14. nonsense

243 24 0
                                    

"Lu liatin apaan sih anjir senyum-senyum mulu daritadi?" tanya Juwan, dia berjalan mendekati Haidan.

Justin yang tepat di sebelah Haidan itu menoleh, mengintip apa yang sedang Haidan lihat. Keningnya berkerut heran. "Apaansi itu, gorengan?" tanyanya asal.

Haidan meninju lengan Justin, enak saja anaknya dikatain gorengan. "Muka lu gorengan. Ini anak gue, liat cakep banget buset kayak bapaknya," ucap Haidan mgawur, padahal yang terlihat disana hanya bulatan kecil.

"Cakep apaan anjing, cuma bulet gitu doang," cibir Dion.

"Mata lu gimana sih. Sini gue kasih tau." Justin mengambil gambar usg itu.

"Nih ini matanya, kalo ini hidungnya," ucapnya sambil menunjuk asal, Dion membalas dengan anggukan seolah-olah dia mengerti.

"Lah anak lu cowok Dan, liat ada tititnya."

Wajah Haidan langsung berbinar mendengar perkataan ngawur Justin. "Serius lu?" tanyanya.

Juwan menoyor kepala Haidan, dia tidak habis pikir bagaimana jalan pikiran ketiga temannya ini. "Lu mau jadi bapak jangan tolol gitu ngapa sih," decaknya.

"Wah tapi gue masih ga nyangka sih lu bakalan jadi bapak," ucap Dion masih sambil menatap hasil usg itu.

Kemarin setelah pulang dari sekolah, Haidan buru-buru menghampiri Jia. Tentu saja dia sangat bersemangat mendengar hasil pemeriksaan Jia tadi pagi.

Hasilnya semuanya cukup bagus, hanya saja saran dari dokter Jia perlu menaikan sedikit lagi berat badannya.

Haidan meminta satu gambar hasil usg itu dari Jia, katanya dia ingin menyimpannya didompet.

"Gue juga ngga nyangka bakalan jadi om," celetuk Justin.

Mereka asik mengobrol sambil bermain PS. Saat ini mereka berada di basecamp, setelah pulang sekolah tadi Juwan mengajak untuk bermain PS sebentar. Di sela-sela kesibukannya mempersiapkan ujian, mereka juga sangat perlu sedikit hiburan.

"HP lu bunyi anjing itu angkat dulu!" seru Justin sambil menyesap rokoknya.

Dion merebut stik PS yang Haidan pegang. "Jia itu," timpalnya.

Haidan mengangkat panggilan itu, dia baru ingat lupa mengabari Jia.

"Belum pulang?"

"Udah, aku mampir sebentar ke rumah dion. Kenapa? Kamu mau makan sesuatu?"

"Aku mau nitip ayam bakar didepan mininarket itu ya, sayuran sama sambelnya banyakin,"

"Siap sayang aku otw." Haidan meraih kunci motornya, dia memakai jaketnya buru-buru.

"Cabut gue," ucapnya sebelum meninggalkan ketiga temannya.

Mereka mengerti, prioritas Haidan sekarang adalah Jia, bahkan sebenarnya mengajak Haidan nongkrong begini mereka merasa tidak enak.

___

Sambil menunggu pesanannya jadi, Haidan masuk ke minimarket depan. Dia memilih beberapa snack untuk Jia dan dirinya.

"Haidan?"

Haidan menoleh, mendapati Bella disana.

"Ohh Bella, belanja Bell?" tanyanya basa-basi kemudian melanjutkan acara memilih snack.

"Jia kenapa? Dia dua hari ngga masuk sekolah. Dia sakit lagi? Kenapa nomernya gabisa dihubungin?" cecar Bella.

Haidan menghentikan aktivitasnya seketika. Ternyata Jia belum menceritakan semuanya pada sahabatnya ini. Mampus, dia harus jawab apa sekarang?

"Heh malah bengong, Jia kenapa? Gue samperin rumahnya juga kosong, ngga ada orang sama sekali."

Haidan megusap hidungnya, dia memikirkan jawaban apa yang terdengar sedikit realistis. "Jia lagi liburan, HPnya ilang katanya," jawabnya ngarang.

Bella mengernyitkan dahinya heran. "Kan bisa dm gue atau Alyna," ucapnya, "dia gatau apa gue ama Alyna khawatir nyariin dia."

Haidan mengangguk. "Nanti gue bilangin deh, gue duluan ya Bell," pamit Haidan, dia ke kasir untuk membayar lalu buru-buru keluar.

Seperti dikejar-kejar penjahat, Haidan mengambil pesanan ayam bakar yang sudah jadi itu kemudian melajukan motornya kencang.

__

✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖

Mistake? || Haruto WatanabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang