CleyA bersikeras melarangku mengikuti latihan pedang karena kondisiku yang masih lemah, padahal sudah dua hari aku tidak mengikuti latihan. Alhasil, malam ini aku ke hutan malam, tempat yang kujadikan ruangan latihan pribadi. Awalnya tersesat ketika mencari kembali lokasi tempat ini, untungnya Uioral menuntunku lagi. Setiap malam waktu senggang, aku selalu datang kemari untuk berlatih pedang mandiri. Namun, kini aku hanya duduk menatap bulan yang terang sedangkan Uioral asyik bermain dengan ilalang yang terus bergoyang akibat hembusan angin.
"Karena kalau kau menjadi lemah, ibumu ini dengan mudah akan merenggut nyawamu yang berharga."
Tiba-tiba aku teringat mimpi tadi, apakah benar hanya mimpi? Rasanya sangat nyata sekali. Lalu, siapa gadis kecil itu dan apa hubungannya denganku? Aku tidak mengerti sekarang, mengapa aku merasakan sesak dalam dada setiap memikirkannya sampai aku tersadar buliran air berjatuhan yang ternyata berasal dari mataku sendiri.
"Bodoh sekali." Perkataan mengumpat yang terlintas dalam pikiranku.
"Kau menangisi hal yang tidak berguna bahkan kau tidak tahu penyebabnya?" timpal lainnya yang juga melintasi pikiranku.
"Lagi-lagi kembali terjadi seperti ini ya .... " lirihku pada diriku sendiri.
Aku memilih fokus mengayunkan pedang melampiaskan seluruh perasaan yang bukan milikku sehingga aku tidak begitu mendengar gumaman diriku sendiri yang begitu ramai.
"Ngraw ...." 'Caramu kurang tepat'
Tanganku terhenti, menoleh ke arah Uioral yang kini berada di atas kursi kayu menatapku dengan manik hitamnya. Aku mengernyit dahi, "Maksudmu?"
"Ngraw ...." 'seharusnya kau tidak melarikan diri, hadapi semua yang sedang kau hadapi, dengan begitu akan semakin dekat dengan jawaban yang selama ini kau cari.'
"Jadi, ini ujiannya ya. Aku sampai tidak sadar kapan awalnya di mulai .... Sudah saatnya keluar dari zona nyaman." Aku mendongak, langit-langit dihiasi gemintang.
Terik matahari siap menyambut, kendaraan umum akhirnya berhenti, menandakan sudah sampai di tempat tujuan. Aku langsung turun dan melangkah cepat masuk ke dalam kelas, melepaskan tas dikursi bahan logam.
"Oh, iya. Hari ini kita tidak berlatih, melainkan uji malam." ujar CleyA Seraya duduk di kursi sebelahku.
Seolah mengerti raut wajahku, CleyA membalas dengan mengangkat bahu, "Aku belum pernah mengikuti kegiatan ini sebelumnya."
"Suka bolos?" celetukku dalam hati yang sengaja kusampaikan padanya.
Sesaat CleyA terdiam, mencerna kalimatku. Begitu menyadarinya ia langsung membulatkan mata, menatap tajam tidak terima.
"DIH. GAK, YA!" CleyA berdehem kemudian merendahkan suaranya. "Bukan karena aku bolos. Tapi, aku baru masuk pelatihan ini 3 bulan yang lalu. Dan baru hari ini ada kegiatan uji malam," jelasnya padaku sambil memalingkan wajah.
"Jadi, tidak ada kegiatan uji malam sebelumnya?" CleyA balas mengiyakan.
"Semoga kita bisa melaluinya dengan baik ...." harap CleyA seakan kalimatnya tersirat, aku balas mengangguk setuju.
Jam istirahat
"Mau ke mana?"
"Perpustakaan." Terlihat CleyA hendak bertanya lagi.
"Kuharap tidak ada lagi pertanyaan," timpalku yang cukup membuat CleyA menghela napas kasar.
Dengan cepat aku melangkah menuju samping ruangan gudang lab. Memasuki perpustakaan yang cukup besar nan luas bercorak kayu greentea. Buku-buku yang tertata rapih di setiap barisan lemari, membuatku tak sabar mencarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah, Abu & Biru (Series)
FantasySejak usia 10 tahun tumbuh rasa penasaran akan jati dirinya yang terasa berbeda hingga menemukan tujuan yang telah lama ia lupakan. Bagai boneka hidup, ia hanya menunjukkan wajah tanpa ekspresi dan tidak mengerti akan rasa emosional. Begitu dek...