2. Perpustakaan

31 8 1
                                    

Pagi hari yang membosankan. Baru memarkir motor, belum sempat sarapan, Shaka harus menerima permintaan teman sekelompoknya; mencari buku untuk referensi salah satu mata kuliah. Belum sempat mencari alasan menolak, dua gadis itu mengancam tidak akan mengikutsertakan namanya di dalam makalah. Alhasil, ia terpaksa menuju perpustakaan dan merelakan waktu sarapannya untuk berburu nasi kucing ala Bu Nanik.

Shaka menyeret Kemal, teman satu angkatan yang paling dekat selama di kampus untuk diajak ke perpustakaan. Kemal meronta dan tidak mau menemani. Alasannya, karena pemuda bergigi kelinci itu sudah ada janji sarapan dengan kekasihnya.

"Bentar thok, Mal. Yuk temenin ke perpus, bantu cariin buku yang aku butuhin."

"Maap banget, Ka. Yelda udah nungguin di kantin, kalau tiba-tiba aku gagalin dia ngambek, trus aku diputusin, kamu mau tanggung jawab ta!" ancam Kemal. Shaka mencibir.

"Judul buku buat referensi bukane udah dikasih tau apa aja?"

"Ogak! Mereka gak ngasih tau ke aku!" dumel Shaka merengut. (Enggak!...)

"Lha, kamu kuliah dengerin apa aja, Shaka! Dosen ngomong pikiranmu kemana! Gini nih kalau kebanyakan touring, otaknya masuk angin!"

Kemal dan Shaka memang dekat, meskipun begitu, Kemal tidak memiliki hobi touring seperti Shaka. Mereka hanya menghabiskan waktu bersama di kampus saja.

"Enak aja! Aku pikir cewek-cewek udah nulis buku referensinya, makanya aku santai aja nanti tinggal pinjem. Ternyata mereka pelit."

Shaka memiliki nilai baik karena pandai memahami materi dan berargumen saat presentasi, tapi masalah mencatat poin penting dari dosen, membuat power point, hingga makalah untuk presentasi, Shaka akan mengandalkan orang lain.

"Ya udah tinggal masuk perpus, cari buku di rak bagian tehnik, buka bukanya dan baca bagian daftar isi. Simpel pol iku, Ka!" tekan Kemal menahan gemas. Sudah memasuki semester 5 tapi Shaka masih saja butuh arahan. Penyakit malas Shaka kadang di luar nalar. Kemal sudah diwanti-wanti pacarnya, agar jangan sampai terkontaminasi penyakit menular teman sekelasnya itu. (.... simpel banget itu, Ka!)

"Udah ah, aku mau ke kantin. Yelda udah nunggu dari tadi!" pamit Kemal meninggalkan Shaka yang masih enggan masuk ke perpus.

Beberapa detik mengumpulkan niat. Shaka menyugar rambutnya lalu pergi memasuki gedung perpustakaan. Pemuda itu nyelonong percaya diri naik ke lantai dua dan membelokkan diri ke bagian penelitian. Tanpa membaca keterangan yang menempel. Ia lantas membuka buku-buku yang terpajang.

Lima menit berlalu. Shaka tidak menemukan buku sesuai jurusannya.

"Shaka?!" panggil Arumi, mantan kekasih Shaka yang kini menginjak semester tujuh.

"Eh Kak Arum?"

Gadis dengan penampilan rapi itu menunjukkan raut keheranan. "Udah mulai ngerjain penelitian? Atau lagi buat laporan?"

"Enggak, Kak. Aku ke sini nyari buku tentang Ekonomi Rekayasa."

Arumi tertawa anggun. Shaka dulu menyukai Arumi karena sikap dewasanya. Sedangkan Arumi sosok wanita yang suka menjalin hubungan dengan pria lebih muda. Alasannya, karena ia suka jika pasangan menuruti aturannya. Namun karena itulah, Shaka merasa tidak cocok dan memutus Arumi dengan alasan apa adanya.

"Kamu gak baca, ini ruang khusus buku-buku penelitian. Yang ke sini kebanyakan mahasiswa dengan tugas penelitian."

Shaka menelisik ruangan dengan wajah tanpa merasa bersalah. Arumi tertawa melihat tampang Shaka yang tidak merasa panik karena sudah salah ruangan.

Kisah Sefa dan Mas VespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang