Justin tertawa terbahak-bahak, sedangkan Haga tertawa pelan dengan senyum manisnya. Haga mengambil potret Jidan dan Juna yang sedang berlari, ia harus mengabaikan moment ini. Karena Haga tau, moment ini tidak akan terjadi dua kali.
ฅ^•ﻌ•^ฅ
Pada akhirnya Juna memutuskan untuk mempersingkat latihannya dan nanti mungkin ada waktu 2 jam untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, setelahnya Juna akan mengikuti les bahasa inggris dan dilanjut bimble.
Padat, sangat.
Bel pulang berbunyi, membuat para manusia yang sudah lelah kembali segar. Tanpa menunggu lama mereka berhambur ke luar kelas dengan cepat. Kalau Juna lebih suka pulang terakhir, sebab Juna tidak perlu berdesakan dengan orang lain.
Suasana mulai sepi, hanya ada Jidan, Juna, Haga, Mahesa- si ketua kelas. Ketiganya memutuskan untuk menunggu Juna sampai selesai latihan, agar bisa langsung bermain bersama.
"Juna, nih ada yang nyariin lo. Cantik nih!" Ujar Mahesa sedikit berteriak.
"Cie.. Juna." Ledek Jidan.
"Apa sih, kan cuma partner lomba." Sergah Juna.
"Gue latihan dulu ya," ujarnya sembari melangkah keluar kelas.
"Yoi, kita tunggu di kantin yaa!" Jawab Jidan berteriak.
"Ya!" Juna juga menjawab dengan berteriak.
Juna menghampiri Alia yang sedang bermain hp, menunggu Juna. "Lia, udah lama?"
"Enggak kok, yuk latihan katanya mau main sama sahabat-sahabat lo nanti."
Juna dan Lia berjalan beriringan menuju ruang musik, selama perjalanan jantung Juna berdebar begitu keras, Juna takut detak jantungnya bisa terdengar Lia.
"Juna, mau gak?" Lia menyodorkan roti bervarian coklat pada Juna.
"Eh? Ada apa nih?"
"Gue tau lo belum makan, nih makan." Juna ingin tertawa, perempuan itu bilang bahwa Juna belum makan, padahal kenyataannya ia sudah makan.
"Oh iya, makasih ya." Balas Juna.
Juna memakan rotinya dengan cepat, dia tidak boleh mengulur-ulur waktu nanti rencana mainnya juga ikut terulur.
"Ayo mulai latihan."
"Loh? Udah selesai? Cepet banget."
"Biar cepet selesai latihannya." Jawabnya diakhiri kekehan kecil.
"Yaudah ayo."
Juna mulai menekan tuts pianonya, nada indah hasil dari lihainya jari tangan Juna menyapa gendang telinga. Suara Lia juga terdengar merdu mengiringi suara piano Juna.
Berawal dari tatap
Indah senyummu memikat
Memikat hatiku yang hampa lara
Senyum membawa tawa
Tawa membawa cerita
Cerita kasih indah tentang kitaMereka membagi part bernyanyi jadi bukan hanya Lia yang bernyanyi namun Juna juga turut andil. Kali ini adalah part Juna yang bernyanyi, dengan suara lembutnya ia mengeluarkan suara yang membuat hati bergetar.
Terkadang kuragu
Kadang tak percaya
Tapi kuyakin kau milikku
Kau membuatku bahagia
Di saat hati ini terluka
Kau membuatku tertawa
Di saat hati ini terbawa
Terbawa oleh cintamu untukku
Untuk kitaLia menyanyikan bait berikutnya secara sempurna, dengan suaranya yang sejernih air bisa menyihir siapapun yang mendengarnya.
Terkadang kuragu
Kadang tak percaya
Tapi kuyakin kau milikku
Kau membuatku bahagiaDan kemudian mereka bernyanyi secara bersama-sama, menggabungkan dua karakter suara yang berbeda.
Di saat hati ini terluka
Kau membuatku tertawa
Di saat hati ini terbawa
Terbawa oleh cintamu untukku
Untuk kitaLia mengambil alih bait selanjutnya, keduanya sangat mendalami arti lagu ini. Oleh karena itu emosi yang dihasilkan juga sangat nyata.
Kau membuatku bahagia
Di saat hati ini terluka
Kau membuatku tertawa
Di saat hati ini terbawa
Terbawa oleh cintamu untukku
Untuk kitaTerbawa oleh cintamu untukku
Untuk kitaMereka kembali bernyanyi bersama, dan lirik terakhir diambil oleh Juna, mengapa? Karena Lia suara Juna sangat cocok untuk lirik terakhir, sebenarnya suara Lia juga cocok. Namun, Lia tetap mengotot bahwa suara Juna lebih cocok.
Perfect. Satu kata yang mampu menggambarkan latihan kali ini. Mereka berdua benar-benar sudah siap untuk berlomba dan merampas semua medali dan piala yang ada.
"Puas?" Tanya Lia.
Juna mengangguk, "Puas banget. Kalo lo sendiri?"
"Gue juga puas banget. Kayaknya udah gak perlu diulang lagi deh, gue juga mesti ngehemat suara buat lusa kan? Lo juga."
"Iya gak usah diulang," ucap Juna.
"Yessss!!" Sorak Lia.
"Yaudah, gue pulang duluan ya. Bye Juna." Lia mengacak surai Juna lalu berlari keluar ruangan.
Nampaknya bukan hanya rambut Juna yang berantakan tetapi hatinya juga ikut berantakan. Juna memegang dadanya, rasanya jantungnya ingin melompat keluar karena debaran yang tak karuan.
ฅ^•ﻌ•^ฅ
Juna menyusul teman-temannya setelah mengevaluasi latihan tadi, iya sendiri. Ia menatap jam tangan yang tertempel pada pergelangan tangannya, menunjukkan pukul 15.00 artinya dia ada waktu 1 jam lebih lama untuk bermain nanti.
"Dorrr!!"
"Anjing!" Justin menoleh kearah Juna yang sedang tertawa karena berhasil menjahili sang sahabat.
"Tumben cepet?" Tanya haga yang masih fokus dengan gamenya.
"Iya, udah perfect," jawabnya disertai senyum yang merekah.
"Juna," panggil Jidan dengan nada serius.
"Ya?"
"Partner lo buat lomba namanya Lia?" Tanya Jidan, matanya menatap Juna dengan pandangan sedikit tajam.
"He'em, kenapa? Jidan, lo jangan natap gue kayak gitu."
Jidan melunakkan pandangannya. "Lo jangan deket-deket sama dia, apalagi sampe jatuh cinta."
"Kenapa dah?" Serobot Justin.
Jidan menatap Justin serius, sang empu yang ditatap mengerti tentang apa yang terjadi. Haga hanya diam, dia tau kedua sahabatnya bisa menangani itu. Jika memang sudah melewati apa yang direncanakan Haga akan turun tangan.
"Kenapa? Ada apa?" Juna tentu saja ingin tahu jawabannya.
"Pokoknya jangan deket-deket aja."
"Kenapa?"
"Nanti gue kasih tau lo gak bakal percaya, tapi gue mohon lo jangan deket-deket sama Lia."
"Ken-"
"Ayo cabut, nanti keburu antri caffenya." Haga menyela omongan Juna, ia bersiap-siap memakai jaketnya dan diikuti oleh kedua sahabatnya.
"Ayo, Juna."
![](https://img.wattpad.com/cover/328024934-288-k753194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Juna
Kısa Hikaye"Gue kuat, gue gak boleh nyerah." Ini kisah tentang Juna, manusia manis ciptaan tuhan yang jalan hidupnya tidak semanis wajahnya. Di tengah hidup yang tidaklah mudah, apakah Juna masih mampu bertahan atau memilih menyerah? Akankah tuhan mau berbaik...