Menceritakan kisah seorang CEO tampan, yaitu Kim Taehyung pemilik perusahaan KT grup dan juga dikenal sebagai pemimpin anggota mafia egois, dingin dan berhati kejam yang terpaksa menikah dengan anak sahabat dari orang tuanya karena sebuah wasiat yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pada pukul sebelas, matahari telah menapakkan dirinya di langit biru, sinarnya merembes masuk melalui celah-celah gorden kamar. Seorang pria dewasa tergeliat di bawah selimut, mengerang berat. Dia menarik kembali selimut hitam itu untuk menutupi wajahnya yang terganggu oleh sinar yang masuk.
Taehyung, yang baru saja kembali ke alam mimpi, terkejut oleh suara dering telepon. Meski Taehyung awalnya mengabaikannya, dering yang semakin keras itu justru semakin mengganggu tidurnya.
Dengan wajah yang masih menunjukkan tanda-tanda baru bangun tidur, ia meraih ponselnya yang terletak di atas meja naskahnya, mengumpat dalam hati. Dia merasa kesal kepada si pengganggu yang berani mengganggu tidurnya, terlebih lagi di hari liburnya.
"Hallo?" Taehyung menyapa dengan suara serak, khas orang yang baru bangun tidur, nada bicaranya sedikit kesal.
"Kau baru saja bangun? Astaga, sudah siang loh," ujar seseorang dari seberang sana.
"Aiss, ayah hanya mengganggu tidurku! Sungguh menyebalkan! Ada apa ayah meneleponku?" Taehyung bertanya dengan nada kesal kepada tuan In-sung.
"Satu jam lagi, ayah akan datang ke rumahmu untuk makan siang bersama," jawab tuan In-sung dari seberang sana.
"Iya, baiklah," kata Taehyung dengan nada sarkastis, dan langsung menutup teleponnya tanpa menunggu respon lebih lanjut dari ayahnya.
Setelah menerima panggilan dari ayahnya, Taehyung melanjutkan tidurnya. Namun, baru saja ia menutup matanya selama 5 detik, matanya terbuka lebar dengan ekspresi terkejut.
Dengan gerakan cepat, Taehyung segera beranjak dari kasurnya, "sepertinya, wanita jalang itu belum bangun. Apa dia masih hidup atau mati ya, semoga saja mati," ucap Taehyung sambil berjalan menuju kamar mandi.
*****
Byurrr
"Bangunlah, wanita malas! Jangan hanya berbaring di sini, bangun!" ujar Taehyung setelah menyiram Hoseok dengan gayung penuh air kerang, yang berhasil membangunkan Hoseok dari tidurnya. Hoseok pun terbangun, mencoba menyesuaikan diri dengan keadaannya dan memandang ke atas, menatap suaminya yang berdiri dengan sikap angkuh di dekatnya.
Hoseok dengan segera bangkit dari lantai yang dingin, sambil mengusap wajahnya yang basah dengan tangan sendiri. Dia berdiri, merasakan sakit yang masih menggelayut di tubuhnya, akibat semalam menerima siksaan dari Taehyung.
Taehyung melemparkan gayung itu tanpa arah yang jelas, lalu meraih rambut Hoseok, yang membuat wanita itu harus menahan rasa sakit sekali lagi.
Dengan suara penuh ketakutan, Hoseok memohon, "Tolong, jangan siksa aku lagi. Ini sakit tolong lepaskan." dia teringat kejadian semalam ketika suaminya menamparnya, memukul, dan bahkan menendang tubuhnya tanpa ampun.
Taehyung menjawab dengan nada acuh, "Apa aku harus peduli denganmu? Tidak, tentu tidak! Aku tidak peduli, mau kamu sakit, pingsan, atau mati sekalipun. Aku tidak peduli sama sekali." kemudian Taehyung melepaskan jambakan itu secara kasar.
Hoseok merasa sedih mendengar ucapan tersebut. "Oppa bukankah ucapanmu itu sudah keterlaluan? Aku ini istrimu, kenapa oppa bicara seperti itu?" ujarnya dengan raut wajah sedih menatap Taehyung.
Taehyung menatapnya dengan dingin. "Camkan ini. Aku tidak sudi menjadi suamimu, apalagi dari wanita jalang seperti dirimu. Aku lebih memilih mati daripada memiliki istri bodoh sepertimu. Dan ingat, kita menikah hanya karena wasiat itu. Jadi, jangan berharap lebih dari itu."
Hoseok merasa hatinya sakit, sakit yang melebihi rasa sakit di sekujur tubuhnya. Apakah dia benar-benar seburuk dan menjijikkan itu? Dia sendiri tidak tahu alasan kenapa Taehyung menyebut dirinya seperti itu.
"Dalam satu jam, ayah akan datang ke sini untuk makan siang. Kau harus pergi dan merapikan dirimu. Setelah itu, siapkanlah makanan siang," kata Taehyung dengan nada dingin.
Hoseok mendengar perintah dari Taehyung, wanita itu hanya bisa mengangguk, Hoseok terlalu terpukul untuk mengeluarkan suara.
"Ingatlah satu hal," ujar Taehyung, sambil menunjuk wajah Hoseok dengan tegas, "Jangan berani-berani menceritakan peristiwa semalam kepada siapa pun. Jika aku mendengar kamu membicarakannya dengan orang lain, aku tidak akan ragu untuk membu----"
"Membunuhku!" ucap Hoseok menatap Taehyung, "tanpa perlu oppa minta aku tak akan pernah membuka aib kekejaman suamiku kepada siapapun," lanjut Hoseok dengan suara lirih. Meski dalam kondisi seperti ini, Hoseok masih mampu menunjukkan senyum tulusnya kepada Taehyung, yang telah menyiksanya tanpa henti malam sebelumnya.
"Beraninya kau menghentikan pembicaraanku!!" ucap Taehyung dengan nada yang memancarkan aura otoritas.
Plak
Meski tamparan keras dari Taehyung mendarat di wajahnya, Hoseok hanya bisa merespon dengan senyuman. Tamparan itu membuatnya menoleh ke arah lain, air mata berkilauan jatuh dari matanya yang kemudian ia usap perlahan. Namun, dengan kekuatan yang tersisa, Hoseok kembali menatap Taehyung, dengan senyum tipis yang penuh makna terukir di bibirnya.
"Sekali lagi dengarkan aku wanita bodoh. Aku bukan suamimu." Dengan ekspresi yang begitu tegas, Taehyung mencengkram pipi Hoseok, " dan aku tidak akan sudi mempunyai istri jalang sepertimu." teriknya dan mendorong Hoseok ke lantai. Lalu pergi dari sana.
Mendengar kata-kata Taehyung, Hoseok merasa terpukul. Rasa sakit bukan hanya dari cengkeraman fisik Taehyung, tetapi juga dari kata-kata tajam yang telah diucapkannya. Hoseok merasa diremehkan dan ditolak, dan ini membuatnya merasa sangat sedih dan hancur. Dia merasa seperti dunianya runtuh, dan dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi atau apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dia hanya bisa terdiam, menatap Taehyung yang pergi dengan rasa sakit dan kebingungan.
Setelah suaminya pergi, Hoseok mengambil napas dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Dengan berjuang melawan rasa sakit, Hoseok berdiri dan pergi dari sana untuk melakukan perintah sang suaminya. Ia berjalan dengan langkah yang tidak stabil. Tubuhnya terasa lemas dan lesu, ditambah dengan luka-luka yang tersebar di seluruh tubuhnya dan rasa dingin yang menusuk akibat disemprot air dingin semalam. Itulah realitas hidupnya saat ini, sebuah perjuangan untuk meraih kebahagiaan yang ia idamkan. Meski begitu, Hoseok tetap yakin bahwa suatu hari nanti, ia akan merasakan kebahagiaan itu.
Tbc,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.