin merengut. Shaka pun terbahak bahagia melihat Aylin menunjukkan mimik wajah seperti itu. Lucu dan menggemaskan.

"Seharian ini kita main, oke? Besok aku harus balik ke Malang karena semester ini makin banyak prakteknya," ujar Shaka. Lebih tepatnya, ia sudah membuat janji kencan dengan Sefa.

***

Berbeda dengan Shaka, weekend ini Sefa tidak pulang ke rumah. Sang ibu sampai heran, biasanya Sefa sering pulang meskipun tidak sedang libur, entah ingin memakan masakan ibunya, atau sekedar rindu kamar di rumah. Ya, semenjak mengenal Shaka, Sefa menikmati jabatannya sebagai seorang mahasiswa. Saat Diana bertanya kenapa tidak pulang, Sefa beralasan jika banyak tugas yang tidak bisa ditinggal.

Kisah Sefa dan Mas VespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang