kisah pertama

210 17 0
                                    

Suara Pak Yono, guru Bahasa Indonesia, membuat mereka tergesa-gesa kembali ketempat duduk mereka. Jam pelajaran pertama pun dimulai, ayo kita tinggalkan mereka dahulu.

ฅ^•ﻌ•^ฅ

"Shira, apakah kamu bisa?" tanya Bu Helmi selaku pembina ekstrakulikuler dibidang musik.

"Akan saya usahakan bu,"

Setelah perbincangan yang sangat panjang akhirnya Shira pun keluar dari ruang ekstra musik dengan wajah yang terlihat lelah. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju ke kantin hendak menemui sang sahabat yang sudah menunggunya dari tadi.

"Gimana Ra?"

Baru saja Shira sampai di kantin, belum sempat duduk sudah ditodong pertanyaan oleh sang sahabat. Salah satu sahabat Shira yang peka bahwa Shila butuh istirahat pun menyenggol dengan pelan lengan sahabatnya.

"Bentar Shila suruh duduk dulu, jangan langsung ditanyain kayak gitu." Tegur Alia, sahabat Shila yang paling peka.

"Oh iya hehehehe, duduk dulu Shila." Livia, sahabat Shira berujar sambil cengengesan.

Setelah Shila duduk Livia dengan sikap tidak sabarannya pun menagih jawaban atas pertanyaan yang sudah ia berikan tadi. Dengan rinci Shila menjelaskan bahwa Bu Helmi memintanya untuk ikut perlombaan menyanyi dengan berkolaborasi bersama anak piano- maksudnya pemain piano, sebenarnya Shila ingin ikut tetapi pada hari perlombaan dilaksanakan Shila mengikuti olimpiade Sains di Jakarta. Jadi tidak mungkin kan Shila mengikuti 2 perlombaan sekaligus. Bu Helmi akhirnya memaklumi alasan Shila, tetapi Bu Helmi meminta tolong padanya untuk mencari pengganti dirinya.

"Ayolahhh guyssss gue mohon banget gantiin gue yaaaa, suara kalian juga sama bagusnya kokkk. Huhuhuhuhu ayolah teman-temanku yang tercinta, gue mohon bangettt."

"Dih, ogahhh!!!" Livia dengan tegas menolak.

"Guysss ayolaahhh bantuin temanmu yang cantik iniii."

"Kalo gue mau lo bakal ngasih apa?" Tanya Alia.

"Pamrih nih ceritanya???"

"Yaudah kalau gitu gue gak jadi mau." Alia menarik kembali keputusan yang baru ia ambil, Alia ini tipikal orang yang tidak mau rugi. Jadi kesempatan harus dimanfaatkan sebaik mungkin ya kan?

"Ya elahhh, pamrih amat jadi orang," kesah Shira.

"Yaudah gue gak jadi mau." Alia berdiri dari duduknya lalu melangkah menjauh dari tempat mereka duduk tadi.

"Liaaaa jangan ngambek donggg, iya iya gue bakal kasih imbalan."

Pada akhirnya Shira terjebak juga dalam perangkap Alia, dengan cepat Shira menawarkan satu persatu imbalan yang ia berikan untuk Alia. Mulai dari traktir mie ayam setiap hari sampai membelikan Alia yogurt dua kali sehari.

"Gimana? Lo mau kan?" Shira bertanya dengan harap-harap cemas, takut ditolak. "Oke deal, beliin gue yogurt dua kali sehari sebagai imbalannya." Alia berbicara sejenak lalu kemudia kembali melangkah pergi membuat Shira menganggap bahwa Alia masih ngambek. Shira mengejar Alia dan meminta maaf kembali, sangat dramatis.

"Apaan sih lepas, gue mau ke toilet. Gue gak marah." Jawab Alia selanjutnya berlari kecil keluar kantin, meninggalkan Shira yang masih lola di sana.


ฅ^•ﻌ•^ฅ


Saat ini Juna sedang berada di ruang guru bersama seorang perempuan yang tidak ia kenal, Juna akui wajah perempuan itu cantik. Dengan mata sipit dipadukan dengan bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir yang mempunyai warna baby pink, serta terdapat lesung pipi membuat perempuan itu nampak sempurna.

"Juna, kenalkan dia Alia. Dia yang akan menjadi partner kamu untuk lomba minggu besok," ujar Bu Helmi.

Yaaa semoga saja Juna tidak jatuh hati pada perempuan berambut sebahu itu. Nampak dari matanya Juna tengah menatap kagum pada permpuan yang bernama Alia itu.

Juna mengulurkan telapak tangannya pada Alia, berniat mengajak berkenalan.

"Hai, gue Juna, semoga kita jadi partner yang asik ya. Salam kenal."

Alia membalas tangan Juna, "Hai, gue Alia panggil Lia aja biar akrab. Iya, gue juga berharap kita jadi partner yang asik. Salam kenal juga."

Sesudah menjalani sesi perkenalan akhirnya mereka mulai dijelaskan ketentuan lombanya, terlalu cepat memang jika Juna dan Lia baru saja akan berlatih padahal 2 minggu lagi sudah lomba. Setelah faham akan ketentuan lomba, mereka berdua diperbolehkan meninggalkan ruang guru.

"Eh, Lia boleh diskusi sebentar buat ngatur jadwal latihan?" Juna mencegah Lia yang hendak berlalu dari ruang guru.

"Boleh. Bahas sekarang aja, lebih cepat lebih baik." Mereka memilih perpustakaan untuk menjadi tempat diskusi, selain karena tempatnya sejuk mereka memilih tempat itu karena tempatnya yang sepi. Eitss!! Jangan berpikir yang macam-macam mereka memilih tempat sepi supaya lebih fokus.

"Jadi, gimana?" Juna membuka topik awal pembicaraan.

"Gimana apanya?" uh, nampaknya Lia tidak terlalu fokus karena melihat Juna yang sangat lucu dan tampan bercampur jadi satu.

"Lo bisanya kapan? Kita butuh latihan setiap hari supaya nanti pas perform kita bisa tampil maksimal," jelas Juna sambil melihat kalender yang berada di ponsel pintarnya.

"Gue bisa kapan aja kok, asal gak hari rabu sama jum'at sore aja. Gue ada les soalnya di hari itu."

Juna mengetukkan tangannya pada meja perpustakaan, "Hemmm kalau latihannya hari Rabu sama jum'at diganti jadi malem aja gimana?" Perkataan Juna hanya dibalas anggukan oleh Lia.

"Lo gak capek? Kalau capek mending gausah deh kasian lo-nya nanti." Ucapan Juna barusan itu membuat semburat merah muncul pada kedua pipi Alia.

"Eh kok merah?! Dingin banget ya?" ujar Juna panik, tentu saja ia panik nanti kalo dia jadi sakit gara-gara Juna gimana? Nanti Juna yang kena.

Alia menyentuh kedua pipinya dengan cepat saat juna mengatakan hal tersebut, dirinya menunduk malu saat menyadari bahwa pipinya yang merah tersebut adalah reaksi alamiah dari tubuhnya karena sudah baper terhadap kata-kata yang diucapkan lelaki manis tersebut.

"Engga kok, ini mungkin karena gue gak enak badan aja," elak Alia, berusaha menutupi bahwa ia sedang baper.

Juna yang mendengar ucapan dari Alia pun segera meminta maaf.

"Lo ngapain minta maaf?"

"Sorry ya...gue ajak lo diskusi padahal lo lagi sakit." Juna mengucapkan dengan nada sedih yang terdenar lucu bagi Lia.

"Ga usah minta maaf gue gak papa kok."

"Yaudah kalo gitu kita akhiri aja deh diskusinya, makasih banyak ya. Latihannya dimulai lusa aja ya. "

"Iya sama-sama. Kalau gitu gue duluan ya." Alia berdiri dari tempat duduknya kemudian melangkah keluar dari perpustakaan sembari sesekali menyapa seseorang yang ia kenali.

Juna yang sudah melihat Alia pergi dari perpustakaan pun memutuskan untuk tetap di perpustakaan, ia mengurungkan niatnya untuk mengisi perutnya yang sudah berteriak meminta diisi. Juna memang memliki kebiasaan buruk pada dirinya sendiri, terkesan menyepelehkan kesehatan diri sendiri namun itu adalah hal biasa Juna lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Perpustakaan memang tempat yang paling nyaman untuk tidur setelah UKS, dengan dilengkapi AC serta suasana yang sunyi menjadikan perpustakaan sebagai salah satu tempat Juna melepas penat.

Tentang JunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang