"Awal kehancuran kerajaan Crystalicia. Tepat di acara ulang tahun putri kedua mereka, terjadi penyerangan besar yang tak lain para anggota Magical Dark. Alasannya? Mereka ingin menguasai wilayah Crystalicia. Seluruh penduduk asli di sana lenyap dihisap mereka," jelas CleyA kepada Rai yang masih mendengarkan.
Rai hanya ber-oh sebagai jawaban. CleyA mengernyit dahi, tidak mengerti jalan pikiran teman di hadapannya ini.
"Kenapa kau sangat ingin tahu hal ini?"
Rai mengedikkan bahu. "Hanya penasaran."
"Aku tidak yakin dengan jawabanmu itu." CleyA Menatap curiga ke arah Rai.
"Kau bisa menanyakannya jika aku sudah mendapatkan jawabannya." Rai menirukan gaya respon yang pernah CleyA lontarkan semalam dengan konsep berbeda sedangkan lawan bicara terdiam.
Rai melangkah pergi menuju kelas.
"Jangan lupa, sore ini kita latihan sampai malam. Jadi, jangan sampai terlambat lagi dengan alasan ketiduran." Belum jauh, langkah Rai terhenti mendengar peringatan CleyA.
"Iya," sahut singkatnya kembali melangkah.
Rai menatap jam dinding, waktu menunjukkan O8:qE (08:43) mulai sibuk membaca buku berisi tumbuhan yang dapat dijadikan banyak ramuan.
"Baik, silahkan tutup buku kalian. saya beri kalian waktu satu jam untuk mencari bahan-bahan dan tumbuhan yang kalian butuhkan untuk persiapan praktik." para murid langsung menyimpan buku di meja masing-masing, ada yang mulai menulis di secarik kertas dan ada pula yang mencoba mengingat bahan-bahan.
Aku sendiri sudah menulis tumbuhan dan bahan di selembar kertas saat membaca buku. Lalu, aku segera keluar dari kelas bersama yang lainnya. Ada 3 kebun dan hutan di sekolah ini yang sengaja disediakan. kebun pertama di belakang gedung sekolah. kebun kedua di ujung kantin, hutan pertama di depan sekolah dan satunya adalah hutan yang pernah aku datangi, hutan malam terletak di dekat pelatihan pedang. Aku memilih mencari di kebun belakang sekolah, tak banyak murid lainnya satu arah denganku.
"Bunga Thustle?" Aku segera menatap sekitar, mencari tumbuhan yang kutulis di kertas selembar.
Dari sedikit kejauhan, mataku tertuju ke salah satu tumbuhan yang sedikit tinggi. Aku segera melangkah ke sana. Tangkai yang tebal dengan daun berbentuk oval lebar menutupinya, serta bunga yang tak terlihat nyata.
"Akhirnya ketemu juga!" sahutku dengan mengeluarkan pisau kecil dalam saku, memotong dua tangkai bunga Thustle.
Selepas memasukkannya ke dalam sebuah kantong, Suara aneh terdengar di balik sumur tua yang terletak di bawah pohon.
"Hai gadis kecil, kita bertemu kembali~" Suara menggema yang berasal dari sumur.
"Bagaimana jika target selanjutnya adalah kedua temanmu sekarang?" sambungnya.
Entah kenapa suara itu aku seperti pernah mendengarnya. Anehnya, satu kata sepatah pun tidak bisa keluar dari mulutku seakan membisu.
"Ah, sebaiknya ayahmu lebih dulu ya. Hihihi~"
Jantungku seketika berdegup cepat membuat napas terasa sesak. Aku tidak mengerti maksud perkataannya.
"Rai?" aku tersadar oleh seseorang menepuk pundakku, Laisa.
"Ada apa?"tanya nya,
Aku menggeleng pelan. "Kamu tidak dengar suara seseorang di dalam sumur itu?" Sambil menunjuk ke arah sumur tua setengah tertutup olek semak belukar.
Tampak Laisa mengerutkan kening, "Suara apa? Aku tidak mendengar suara apapun, Sumur itu sudah lama terbengkalai. Mungkin, kamu salah dengar."
Aku hanya mengangguk, meski masih merasa mengganjal. Aku lanjut mencari tumbuhan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah, Abu & Biru (Series)
FantasiSejak usia 10 tahun tumbuh rasa penasaran akan jati dirinya yang terasa berbeda hingga menemukan tujuan yang telah lama ia lupakan. Bagai boneka hidup, ia hanya menunjukkan wajah tanpa ekspresi dan tidak mengerti akan rasa emosional. Begitu dek...