Chapter 4

1.7K 109 4
                                    

Chris yang baru selesai mandi langsung naik ke atas kasur dan memeluk Sky yang tengah serius dengan ponselnya. Laki-laki itu melingkarkan kakinya di pinggang sang suami, memperlakukan laki-laki itu bagaikan guling, tetapi tetap tidak mendapat respon dari Sky. Chris pun mengangkat kepalanya dan melihat layar ponsel Sky. Ah... suaminya sedang membalas pesan dari ibunya—mertuanya.

"Chris, eomma udah mulai kelewatan deh," ucap Sky, masih tetap mengetik pesan balasan untuk ibunya. Chris tidak menjawab dan justru memposisikan kepalanya dengan lebih nyaman. Dan tanpa diduga Sky menggerakkan tangannya, sehingga kini kepala Chris berada di dadanya, di antara kedua tangannya yang terangkat untuk memegang ponselnya.

"Eomma minta cucu," ucap Sky, tetapi Chris masih tidak merespon, dia kini tersenyum mendengarkan detak jantung Sky, yang jujur saja membuatnya sedikit mengantuk.

"Kalo gue hamil dan kita punya anak, kita gak bisa cerai dong. Ogah banget gue hamil sendirian, lahiran sendirian, ngurus anak sendirian. Sedangkan lo cuma modal nusuk doang," ucap Sky dan Chris tekekeh mendengarnya. Punya anak dengan Sky? Wow! Dia tidak pernah membayangkannya.

"Kenapa harus cerai?" tanya Chris. Sky meletakkan ponselnya di nakas tempat tidur dan memiringkan tubuhnya. Kini Chris yang berada di dalam dekapannya, berbeda dengan posisi tidur mereka biasanya.

"Kan kita udah punya perjanjian kalo ada yang baper bakal cerai. Nah kalo punya anak, itu bisa jadi pengikat dan gue gak mau," ucap Sky yang ntah dia sadari atau tidak, dia memainkan rambut Chris, membuat si empunya merona, yang untungnya tidak dilihat oleh Sky.

"Lo gak mau cerai atau gak mau punya anak?" tanya Chris dan sontak pertanyaan itu membuat Sky terdiam. Apa yang tidak diinginkannya? Sky menelan ludahnya gugup saat menyadari bahwa dia sudah memiliki jawaban di otaknya.

"Perihal anak, gue ikutin kemauan lo karena lo yang akan hamil dan ngelahirin. Kalo lo gak mau, ya kita gak usah punya anak. No problem. Dan kalo lo mau, gue pasti akan selalu ada di sisi lo, gak akan ngebiarin lo berjuang sendiri. Tapi... gue gak mau cerai, Sky," ucap Chris seraya menutup matanya, merasakan dekapan Sky yang jujur saja memberikan kehangatan dan kenyamanan, meskipun itu hanya formalitas karena berpelukan di atas kasur setiap malam adalah salah satu persyaratan dari Sky.

"Chris... gak boleh baper," ucap Sky beberapa saat kemudian dan Sky bisa merasakan senyuman Chris di dadanya. Ya, wajah laki-laki itu menempel di dadanya.

"Maaf, Sky. Tapi gue udah baper dan untungnya gue tanda tangan perjanjian itu gak di atas materainya," ucap Chris yang sontak membuat Sky terkejut dan melepas pelukannya. Chris mengangkat kepalanya dan beringsut naik hingga wajah mereka sejajar. Ditatapnya wajah Sky, terlihat kepanikan di mata suaminya itu dan dibelainya rambut Sky lembut. Hal itu tentu saja membuat Sky gugup.

"Lo gila. Gue bawa terlalu banyak koper dan lo pasti akan mundur saat liat apa isinya," ucap Sky, menganalogikan keadaannya. Kenapa dia berterus terang? Apa Chris menghipnotisnya?

"Gue gak bawa koper sama sekali. Lo bisa berbagi koper lo sama gue," ucap Chris beberapa saat kemudian dan dia mengusap air mata yang jatuh di pipi Sky.

"Sky... gue gak mau minta maaf karena gue tau kalo perasaan gue itu valid. Dan gue jatuh cinta sama lo," ucap Chris begitu lembut dan Sky menahan napasnya. Tuhan! Apa-apaan ini? Bagaimana mungkin Chris bisa jatuh cinta padanya?

"Tapi gue nggak," jawab Sky dan Chris justru tersenyum dan mengecup bibir Sky dengan begitu lembut.

"Gak masalah. Tapi... gue boleh sayang sama lo gak?" tanya Chris, Sky mengerjapkan matanya, bibirnya kelu, dia tidak tau harus menjawab apa. Tatapan Chris begitu lembut. Ini pasti mimpi, tidak mungkin mereka membicarakan hal seintim ini. Maka, Sky pun menutup matanya dan beringsut mendekat, memeluk Chris dan masuk ke dalam dekapannya. Ya, ini pasti mimpi, mimpi yang terlalu indah.

Hard To Love (ChanMin) ⚠️🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang