Hari ini Jia memutuskan untuk berangkat sekolah, selain karena dia sudah ketinggalan banyak pelajaran, dia juga sudah risih dengan bacotan kedua temannya yang selalu memaksa untuk mampir kerumahnya kalau dia masih tidak berangkat sekolah.
"Serius lu udah sembuh?" tanya Alyna, tangannya memeriksa kening Jia.
"Hmm," jawab Jia yang sedang menyalin catatan biologi Bella.
Bella menyenggol lengan Jia. "Noh cowok lu kesini."
Jia mendongak, matanya menatap sosok lelaki yang sedang berjalan kearahnya sambil tersenyum.
Haidan menaruh satu bungkus roti dan susu kotak rasa coklat didepan Jia. "Udah sembuh beneran?"
Jia mengangguk, "udah."
Haidan mengusak rambut Jia pelan, sudah menjadi kebiasaannya saat gemas dengan kekasihnya itu. Jia sendiri sama sekali tidak keberatan, dia malah suka.
"Yaudah dimakan rotinya," ucap Haidan kemudian kembali keluar dari kelas Jia.
Jia menatap punggung Haidan, entah kenapa rasa takutnya semakin bertambah saat melihat wajah kekasihnya itu.
"Ji tanyain ke haidan dong, Juwan masih sendiri gak sih?" ucap Alyna.
"Ngapa emang?" tanya Bella.
Alyna nyengir, "mau gue gebet."
Jia dan Bella geleng-geleng kepala, "perasaan kemaren lu nanyain Dion, pindah haluan ke Juwan sekarang?" Jia menatap Alyna tak percaya.
"Hooh si Dion ternyata buaya, gebetan dia hampir ada ditiap kelas," Alyna menghembuskan nafasnya kesal.
Jia dan Bella sudah tidak tahan untuk menahan tawanya, "kan dari awal udah gue ingetin itu si dion emang doyan flirting sana sini," ucap Jia.
"Sama Justin aja ly, dia jelas jomblonya," ujar Bella.
Alyna menggeleng cepat, "ogah banget, dia tengil banyak tingkah," geram Alyna sambil membayangkan wajah menyebalkan Justin yang selalu saja usil jika sudah bertemu dengannya.
"Gausah gitu lu, nanti suka beneran mampus," ucap Bella yang membuat Alyna bergidik ngeri.
___
"Enak?" Tanya Haidan, matanya menatap lembut kekasihnya yang sedang memakan dessert box rasa coklat itu.
"Enak banget, kamu mau?"
Haidan menggeleng kemudian menjawab, "kamu aja."
Mereka sedang berada diruang tengah rumah Jia. Jia sengaja menyuruh Haidan mampir untuk menemaninya makan dessert, entahlah sepertinya itu keinginan bayi diperutnya.
Haidan tersenyum, tangannya mengusap coklat yang berantakan di bibir Jia.
"Kurang?" tanyanya.
"Udah kenyang," jawab Jia, duduknya ia rapatkan dengan Haidan.
Dengan senang hati, Haidan merangkul bahu Jia, membawanya kedalam pelukan.
"Kenapa hmm?"
Jia menggeleng, kepalanya ia senderkan ke dada kekasihnya, "mau peluk."
Haidan mengusap-usap punggung Jia, "kamu ngga akan ninggalin aku kan?" tanya Jia.
Haidan terkekeh pelan, "kamu kenapa sih?"
"Tinggal jawab aja."
"Engga sayang, gabakal," jawab Haidan masih sambil mengusap punggung Jia.
"Beneran?" Jia mengeratkan pelukannya.
Kening Haidan berkerut, "ini bukan gara-gara kamu sebenernya sakit keras kan?"
Jia melepaskan pelukan itu kemudian menepuk paha Haidan, "enak aja, amit-amit."
"Ya abisnya aneh," Haidan kembali meraih tubuh kekasihnya.
"Aku ngga akan ninggalin kamu, jia." Ucapnya.
Tidak, ucapan Haidan tidak membuatnya tenang sama sekali. Justru dia semakin takut, takut kalau kenyataannya tidak akan seperti itu.
Apakah setelah tau semuanya, Haidan masih dapat memegang kata-katanya? Jia tidak yakin.
✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖
Halooooo, haidan disiniii
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake? || Haruto Watanabe
Fiksi Penggemar"Aku hamil." Dua kata yang sangat sulit Jia katakan itu akhirnya keluar juga dari mulutnya, membuat lelaki dihadapannya diam mematung. "Haidan, aku hamil," ulangnya lagi. "Kamu yakin? Udah cek?" tanya Haidan berusaha untuk setenang mungkin. Jia meng...