01

2.7K 285 32
                                    

Happy reading!!!

*

*

*

Di sebuah kediaman yang terletak di kawasan elit, seorang pemuda berlari menuruni anak tangga. Pemuda itu adalah Xiao Zhan, mahasiswa berusia 20 tahun yang baru saja pindah dari Thailand. Hari ini adalah hari pertama ia masuk ke universitas barunya dan di hari pertamanya ia bangun terlambat.

Disepanjang aktivitasnya memasang sepatunya ia terus mengomeli dirinya sendiri. "Ya Tuhan, mengapa aku harus terlambat di hari pertama ku." Omelnya pada dirinya.

"Ge, aku berangkat." Teriaknya lalu berlari menuju mobilnya. Ia terus mengomel sambil mempercepat laju mobilnya. Ia bahkan tak menyadari getaran dari tasnya.

Sekitar 20 menit kemudian akhirnya ia sampai di kampusnya dan ia cukup beruntung karena dosen belum datang. "Syukurlah, aku datang tepat waktu." Gumamnya diiringi helaan nafas lega.

Ia berjalan menuju ruang kelasnya lalu mengambil tempat duduk yang terletak di dekat tembok sekaligus di deretan paling belakang. Manik bulatnya mengedar mengelilingi kelas yang saat ini ia tempati hingga tatapannya berhenti pada seorang mahasiswa yang duduk di sebelahnya. Dapat ia lihat pria itu tengah fokus membaca buku.

Matanya menatap sosok itu dengan berbinar. Mulut mungilnya membulat sembari berdecak kagum. "Woah, dia sangat tampan." Bisiknya sambil menyentuh pipinya.

Tak lama para gadis datang dan mengelilingi pria itu membuatnya tak lagi bisa melihatnya karena terhalang oleh para gadis itu. Xiao Zhan mengulum bibirnya seraya berkedip pelan dan mengalihkan pandangannya. Ia mengecek ponselnya dan matanya melebar saat mendapati pesan atau lebih tepatnya amukan dari sang kakak.

Ia meringis dalam diam sambil membaca kalimat panjang lebar yang dikirim oleh sang kakak. Tanpa sadar ia menahan nafas saat melihat kalimat terakhir di mana sang kakak menyuruhnya untuk menelpon. Dengan rasa ragu yang menyelimuti, Xiao Zhan mendial kontak sang kakak, tetapi tak langsung menempelkan benda persegi panjang itu di telinganya karena...

"Yakk, mengapa kau lama sekali! Apa kau tidak tahu betapa khawatirnya Gege karena kau tidak mengangkat panggilanku?!"

Ia sudah bisa menebak seperti apa sambutan sang kakak ipar padanya. Ya, apalagi selain teriakan kakaknya yang melengking yang bisa membuat gendang telinga berdenging.

Wajah meringis Xiao Zhan semakin menjadi saat mendengar deretan kalimat yang di ucapkan oleh sang kakak ipar. Ia mulai menempelkan ponselnya dengan sedikit terpaksa. "Ha...halo Ge, mmm... maafkan aku, tadi aku sedang terburu jadi tidak melihat ponsel." Ucapnya pelan.

"Ya aku mengerti, tapi walau begitu kau harus cepat memberi kabar pada Gege, hhhh anak ini!"

Kembali Xiao Zhan menjauhkan ponselnya saat mendengar lengkingan sang kakak. "Iya... Maafkan aku, tapi bisakah Gege berhenti berteriak. Lama-lama kau bisa merusak gendang telingaku," Xiao Zhan mencebil dengan kening mengkerut kesal. Tangannya bergerak mengusap telinganya yang berdengung.

"Ya, ya, ya, kau belajarlah dengan baik, jangan lupa cari teman yang banyak. Gege tidak ingin kau sendiri lagi, setidaknya agar ada yang melindungimu."

"Melindungi? Yak, aku sudah dewasa, aku bisa melindungi diriku sendiri." Ucap Xiao Zhan dengan nada tak terima.

"Berhenti mengerubungi ku, kalian membuatku tidak bisa bernafas." Terdengar desisan dingin dari bangku sebelah Xiao Zhan.

He's scary, but I love him Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang