Jutaan Pendar Bintang

7 1 0
                                    

Sekali lagi diliriknya undangan warna 𝙗𝙡𝙖𝙘𝙠-𝙜𝙤𝙡𝙙 yang tergeletak di meja kerja. Senja menopang dagu dan meniup poni pasrah. Minggu depan pernikahan Ambar, salah-satu dari ketiga sahabatnya semasa SMU dulu.

"Yakin mau dateng sama Mas Subuh?" Nisma bertanya tanpa menoleh, sahabatnya itu masih fokus dengan lembaran-lembaran resit penjualan minggu ini.

"Meh sama siapa lagi, Ma, kalau nggak sama Kamasku."

"Bareng aku aja to!"

"Emoh aku, palingan cuman jadi obat nyamukmu tok sama Irsyad."

Nisma ngakak, "Emangnya aku setega itu sama Neng Jomlo."

"Dih, lupa kalau udah sama Irsyad dunia berasa milik berdua, lainnya migrasi ke Pluto," cibir Senja menarik ujung rambut Nisma.

Nisma menimpuk punggung Senja dengan bantal kursi, "Hahaha ... s i a lu n kowe, Nja!"

"Si Vida jadi mudik nggak ya?"

"Tergantung suaminya bisa cuti apa enggak. Maklum sih, wong Vida paling jauh sendiri."

"Mudah-mudahan lah ya, biar sekalian kita bisa reunian." Senja berkata penuh harap.

"Woiya sip itu," sahut Nisma mengacungkan jempolnya.

Senja, Nisma, Ambar, dan Vida adalah empat sahabat dekat semenjak SMU. Jarak yang memisahkan, serta kesibukan, tak menyurutkan persahabatan yang sudah terjalin lama di antara mereka.

Senja dan Nisma kuliah di tempat yang sama. Hingga sekarang keduanya memilih membuka usaha toko bunga bersama di kawasan Kotabaru Jogja. Dengan nama 𝙈𝙖𝙣𝙟𝙖 𝙁𝙡𝙤𝙧𝙞𝙨𝙩 mengambil dari nama keduanya.

Lalu Ambar yang sejak dulu nyidam jadi pegawai, setahun belakangan ia lolos CPNS. Sementara Vida yang tak melanjutkan kuliah, memilih mengikuti suaminya yang seorang manajer sebuah perusahaan di Semarang.

***

Sejak pagi sampai lepas Magrib, Senja dan Nisma tak memiliki kesempatan bersantai. Dua karyawan perempuan dan dua karyawan laki-laki sibuk berbagi tugas. Toko sedang penuh pelanggan. Mereka datang silih berganti. Di luar itu pesanan via online pun cukup membeludak.

Dalam kalender Jawa, bulan Dzulhijjah musimnya orang punya hajat mantu. Beberapa kontrak telah Senja dan Nisma setujui. Menggarap dekorasi dan penyediaan bunga pada beberapa hajatan.

Awalnya mereka setuju menggarap dekorasi pernikahan Ambar. Tapi karena adanya 𝙧𝙚𝙨𝙘𝙝𝙚𝙙𝙪𝙡𝙚 tempat dan acara, terpaksa Ambar membatalkan kontrak dengan 𝙈𝙖𝙣𝙟𝙖 𝙁𝙡𝙤𝙧𝙞𝙨𝙩. Terlebih jadwal yang berbenturan dengan kontrak mereka di tempat lain.

Senja dan Nisma sedang menyelesaikan beberapa pesanan saat salah satu karyawannya tergesa mengambil lily putih dari keranjang.

"Ati-ati ngambilnya, Wur. Rontok semua ntar," tegur Nisma.

"Orangnya minta cepet keburu malem, Mbak Nis." Gerak cepat Wuri merangkai buket dan menyematkan kertas ucapan di salah satu tangkainya.

"Sabar yo, Wur. Pelanggan emang macem-macem modelnya," ujar Senja.

Ucapan; '𝙎𝙚𝙢𝙤𝙜𝙖 𝙡𝙚𝙠𝙖𝙨 𝙨𝙚𝙢𝙗𝙪𝙝 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙀𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖.' menyita perhatian Senja.

Senja mengernyit tak setuju, "Loh, masa lily putih to, Wur? Nggak salah?"

"Orangnya yang minta, Mbak Nja. Katanya Eyangnya penyuka lily putih."

"Orangnya masih ada nggak?" tanya Senja.

"Masih, tuh!"

"Atasin Njaaa ...." Nisma meledek sahabatnya itu.

Kumpulan Cerita Pendek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang