Chapter 06 🥀

627 71 13
                                    

    Matahari sudah menampakkan cahaya di atas sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Matahari sudah menampakkan cahaya di atas sana. Cahayanya sudah menyinari seluruh kota Seoul. Hari ini begitu cerah menampilkan langit biru yang dihiasi gumpalan-gumpalan awan putih, sebagian orang yang berada di luar rumah maupun di dalam ruangan memandang ke langit luas dengan rasa kagum.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dimana para karyawan beristirahat, semua karyawan kantor KT GREUP berhamburan untuk pergi kantin untuk makan siang. Namun tidak dengan sosok pria tampan yang berada di ruang kerjanya. Duduk di kursi kerjanya menatap keluar jendela kaca lebar ruangannya, sudah satu jam yang lalu Jimin melakukan aktivitas itu dengan pikiran berkelana, entah kemana.

Hela nafas berat terdengar, Jimin mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, yaitu sebuah kalung emas, opal putih berbentuk matahari yang di keliling zirkonia kubik tampak halus dan indah.

Jimin menatap kalung berbentuk matahari itu sangat lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin menatap kalung berbentuk matahari itu sangat lama. Kalung yang selalu dia bawa keman-mana selama ini. Kalung itu adalah benda yang paling berharga bagi dia di dunia ini. Kalung pemberian dari orang yang sangat dia sayangi dalam hidupnya. Jimin jadi teringat akan kenangan masa kecilnya, dimana ia mencoba mengajari teman masa kecilnya itu mengendarai sepeda.

Flashback on

"Aku sangat takut. Bagaimana jika aku jatuh," ucap anak perempuan cantik dan imut yang berumur lima tahun kepada teman laki-laki yang berumur delapan tahun.

"Tidak apa-apa. Aku akan selalu bersamamu, jangan takut," seru anak laki-laki itu, untuk menyakinkan temannya.

Perlahan, anak perempuan itu menaiki sepeda berwarna pink tersebut. Dengan sigap anak laki-laki itu memegangi sepedanya agar tidak jatuh.

"Sekarang kamu gayun sepedanya perlahan. Aku akan pegangin dari belakang," ujar anak laki-laki itu.

Anak perempuan itu mengangguk mengerti."Oppa jangan di lepas yah?"

"Iya!"

Anak perempuan itu mulai mengayuh sepeda roda dua itu, biasanya anak perempuan itu hanya akan menaiki sepeda beroda empat. Namun kali ini ia ingin belajar menggunakan sepeda roda dua. Anak laki-laki itu dengan setia mengikuti temannya dari belakang, sesekali  juga ia membantu menyeimbangkan sepeda itu kala teman hampir terjatuh.

𝐂𝐫𝐮𝐞𝐥 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 | 𝐕𝐡𝐨𝐩𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang