Chapter 19

0 0 0
                                    

   Napas guru Bertopeng tercekat, terkejut akan kehadiran pria di hadapannya yang kini mencengkeram kuat lehernya. Apalagi saat situasi terdesak membuat guru bimbang memikirkan keselamatan CleyA yang mengejar waktu.

"Apa ... Uhk.. Maksudmu?... Apa ... Uhk... yang membuatmu berpikir begitu? Uhk... Aku tidak pernah niat melakukannya ... dan kau tau hal itu ...," ujar guru Bertopeng  kesulitan bernapas.

   Cengkeramannya semakin kuat namun perlahan melepaskannya hingga guru sedikit terhuyung bersandar ke pohon seraya mengatur napas, nyaris kehilangan kesadaran. Kemudian, menunduk beri hormat pada pria di hadapannya tampak seperti masih berusia 25 tahun dengan pakaian serba putih layaknya seorang ahli peneliti. Berusaha tetap tenang meski dalam benaknya terus memikirkan keadaan CleyA.

"Mengapa? Khawatir dengan muridmu CleyA? Biarkan saja dia mati oleh racun," Guru terdiam sejenak mendengar perkataan pria itu seakan mengetahui isi benaknya.

"Tidak, aku hanya menyelamatkannya karena dia masih memiliki kesepakatan dengan Tuan, kan?"

"Memang benar aku dengannya melakukan kesepakatan kerja sama. Tetapi, kini dia sudah tidak diperlukan," ucapnya membuat guru mengerutkan dahi.

"Apa ... ini memang rencana dalam mengusulkan adanya Uji Malam?" tanya guru berasumsi.

Pria bermata cokelat tua itu tersenyum, "Benar." Kemudian ia melanjutkan perkataannya, "Akulah yang merencanakan semua ini, selain menguji Rai. Aku menyuruh salah satu anggota bayangan Magical Dark untuk membunuh CleyA, dia tidak lagi berguna dalam rencanaku mengingat ia selalu menjadi penghalang akhir-akhir ini."

"Baiklah, jika itu perintah Tuan," sahut guru seolah menuruti perintahnya, berbalik dan melangkah seakan menuju pulang.

   Setelah merasa sudah jauh dari jangkauan pria itu, guru berjongkok, tangannya menyentuh tanah sambil memejamkan mata untuk mendeteksi keberadaan CleyA dengan kekuatan alam. Lalu, guru bertekad menggunakan seluruh kemampuan teleportasi dari biasanya, selain agar cepat sampai ke tujuan dapat membuat hawa keberadaannya transparan. Sesudah sampai, tampak tubuh CleyA sudah mulai memucat. Saat diperiksa, setengah badannya sudah dingin membuat Guru dengan cekatan membopong CleyA di atas punggung, menggunakan seluruh kemampuan teleportasinya lagi.

"Guru!" teriak cemas Loui menghampiri guru yang sudah sampai dengan keadaan lemas berlutut ke tanah, membantu membopong CleyA.

"Sebaiknya guru beristirahat saja ... Biar saya yang membawa CleyA ke dalam," ujar Loui dibalas anggukan pelan dari Guru yang memang benar-benar sudah terkuras energinya akibat menggunakan kemampuan tinggi.

"Apa yang terjadi padanya ...," tanya Ishiro semakin khawatir melihat Loui membaringkan CleyA tak berdaya di kasur pasien sebelah Rai dengan luka tusukan di punggung dan luka racun di lengannya.

"Sepertinya tusukan di bagian punggung mempercepat reaksi racun bagian lengannya karena sudah hampir menyebar ke seluruh tubuh. Untunglah Guru tidak begitu terlambat," jelas Loui sambil mencari ramuan penangkal racun tumbuhan Fleishir di rak herbal karena tau CleyA memiliki obat tersebut.

"Ada di dalam laci kedua," kata Ishiro seakan tau apa yang dicari Loui dan tentu saja ia lebih karena sangat mengenali sahabatnya yang terbaring itu.

   Ketika Loui membuka laci kedua yang Ishiro katakan, benar saja. Terdapat satu botol sekecil jari kelingking berwarna hijau tua, segera ia meraihnya dan meneteskan di atas bibir CleyA yang perlahan tiga tetes itu masuk ke dalam mulut CleyA, perlahan-lama setengah tubuhnya yang awalnya dingin kembali hangat. Hal itu membuat Loui dan Ishiro bernapas lega.

   Dalam tiga hari, Ishiro sudah mulai pulih sedangkan CleyA baru siuman. Rai? Masih terbaring tak sadarkan diri, hanya CleyA dan Guru yang tau alasan Rai belum siuman. Kemudian, sebulan telah berlalu.

"Rai?! SYUKURLAH KAU SUDAH BANGUN, AKU SANGAT KHAWATIR TAU!" ucap seseorang yang tak lain CleyA, ia langsung memeluk Rai yang baru saja siuman.

"Sepertinya kau memeluknya terlalu kencang, CleyA," sahut Louie yang merasa heran pada Rai yang tidak meringis sedikitpun dalam pelukan erat CleyA.

"Eh, maaf-maaf. Aku terlalu senang melihatmu akhirnya siuman."

"Memangnya sudah berapa lama?" tanya Rai yang masih lemas.

"Sudah sebulan Anda mengalami masa koma." Jawab Loui yang membuat Rai terkejut.

"Selama itu, ya ..." Lalu, Rai teringat sesuatu. "Oh, ya. Bagaimana dengan Ishiro?"

"Dia paling cepat pulih di antara kita hanya dalam tiga hari di saat itu aku sendiri baru siuman," jawab CleyA mengetahui hal tersebut karena diberitahu oleh Loui.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Merah, Abu & Biru (Series) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang