Namaku Cally First berumur 19 tahun. aku tinggal di rumah bibiku tepatnya di London, dengan kedua anak dan suaminya. kecelakan pesawat telah mengambil nyawa kedua orang tuaku, aku tidak memiliki adik atau kakak. ya aku anak tunggal.
saat itu kedua orang tuaku pergi keluar kota untuk pekerjaan tepatnya ke Mullingar, irlandia. 1 hari kepergian mereka ke irlandia, bibi mendegar kabar bahwa pesawat mereka mengalami kecelakan yang katanya disebabkan oleh pilot yang lalai.
kata bibiku saat itu aku masih berumur 5-4 tahunan, sebenarnya saat itu aku mau dibawa pergi oleh kedua orang tuaku ke mullingar, irlandia tapi ayahku mendapat firasat yang buruk. jadi ayahku memutuskan untuk menitipkanku ke bibiku saja.
Bibiku menceritakan kejadian itu saat aku berumur 17 tahun, ya mungkin bibi pikir 17 tahun itu saat yang tepat untuk menceritakan yang sebenarnya.
Cally POV
"Bi.."panggilku. Terdengar ada pertengkaran di kamar bibi Sassy, aku tidak beniat menguping tapi kudengar namaku terdapat dalam pembicaraan itu akhirnya aku mendekati ruangan itu dan berharap agar mereka berdua tidak mendengarnya.
"kita harus menempatkan dia ke panti asuhan, Sassy! kita sudah cukup lama menampungnya disini!" suara lelaki agak membentak, aku yakin 100℅ itu paman. "tapi dia keponakanku, dan keponakanmu juga. jika masih ada kita mengapa kita menaruhnya ke panti, James!"
Aku menutup mulutku. Sungguh aku tidak percaya bila paman tidak ikhlas menampungku selama ini. Dengan cepat aku berlari kekamarku dan membereskan pakaian ku.
"Cally, mau kemana?" tanya Lily, dia anak pertama bibi sassy. "aku mau ke-"
"Call, mau kemana?" tiba tiba bibi berada dihadapan ku dan lily.
"bi, maaf aku ingin pergi. jangan pernah berfikir aku sudah tidak betah atau apapun. aku hanya ingin hidup mandiri itu saja", ucapku dengan mengeratkan ransel bututku ini. "maafkan bibi. bibi tidak bisa menjadi bibi terbaik didunia" kata bibi sambil menundukkan kepalanya
"tidak, bi. bibi Sassy adalah bibi terbaik didunia yang pernah kumiliki." kataku dengan memeluk bibi tiba tiba. Beliau adalah anugerah terindah yang dikirim Tuhan untuk ku. Bibipun membalas pelukkan ku.
"pamanmu akan mengantarmu nak" ucap bibi dengan menyelipkan sehai rambutku ini."James, tolong antar cally ke mama", ucap bibi dengan melepaskan pelukannya.
"dan pastikan dia baik baik saja!" lanjut bibi dengan sedikit menggunakan nada keras. "aku pasti akan kangen sama kalian, baik baik yaa" aku memeluk kedua anak ini, Lily dan Lala. mereka anak dari bibi. mereka sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. "harusnya kami yang mengatakan itu padamu" canda lily.
setelah memeluk lily dan lala, akupun bejalan keluar, dan tentunya diikuti bibi, paman, lily, dan lala, "hati hati, dan jaga dirimu sayang" kata bibi sambil mencium keningku. "ya bi, sekali lagi terimakasih" sungguh aku tak bisa mengungkapkan terimakasih bagaimana lagi, dia sangat berjasa untuk ku. jika tidak ada bibi mungkin aku akan mati terlantar tanpa ada nya pengasuhan dari seorang orang tua.
akupun segera membuka pintu mobil paman dan memasukki nya. "sampai jumpa", ucapku dengan melanmbaikan tanganku.
at cally's grandma
selang lama berada diperjalanan tanpa adanya pembicaraan, akhirnya sampai juga ditempat tujuan. "terimakasih paman" ucapku lalu keluar. "baik baik ya Cal! paman menyayangimu" kuharap kata katanya itu memang benar.
aku mengangguk, "sampai jumpa paman!" ucapku dengan melambaikan tanganku kearahnya. dia pun menutup kaca mobil yang ia buka lalu segera pergi. akupun berbalik setelah mobil paman sudah hilang dari pandanganku. "kenapa rumah ini begitu besar dari rumah-" aku menggeleng ngeleng kan kepalaku. seharusnya aku tak boleh berbicara seperti itu. bagaimana pun mereka yang merawatku dari kecil. rumah paman juga besar tapi ya-- tak sebesar ini juga sih. sudah sudah aku kebanyakan berfikir!
pagar nya terlalu besar, mungkin nenek mempunyai seorang satpam. "siapa kamu?!" satpam ini terlalu protective, "saya Cally, Cally First". kulihat satpam itu menghubungi seseorang dengan benda hitam yang ia pegang itu, "silahkan masuk, anda sudah ditunggu oleh nyonya" diapun membiarkanku masuk. aku pun berjalan dengan menarik koper dan membawa ransel besar ini.
Louis POV
"Kattie Person, mantan pengusaha kaya raya Louis Tomlinson. dikabarkan akan melakukan pernikahannya di sebuah gedung mewah, yang diperkirakan pada tanggal 4 Juni tahun ini". mendengar berita itu sontak membuatku makin frustasi. aku secara tidak sengaja memcahkan vas kecil ini.
"ada apa lou?" tanya seorang wanita yang biasa kupanggil grandma itu. "tak apa nek, aku hanya.." tidak ada kata yang bisa kulontarkan kali ini. aku terlalu bodoh untuk memilih kata kata dalam kisah cinta burukku ini. "louis, berapa kali aku harus memperingatkanmu agar tidak melihat televisi untuk saat ini" bagus. grandma mematikkan televisi sialan itu. "duduklah sayang dan minum ini" grandma pun memberikan air putih itu padaku, dan dia duduk setelah memberikannya.
"lou, apa kau masih tidak bisa melupakkan model sialan itu." grandma ku ini memang dari awal tak pernah menyetujui hubunganku dengan Kattie. "namanya Kattie grandma. dan ya aku masih tidak bisa melupakannya." grandma membalikkan bola mata nya seolah ia sudah beberapa kali mendengarkan ku berbicara seperti itu. "baiklah jika kau tidak bisa melupakan Cat-Cat, siapa tadi?" apa grandma menghiburku? belum 1 jam aku menyebut namanya. "Kattie grandma"
"ya itu maksud grandma, Kattie. jika kamu tidak bisa melupakan wanita itu grandma akan menikahkan mu saja dengan orang pilihan grandma. grandma ingin kisah cintamu tidak buruk lagi, seperti dirimu dan Kat-Kattie. grandma terlalu sakit melihatmu frustasi seperti ini terus menerus lou" aku tahu grandma sangat perihatin denganku sampai sampai mencarikanku seorang gadis untuk kunikahi.
"louis, kamu percaya kan sama grandma?" aku mengangguk. dan tak tahu mengapa aku tidak membantah ataupun menolak. ada apa denganku?
"bagus kalau begitu grandma kebawah dulu ya." kuharap langkahku ini benar, dengan menyetujui grandma mencarikanku seorang pasangan hidup.
Cally POV
aku memasukki rumah ini ragu ragu, aku takut nenek tidak mengenaliku. "hey! Cally!" tiba tiba seorang wanita yang kuperhitungkan umurnya setengah abad ini memelukku. dan tentu saja aku membalasnya. "ya itu saya" aku sedikit gugup disini. "sayang ini nenek mu, Rose Rain First. senang sekali nenek bertemu denganmu setelah sekian lama. kau tahu kedua orang tua kandungmu itu tidak pernah memperkenalkan mu pada nenek. dan nenek tahu kamu itupun dari paman dan bibimu" mungkin sekarang aku terlalu spechless mendengar penjelasan nenek.
"ke-kenapa begitu?" wajah nenek yang tadinya senangpun berubah menjadi datar. "nenek akan membicarakannya nanti, sayang. sekarang kamu menata dulu kamar kamu lalu pergi ke ruang makan." nenek pun pergi ke -- tempat yang tidak kuketahui. "mari saya antar.
----------------------
aku selesai makan sekarang dan aku juga masih ingin mengerti kenapa kedua orang tuaku tak pernah memperkenalkan aku ke nenek. "ekhem, nek?" nenek meneguk air putihnya lalu melihatku, "kenapa kedua orang tuaku tidak memperkenalkan aku ke nenek?"
nenek berdaham sebelum beliau bercerita, "dulu nenek tidak menyetujui pernikahan ayahdan ibu kandungmu. tapi ayahmu itu tetap saja bersikeras menikahi ibumu itu. dan akhirnya mereka memilih hidup menjauh dari nenek dan pamanmu. tidak ada kabar dari 2 orang itu. dan aku mengerti mereka telah--hm pergi untuk selama selamanya itu 2 hari setelah hal buruk itu terjadi. jujur, aku lama kelamaan menyetujui mereka seiring berjalan nya waktu, sayang ayahmu tak pernah mengerti" nenek menghela nafas dan berkata, "dan lily mengirim fotomu pada nenek, katanya itu cucu nenek. dan ya..nenek such a loser not pretend when you born" nenek menunduk dan menutupi matanya yang telah mengeluarkan banyak air itu. aku mendekat ke nenek dan memeluknya.
"nek, yang penting kan sekarang aku disini bersama nenek. jadi jangan menangis ya."
DONT FORGET TO GIVE VOTE'S AND COMMENT'S !! xx
AND DONT FORGET TO READ MY FANFICTION "ANOTHER" THANK YOUU
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention ↭ l.t
FanfictionCally First ialah seorang yatim piatu dan tinggal dengan bibinya saja di London beruntungnya ia dipertemukan dengan neneknya. wanita yang kaya tidak seperti bibinya dan malangnya sekitar seminggu bersama neneknya ia dijodohkan dengan anak dari teman...