28. Putri Dhipa Sembuh

6.1K 546 15
                                    

"Sudah berbulan-bulan rupanya, lihat adikku ini tidak pernah membuka mata." Usha tersenyum sedih, "Bangunlah, Dhipa."

"Jika bertemu Dhipa, lelaki itu selalu emosional secara berlebihan. Kadang dia membuat ekspresi yang mengerikan." Ethan berbisik.

Kivandra hanya tersenyum manis dan menatap wajah lemas Dhipa di atas ranjang. Bibirnya pecah-pecah, dengan pipi begitu tirus, dia tampak sangat menyedihkan.

"Boleh aku menyentuhnya, kak?" tanya Kivandra mendekat.

Melihat Usha menyetujui dengan anggukan ringan, Kivandra mulai memegang jari-jari mungil milik putri kekaisaran. Jari itu terasa halus walau kulitnya dingin.

"Saya berharap semoga putri sembuh, sembuh secepat mungkin." gumam Kivandra begitu tulus.

Ethan tertawa ringan mendengar harapan Kivandra yang diucap sepelan mungkin, "Ayo kembali. Kau harus tidur dan bermimpi indah, kami akan menyiapkan kejutan untuk ulang tahunmu."

"Kejutan? Apakah itu bunga?" Kivandra bertanya antusias.

Usha mengelus kepala Kivandra merasa gemas, "Kejutan tak bisa diberitahu, kan? Tidur dan bersiap untuk kejutanmu besok."

"Baik," Kivandra mengangguk, "Saya izin pamit. Selamat malam, kakak."

"Selamat malam juga."

Ceklek.

Kepergian Kivandra hanya menyisakan sedikit keheningan, Ethan berdahem untuk memecah sepi. Lelaki itu menoleh pada kakaknya, si pangeran pertama.

"Kau melihat itu?"

Usha kebingungan dengan pertanyaan Ethan, "Melihat apa?"

"Cahaya. Aku melihat cahaya—" Ethan tampak termenung, "Eh ... kapan aku melihat cahaya? Aku tak pernah melihatnya."

"Apa, sih, maksudmu." Usha mendengus, "Kau tidur juga sana!"

"Tidak mau. Aku mau melihat persiapan kejutan untuk Kivandra."

"Oh? Kalau begitu aku ikut."

***

Ada sebuah buku dongeng yang populer di kalangan rakyat biasa.

Seorang gadis pengemis, hidupnya sendirian, mencari uang demi sesuap makan. Cita-citanya menikmati seporsi daging sapi gemuk dengan bumbu ternikmat di dunia.

Suatu hari gadis pengemis bertemu dengan seorang pedagang kaya. Pedagang kaya itu membutuhkan si pengemis dan menawarkan sebuah perjanjian. Pengemis harus membantunya, pedagang kaya akan memberi banyak hal yang pengemis inginkan.

Daging sapi gemuk, koin emas, segudang harta.

Pengemis hidup dengan bahagia.

Tapi suatu saat, pedagang kaya tak lagi membutuhkannya. Pedagang kaya membuang gadis pengemis begitu saja. Tanpa diberi uang, tanpa daging sapi gemuk, tanpa harta.

Pengemis kembali ke jalanan. Ia dihina banyak orang karena bersikap sombong selama bersama pedagang kaya.

Gadis pengemis kembali sendirian.

"Umm," Kivandra mengusap mata, "Sudah pagi."

Tepat hari ini, ia bertambah umur menjadi 19 tahun. Katakan selamat ulang tahun untuknya!

Kivandra menoleh kesana kemari, menelusuri seluruh sudut kamar, "Kenapa gelap sekali?"

Biasanya Helen akan menyalakan kamar dan menyambut bangun tidurnya. Tapi sekarang ... ia sendirian di kamar. Kivandra beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi. Di sana belum ada air hangat yang terisi, hanya ada air dingin sisa kemarin.

Menghela napas, Kivandra membasuh wajahnya menggunakan air dingin itu. Ia juga mengganti baju tidurnya dengan gaun yang paling sederhana.

"Sulit sekali memakai gaun ini sendirian,"Kivandra mengeluh dan terus berusaha. Sebuah tali di pundaknya tak kunjung terikat, gadis itu mendesah kesal.

Pagi-pagi sudah membuat suasana hati buruk.

Merasa tak bisa memakai gaun sendirian, Kivandra berjalan membuka pintu kamar. Ia ingin memanggil Ara yang bersiaga di depan pintu selama 24 jam.

"Ara, bisakah kamu—eh? Di mana ara?"

Lorong istana terlihat sangat sepi, biasanya akan ada banyak pelayan mondar-mandir di sini.

Kivandra melihat seorang pelayan berlari dengan wajah tergesa-gesa. Tak membuang kesempatan, gadis itu menghentikannya.

"Tunggu! Em, kenapa sekarang istana sangat sepi?"

"Astaga, jangan menghentikan saya sekarang, nona. Kami sibuk dengan putri Dhipa yang terbangun dari tidur panjangnya!"

"Apa? Putri Dhipa sembuh ...."

Princess SurrogateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang