15. Tunduk

7.9K 705 2
                                    

Haii
Welcome

Saya tegaskan untuk pertama kalinya bahwa cerita ini HANYALAH REKAYASA!

Cerita ini masih banyak kurangnya dan saya sendiri merupakan penulis pemula yang belum pernah berkarya.

Alasan saya sendiri menulis cerita ini hanya karena GABUT!

Jadi dimohon untuk para readers memberikan kritik/ saran yang membangun tanpa menambahkan suatu ujaran kebencian atau semacamnya terimakasih.

#Revisi 28 Januari 2023

Jangan lupa vote
---happy reading---
.
.
.
.
.

Jeffrey sangat hancur. Semua itu tidak lepas dari pengamatan seseorang. Dia melihat semua kejadian didepan matanya tanpa ia lewatkan sedetik pun. Ia tidak menyangka bahwa seseorang yang sangat terkenal kejam dan bengis itu kini menunjukkan sisi lemah yang tidak diketahui oleh siapapun.

kemudian eliza berjalan memasuki kamar jeffrey lewat balkon 'gak dikunci?' dia berjalan mendekat lalu mengelus pundak jeffrey dengan lembut untuk menenangkan.

"Jeff" tangisan jeffrey langsung terhenti. Dia mengangkat kepalanya menatap eliza dengan dingin disertai ekspresi datar.

Bukannya merasa takut, malah hati mungil eliza terasa sesak melihat keadaan jeffrey sekarang. Dia jauh dari kata baik. Rambut yang selalu rapi kini acak-acakan, bajunya kusut, kantong mata yang kian menghitam bahkan wajahnya pun ikut memucat.

Meskipun jeffrey sedang menatapnya dengan ekspresi garang sekalipun, manik legam itu masih menyorotkan kesedihan yang mengharukan. Bahkan Di sudut matanya terdapat gelingan air mata yang hampir mengering.

Ia mengerinyitkan alis saat aroma wine bercampur alkohol menyeruak masuk kedalam Indra penciuman nya. Dilirik sekitarnya, kamar jeffrey sangat kacau. Melebihi ekspresi eliza saat bangun tidur.

Banyak botol wine dan alkohol dengan harga fantastis tergeletak serta pecahan vas bunga yang berceceran di lantai. Ia meringis melihat keadaan kamar jeffrey.

Eliza menggenggam tangan Jeffrey dan menuntunnya ke ranjang. Kemudian Jeffrey langsung menghempaskan tangan eliza dengan kasar "berani sekali kau menyentuh ku" ujarnya sambil mengetatkan rahangnya.

Sedangkan eliza berdecak sebal "ikut denganku atau sekalian kehancuran kamarmu beserta dirimu" ancam Eliza dengan telunjuk menunjuk wajah jeffrey.

Jeffrey hanya diam mengikuti langkah Eliza dengan raut datar tapi tersirat ribuan luka di sorot matanya.

Keduanya duduk berhadapan. Ralat hanya eliza, Jeffrey memalingkan pandangan nya ke arah lain asal tidak bersinggungan dengan manik tajam eliza. Ia sangat membenci posisinya sekarang.

Sisi lemah yang ia tutup rapat-rapat diketahui oleh eliza secepat ini. Dia tidak ingin kelemahannya diketahui oleh siapapun termasuk Eliza yang notabenenya adalah tunangannya sendiri.

Eliza mengamati pahatan indah didepannya ini.
"Gilak ganteng banget anyinggg" gumamnya secara tidak sadar. Jeffrey mendengar perkataan eliza menolehkan kepalanya tersenyum miring "jadi kau datang hanya untuk mengagumi wajahku? Heh" lalu ia melengos berdiri didepan kaca besar yang langsung menyorot kearah kebun bunga mawar, kesukaan ibunya.

 Jeffrey mendengar perkataan eliza menolehkan kepalanya tersenyum miring "jadi kau datang hanya untuk mengagumi wajahku? Heh" lalu ia melengos berdiri didepan kaca besar yang langsung menyorot kearah kebun bunga mawar, kesukaan ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The extraordinary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang