Chapter 13 Uji Malam 3

5 0 0
                                    

CKLAP! CKLAP! CKLAP!

   Belum satu tarikan napas makhluk mangkuk penuh lumutan mengerumuninya dengan brutal bagai mengincar santapan yang mereka tunggu. Beruntung Ishiro sigap memberi tameng di sekitar tubuh, setidaknya 5 menit bisa bertahan untuk mencari cara keluar.

   Menatap sekeliling, matanya tertuju ke sebuah akar bergantungan yang tak begitu jauh. Segera ia menghampiri walau tubuh terasa berat seakan lumpur menarik tubuhnya tuk tenggelam lebih dalam hingga memakan waktu dengan sekuat tenaga ia mendekati akar tersebut, tameng mulai retak akibat terus mendapatkan hantaman keras para makhluk mangkuk sampai akhirnya berhasil tepat waktu meraih akar, berusaha keluar dari kawah lumpur yang rasanya tubuh semakin mati rasa.

   Kemudian ia naik mencapai ketinggian dengan jarak cukup jauh dari kawah lumpur, seketika tidak ada lagi makhluk cangkang mangkuk berlompatan. Terlihat tenang, bagai mustahil berpenghuni di dalam sana. Setelah melalui rintangan yang nyaris merenggut nyawa, ia kembali menatap kertas miliknya seraya bergelantungan di tengah-tengah kawah. Rute ke-3 menunjukkan bahwa benda terakhir berada di antara kawah lumpur. Dengan manik blueberry blue kembali menyoroti setempat, memandang seksama. Berselang kurang dari 5 menit akhirnya ia mendapati suatu titik yang ia yakini itulah benda sedari tadi dicari. Dengan bantuan dorongan tubuh ia meraih akar ke akar lainnya. Hingga benda menjadi terlihat jelas, berbentuk jajar genjang berwarna coklat bagai pohon. Cukup sulit dalam pengambilannya karena benda itu tertancap di antara kawah lumpur.

   Ishiro mengaktifkan tameng pelindung khasnya, Bersiap turun mengambil benda itu perlahan. Tepat ketika jarak sudah mendekat tak terjadi apapun, hal ini membuatnya heran sesaat. Karena tak ingin berlama-lama membuang kesempatan emas, ia segera mengambil tanpa menyentuh tanah.

   BERHASIL! Akhirnya ia menghembus napas lega lalu lanjut melangkah memasuki rute finish dan bertemu CleyA yang mulai menyusul sambil terus mengoceh. Bukan ia risih, tapi memang sengaja menjauh dari sahabatnya, CleyA. Sebab ia takut akan kehilangan orang terdekat karena dirinya lagi.

"Bodohnya aku ... Bagaimana bisa aku tidak menyadari ini," umpatku pada diri sendiri.

   Baru sadar kalau ternyata aku salah mengambil kertas, yang kugenggam adalah kertas milik peserta sebelumnya yang kemungkinan tidak selamat.

Tunggu.

"Bukan karena aku bolos. Tapi, aku baru masuk pelatihan ini 3 bulan yang lalu. Dan baru hari ini ada kegiatan uji malam," jelasnya padaku.

"Jadi, tidak ada kegiatan uji malam sebelumnya?" CleyA balas mengiyakan.

   Mengingat pembicaraan kami dipagi hari, tertulis di belakang kertas ini milik peserta 3 bulan yang lalu. Tapi, aku merasa ada sesuatu yang janggal. Jikalau uji malam ini memang tidak pernah ada, artinya kertas ini palsu? Atau CleyA berbohong? Untuk memastikan, aku harus segera melangkah mengikuti rute lama ini dengan menahan pening yang terus menyerang kepala.

   Satu jam berlalu, tidak menemukan apapun. Tanpa menyerah, terus berjalan hingga akhirnya menemukan bangunan yang menarik perhatianku. Aku segera memasukinya seraya mengamati seluruh sudut bangunan tua yang terlihat sangat tidak terawat membuatku berpikir "Bangunan ini terbengkalai?"

Krak!

   Sontak aku merunduk, melihat serpihan tengkorak berserakan padahal tak tercium aroma amis sama sekali sejak awal masuk. Mencoba mengambil salah satu tengkorak, ternyata tulang belulang ini sudah mengeropos yang cukup membuktikan telah lama bertahun-tahun. Dengan segera kumasukan ke dalam tas kecil untukku teliti nanti.

   Lanjut memasuki sebuah ruangan yang begitu luas namun, dipenuhi sarang laba-laba serta debu begitu pekat yang cukup menggelitik rongga hidungku. Terpaksa menahan demi mencari petunjuk maupun jawaban dengan memeriksa beberapa buku dan barang yang berceceran di mana-mana. Hingga mataku terfokus ke arah benda berupa buku yang tergeletak di atas meja oval, besar. Begitu tebal ditambah sampul yang begitu unik bagiku, seperti terbuat dari kayu dengan covernya berlukis batang pohon mengarah ke sebuah bulan biru yang terlihat cerah seolah ada gemericik cahaya di tengah sana.

Merah, Abu & Biru (Series) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang