Pelayan itu kembali berlari tanpa memedulikan Kivandra lagi. Langkah si pelayan tampak cepat, berlari ke arah lorong yang begitu terang di sana.
Kivandra ikut melangkah keluar dan mengejar pelayan yang berlari ke arah kamar putri Dhipa.
Semakin Kivandra melangkah, lorong istana terang dengan lampu, tak seperti lorong depan kamar Kivandra yang sangat gelap. Ia melihat banyak sekali orang berada di depan pintu kamar Dhipa. Ekspresi mereka bahagia, terharu, menangis, seolah ada keajaiban di depan mereka.
Kivandra juga melihat Helen dan Ara yang tersenyum penuh haru di antara banyak orang. Paman Gonju, Bibi Medey, Jery si kepala pelayan, lalu Deren sebagai asisten Kaisar, mereka turut bahagia di depan kamar.
"Ah ... mereka tidak melihatku lagi."
Usha dan Ethan datang dari arah berlawanan, menembus lautan orang dan menerobos masuk ke dalam kamar Dhipa. Wajah mereka memiliki senyuman, senyuman indah yang bahkan Kivandra tak pernah melihatnya.
Bisakah ia mendapatkan senyuman itu untuknya?
"Putri Dhipa sudah sembuh!"
"Itu sembuh secara tiba-tiba, aku sangat senang dengan keajaiban ini!"
"Lihat, kaisar sudah memasang wajah bahagianya lagi."
Mereka semua tertuju pada Dhipa yang membuka matanya, tak ada seorang pun tahu keberadaan Kivandra di lorong gelap. Sendirian, tanpa ada pelayan atau pengawal.
"Lalu bagaimana dengan kejutanku?" tanya Kivandra dengan suara lirih, "Aku menunggunya hingga terbawa mimpi."
"Bagaimana dengan karangan bungaku?"
"Dagingku?"
Kivandra mundur beberapa langkah, "Aku dibuang."
Gadis itu berlari kembali ke kamarnya, tidak, itu bukan kamarnya. Ini hanya kamar sewaan yang ia sewa dengan jasa pengganti.
Dia adalah nona pengganti.
Lorong semakin gelap bersama langkah yang cepat, Kivandra membuka pintu kamar dan nampak ruangan gelap tanpa setetes cahaya. Gadis itu membuka jendela dan berharap sinar matahari menyinari kamarnya.
Namun, matahari belum terbit utuh hingga tak memberikan pengaruh pada kamar.
Kamar tetap gelap.
"Bagaimana aku bisa dibuang?" suara Kivandra serak, "Ke mana aku harus pergi sekarang?"
"Aku tak punya uang, toko bunga di gang akan bangkrut, aku tak punya apa pun."
Air mata Kivandra jatuh, tangisan pertamanya di Istana. Meringkuk sendirian di atas kasur, dengan gaun yang tak terpasang sempurna, dengan kamar yang remang-remang pencahayaannya.
Tok tok tok.
Seekor merpati datang dari arah jendela. Kivandra menoleh, mengusap tangisnya, ia tersenyum kecil.
Ada seseorang yang masih melihatnya, Duke yang selalu mengirim surat setiap hari.
——————
Saya tak ingin anda menangis, nona Kivandra. Jangan menangis.Anda masih punya tempat pulang. Mansion saya terbuka lebar untuk anda. Apakah anda ingin pergi ke Mansion saya?
——————Entah dari mana Duke tahu tentang kejadian ini, Kivandra tidak peduli. Ia memeluk kertas kecil itu sepenuh hati. Dengan suara serak berkata, "Saya ingin tempat pulang."
"Saya ingin tempat yang hangat, tempat dimana saya bisa hidup sebagai diri sendiri. Saya ingin memiliki tempat pulang tanpa harus menjadi orang lain. Duke, saya ingin ke Mansion anda jika anda mengizinkan."
Wush!
Tiba-tiba seorang pria muncul begitu saja di depan Kivandra. Rambut putih dengan mata hitam tenang, senyuman indah terpasang di wajahnya.
Senyuman itu ... untuk Kivandra seorang, kan?
Lucas mendekat dan mengusap pipi Kivandra yang basah, "Jangan bersedih karena mereka. Itu tidak diperlukan."
Kivandra merasa nyaman dengan sentuhan ini.
"Lihat wajah anda seperti ditekuk empat, tersenyumlah, haha." Lucas terkekeh kecil.
"Bagaimana bisa anda—" Kivandra tercekat, kebingungan. Seorang manusia tiba-tiba muncul di depannya.
Apakah dia iblis?
Lucas tak menghiraukan pertanyaan Kivandra dan mengulurkan tangannya.
"Ayo pulang, nona Kivandra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...