Jia membuka loker miliknya berniat menaruh baju olahraga yang habis ia kenakan itu. Keningnya berkerut, melihat satu kotak bekal didalam lokernya.
Ting
Satu notifikasi terdengar dari ponsel miliknya, ia merogoh saku seragamnya kemudian membaca pesan itu.
"Dimakan, itu bikinan aku sendiri."
Jia tersenyum, tidak percaya itu bikinan Haidan sendiri, pasti bang Ardan yang masak.
Ting
"Serius bikinan aku sendiri kali ini, gak dibantuin bang ardan."
"Wahh cowo gue bisa baca pikiran," kagum Jia.
Setelah menaruh baju olahraganya, ia bergegas masuk ke kelas. Cacing diperutnya sepertinya sudah tidak sabar untuk makan.
Dia membuka kotak bekalnya. "Wow nasi goreng."
Baru satu suap, Jia langsung berhenti. Perutnya tiba-tiba mual saat makananan itu masuk mulutnya.
Dia mengambil tisu, melepehkan satu suap nasi goreng tadi.
"Kenapa Ji?" tanya Alyna yang baru saja menghampiri Jia ke mejanya.
Jia menggeleng lemas. "Gatau tiba-tiba mual," keluhnya.
"Lagian tumben amat lu bawa bekel dari rumah,"
"Dari Haidan," jawab Jia sebelum meneguk air mineral miliknya.
Jia mencoba memakan nasi goreng itu lagi, tapi tetap saja perutnya menolak dan memilih untuk melepehkannya lagi.
"Gausah dimakan kalo ngga enak," saran Alyna.
"Tapi Haidan sendiri yang buat, gue ngerasa bersalah kalo ga dimakan." Jia menatap nanar kotak bekal didepannya itu.
"Coba sini gue icip dikit." Alyna menyuapkan satu sendok nasi goreng itu kemulutnya, "lumayan loh ini Ji, agak asin dikit sih tapi enak ko sumpah. Si Haidan bisa masak juga ternyata."
"Ly abisin ya, gue mual banget," ujar Jia lalu meninggalkan Alyna dengan nasi goreng itu.
Dia berlari menuju toilet kemudian memuntahkan semua cairan di perutnya, karena Jia bahkan belum makan apapun dari pagi.
Wajahnya kini sudah sangat pucat, Jia berjalan keluar sambil berpegangan pada dinding, takut kalau kakinya tidak bisa menahan beban tubuhnya.
"Heh lu kenapa?" tanya seseorang dari arah belakang Jia.
"Lah Jia? Kenapa woi? Sakit? Ke uks aja ayok, atau mau ke Haidan?" tanyanya lagi yang terdengar sangat panik.
"Duhh Justin lu mending diem, gue ga kenapa-napa," jawab Jia sambil menutup sebelah telinganya karena mulut Justin tepat disebelah telinganya.
"Ga kenapa-napa gimana, itu muka lu pucet banget."
Jia memutar bola matanya malas. "Sumpah gue fine Justin, dah sana ke kantin aja."
"Serius lu gapapa?" Tanyanya memastikan.
Jia mengangguk lalu berdecak, "iyaaaaa elah."
"Oke gue duluan," ucapnya lalu pergi.
Jia memijat pelipisnya sebentar sebelum melanjutkan langkahnya. Baru melewati satu kelas, kepalanya tiba-tiba pusing, langkahnya menjadi semakin berat, pandanganyapun mulai kabur.
"Jia? Kenapa?" tanya seseorang yang tiba-tiba merangkul bahu Jia.
Jia membuka matanya sebentar, "kak dimas?" gumamnya sebelum kesadaranya benar-benar hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake? || Haruto Watanabe
Fanfiction"Aku hamil." Dua kata yang sangat sulit Jia katakan itu akhirnya keluar juga dari mulutnya, membuat lelaki dihadapannya diam mematung. "Haidan, aku hamil," ulangnya lagi. "Kamu yakin? Udah cek?" tanya Haidan berusaha untuk setenang mungkin. Jia meng...