"Melindungi? Pft" Ishiro langsung terkekeh hambar mendengar perkataan tersebut.
Lalu ia menatap sinis ke arah orang di hadapannya. "Akan kubantu koreksi perkataan manismu itu, Kau melakukannya atas perintah pemimpinmu demi naik pangkat hingga tega membunuh seluruh keluargamu sendiri, salah satunya adalah orang tuaku. Namun, ternyata kau masih tidak puas menjadikan kakakku pelayanmu."
"Untuk usiamu saat ini, tidak akan mengerti tentang pengorbanan." Seraya ia menyayatkan telapak tangan Ishiro dengan pedang hitamnya, darah pun membasahi tanah.
Tak hanya itu, di balik kepulan awan hitam, petir langsung menyambar ke arah pedang hingga aliran listrik menyelimutinya. Ishiro mengerang kesakitan akibat dapat merasakan darah miliknya yang menempel pada pedang tersebut. Akan tetapi, seketika aliran listrik terganti menjadi salju tebal yang menyelimutinya sampai ujung. Bahkan, nyaris merambat ke tangan si pemilik apabila tak segera dilepaskan dari genggaman.
"Siapa kau? Berani sekali menghentikanku," ucap Kakek tua dengan nada dingin, menatap gadis kecil yang muncul di tengah ruangan menghadap ke arahnya.
"Fufufu ... mau kakek, mau cucunya, sama saja bodohnya."
"Rai?" Ishiro memicingkan mata, memastikan apa yang ia lihat, karena mata yang berbeda membuatnya ragu.
"Apa benar itu Rai?" itulah pertanyaan di benaknya sekarang.
"Hei kakek tua, lepaskan bocah itu. Sekalian juga, menyelesaikan masalah kita di sini." Sesaat, ia menjentikkan jari 2 kali.
"Masalah?" ucap ulang kakek tua tak mengerti. Sesaat ia menoleh ke arah cucunya. Benar saja akan firasatnya dengan jentikan itu, hanya ada akar potongan di tanah.
"Waw, semudah itu ya kau bisa melupakannya ...," desis gadis kecil dengan manik kuningnya yang tajam menatap lawan.
Melihat tatapan itu, kakek tua mulai teringat suatu memori di mana ia mendapatkan tatapan yang sama namun di tempat berbeda.
"Biar aku ingatkan lagi kejadian yang telah kau perbuat." Seraya berlari ke arah Kakek tua sambil menunjukkan seringaian makna.
"Lamban," cetus kakek tua sebelum mendapati serangan.
Bruk!
Badan gadis kecil terlempar lebih dulu ke salah satu dinding. Tak hanya itu, belum jatuh ke tanah tubuhnya ditekankan lagi ke dinding membuat ia kesulitan bernapas menahannya.
Namun, darah iblisnya mengalir keluar dari luka dalam yang dibuat oleh gadis kecil di dahi dan Ia baru menyadari akan serangan tipuan tadi. Suara kekehan terdengar dari anak kecil, menertawakan akan keberhasilannya dalam serangan jebakan. Padahal, ia yakin sekali sebelumnya anak kecil itu tak membawa apapun di lengannya.
"Kau ...." Menatap anak kecil dengan geram dan memberi tekanan lebih besar seraya mendekatinya.
"Aha, tinggal hitungan detik ... mari kita lihat ... apa yang akan terjadi padamu, kakek tua," ujarnya sambil menahan tekanan berat.
"Sebelum itu terjadi, akan kupastikan kematianmu dulu, anak lemah."
Kini ia tak bisa meremehkan lawan yang ia hadapi sekarang, sebelum terjadi hal merepotkan ia harus segera melenyapkannya. Namun, kekuatannya tiba-tiba saja melemah begitu hendak meremukkan tubuh lawan.
"Lihat? Siapa di sini yang lebih lemah?" Merasakan tekanan perlahan sirna hingga akhirnya ia bisa bernapas lega.
"Cairan apa yang kau lumuri di senjatamu?" tanya kakek tua yang kini perlahan ambruk, berlutut lemah.
"Hm? Untuk apa aku memberitahumu? Nikmati saja detik-detik deritamu itu, mungkin saja sebentar lagi ajal menjemputmu." Lalu gadis kecil langsung meninggalkannya seraya melambaikan tangan dengan senyuman khas.
Kini ia ingat pertemuan pertamanya dengan gadis kecil itu, di mana saat ia menyerap energi 2 anak spesial. Muncul gadis kecil berusia 8 tahun melihat 2 tubuh mayat berserakan dengan tubuh bergemetaran dan menatap penuh amarah sampai ia sendiri dapat merasakan energi gelap menyelimuti seluruh tempat, membuat dirinya pun terasa sesak bernapas. Tak mengerti kekuatan macam apa yang dimiliki anak kecil itu, hingga sekarang ia hanya dapat menyimpulkan bahwa gadis kecil cukup berbahaya apabila menjadi musuh para magical dark.
°°°°°°°°°°°°°°°
"Berikan tanganmu."
"Kau benar-benar Rai?" tanya Ishiro tak percaya.
Sedangkan orang yang ditanyakan, menghela napas malas. "Tak ada gunanya kau bertanya, aku malas menjelaskannya apalagi waktu kita tidak banyak sekarang." Rai langsung meraih paksa telapak tangan Ishiro yang telah tersayat.
"Apa yang ingin kau laku-" Ishiro langsung tak sadarkan diri begitu Rai menepuk jidatnya.
"Kenapa rata-rata orang yang habis diselamatkan selalu banyak bicara? Hadeh." Rai memutar bola mata ke samping dan menghela napas sembari memanggul Ishiro.
Seolah mengejar waktu, ia segera masuk ke portal yang sama tanpa berpikir panjang. Tibalah ia di tempat sebelumnya, kastil. dan pria tinggi pun masih menunggu di dekat pintu, menatap kehadirannya dengan senyuman misterius.
"Saya memang tidak mengenal Anda, tapi terima kasih. Berkat Anda, saya dapat menyelamatkan teman saya," sahut Rai, berusaha bertutur sopan.
"Tentu ada bayarannya," paparnya sembari menjentikkan jari untuk menutupi portal miliknya.
"Ya, Saya tau itu. Tapi, sebaiknya Anda bicara dengan pemilik tubuh ini nanti. Sekarang saya sedang mengejar waktu, mohon kesabarannya. Saya harus segera pergi." ucap Rai langsung meninggalkan tempat.
"Justru itu, kalian bertigalah bayarannya." gumam Pria tinggi dari kejauhan yang masih terdengar oleh Rai.
Namun, ia tak sempat memikirkannya karena benar-benar mengejar waktu. Sebab, tak lama lagi ia akan hilang kesadaran cukup lama akibat dampak mengendalikan tubuh sepenuhnya dalam waktu 1 jam. Jika diperkirakan dengan waktu sekarang, ia akan berakhir 1 jam lagi. Hingga hasilnya 2 jam, efeknya tentu lebih besar dari pada awalnya. Sebelum hal itu terjadi, ia harus mengantar Ishiro kepada gurunya karena sayatan yang diberikan merupakan 'Iagra' yaitu menjadikan manusia sebagai salah satu bagian kegelapan. Untunglah ia berhasil menggagalkan kesempurnaan kegiatan tersebut hingga masih bisa dipulihkan raganya.
"Hei, kita sudah impas, oke. Aku telah menyelamatkanmu di kehidupan ini walau melalui tubuh yang berbeda," kata Rai kepada Ishiro yang tak sadarkan diri, seraya lari melewati jalan awal uji malam.
Langsung disambut dengan raut kecemasan yang terpampang jelas pada wajah Louie dan guru yang langsung menghampiri Rai.
"Guru, ia mengalami 'Iagra' untungnya aku menghentikan kesempurnaannya," lapor Rai langsung dimengerti oleh Guru.
Guru langsung membawa Ishiro ke ruangan pengobatan bersama Louie yang segera mempersiapkan segala herbal diperlukan.
"Sudah saatnya kukembalikan padamu, Rai. Harapanku hanyalah kau dapat segera mengenali jati dirimu dan menjadi orang yang lebih baik dibanding aku yang dulu, semoga petunjuk yang telah kuberi cukup untukmu wahai diriku yang sekarang, Rai Na Seil." gumamnya dalam hati.
Di sisi lain, CleyA masih berada di dalam hutan yang semakin jauh setelah bertarung dengan anak kecil yang terus memeluk boneka. Tergeletak setengah sadar di atas dahan pohon tebal dengan kondisi luka racun terbuka ditambah dengan luka tusukan pisau di punggung berlapis cairan mempercepat efek racun.
TBC-
-
-
-
-
-
-
Maaf publishnya telat, semoga ceritanya makin seru bagi kalian (^o^)
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah, Abu & Biru (Series)
FantasíaSejak usia 10 tahun tumbuh rasa penasaran akan jati dirinya yang terasa berbeda hingga menemukan tujuan yang telah lama ia lupakan. Bagai boneka hidup, ia hanya menunjukkan wajah tanpa ekspresi dan tidak mengerti akan rasa emosional. Begitu dek...