Tembok Penghalang

695 96 7
                                    

Setelah memastikan Gamma keluar, Solar mengalihkan perhatian pada cup yogurt.

Seketika Solar tidak bisa berkata-kata. Pasalnya Gamma memberinya yogurt pisang, Solar tidak suka yogurt pisang. Tahu begini aku biarkan Kakek Gamma mengambilnya kembali.

Suara pintu terbuka terdengar, Solar menoleh. Mendapati Ying membawa cup yogurt, kali ini rasa mangga. Mata Solar langsung bersinar.

"Ying! Kau penyelamatku yang sebenarnya!"

Cup di tangan Ying langsung disambar oleh Solar, kini Solar membawa dua cup di tangan. Ying sadar kehadiran cup tidak dikenal. "Darimana itu?"

Solar menyibukkan diri membuka tutup cup. "Kakek Gamma."

Kalau Ying sedang minum, dapat dipastikan Ying akan tersedak. "Apakah Menteri Gamma memang Kakek baik, Solar?"

Solar mengangguk tanpa ragu. "Iya."

Ying menutup pintu perpustakaan. "Ya sudah, aku percaya perkataanmu."

***

Pagi hari ini, Blaze berlari sekuat tenaga ditemani hewan peliharaannya, seekor singa api bernama Firefly.

Jangan bertanya kenapa Blaze menamai singa menggunakan nama Firefly.

Tujuan Blaze sangat jelas, perbatasan antara Flame Kingdom dan Snow Kingdom.

Saat Blaze bermain bersama Firefly di Istana, Blaze tidak sengaja menguping pembicaraan Nova dan ajudannya. Mereka mengobrol tentang file pemberian Ice kemarin. Isi file itu merupakan permintaan untuk menyetujui pembangunan tembok perbatasan. Blaze yang mendengar langsung saja mendobrak pintu kemudian meminta jawaban Nova atas file tersebut.

Nova dan si ajudan terkejut melihat Blaze mendobrak pintu, tetapi Nova tetap memberi Blaze jawaban.

Di sinilah Blaze sekarang, berniat menghentikan pembangunan tembok sebelum Nova dapat menjelaskan alasan padanya.

Meskipun Firefly tidak mengerti pembicaraan tuannya, Firefly senantiasa setia menemani kemanapun tuannya berada.

Blaze segera menemukan Embun, orang kepercayaan Ice. Embun terlihat mengarahkan para pekerja bangunan, bahkan Ice berada di sampingnya. Blaze menghampiri mereka berdua. "Ice!"

Yang dipanggil menoleh, tersentak ketika tangan kuat Blaze menarik kerah bajunya. Ice harus mendongak untuk menatap balik Blaze, amarah di dalam manik oren itu seperti ingin menghanguskan hatinya hidup-hidup.

Embun panik menyaksikan kelakuan Blaze. Mengesampingkan etika, Embun berusaha memisahkan Blaze dari Ice. "Pangeran Blaze! Tolong jaga tangan anda!!"

Para pekerja bangunan yang dikerjakan oleh Ice dan Cyro tidak bisa tinggal diam, karena pada dasarnya Ice adalah seorang Pangeran Pertama. Mereka mengeluarkan senjata masing-masing kemudian mengarahkannya pada Blaze, membuat Blaze mendengus dingin.

Mendeteksi bahaya, Firefly menampilkan deretan gigi tajam, tubuhnya secara protektif menghalangi mereka dari Blaze dan Ice.

Pikiran Embun terasa ingin meledak saat itu juga. "Turunkan senjata kalian!"

Blaze memandang rendah mereka, dia kembali memfokuskan diri ke Ice. Membiarkan Embun mengurus para pekerja tersebut.

"Kenapa kau ingin membangun tembok di perbatasan, Ice?"

"Aku tidak punya alasan untuk menjawab pertanyaanmu." Ice melepaskan cengkraman Blaze secara kasar. "Ini semua telah disetujui para Raja bersangkutan."

"Dia benar, Blaze."

Suara Nova membuat semua orang jatuh dalam kesenyapan. Para pekerja beserta Embun membungkuk hormat. "Raja Nova."

Nova melambaikan tangan. "Blaze, kemari."

"Tidak mau."

Nova sekali lagi berkata, lebih halus. "Blaze, kau terlalu keras kepala. Kemarilah, Adikku."

Blaze mengutarakan pendapatnya. "Apa yang Kakak pikirkan saat menyetujui file itu?! Bukankah ini sama halnya dengan saling tidak mempercayai? Bukankah ini lebih buruk bagi Kerajaan??"

"Memang." Ice mengungkapkan kesetujuan.

"Lalu kenapa—"

"Kita memang tidak saling mempercayai, tapi setidaknya kita menahan sebuah masalah pada Kerajaan sendiri." Sela Ice. Dirinya melanjutkan, "dengan begitu, Kerajaan lain tidak perlu kena imbasnya."

"Masalah—" Blaze tertawa. "Kau mengatakan bahwa orang Kerajaan kami tidak bisa dipercayai? Menurutmu, pengikutku bisa saja seorang mata-mata atau pengkhianat seperti pengikutmu itu? Biar aku ingat. Oh ya, teman Ayahmu dulu."

Mata Ice membelalak. Nova terkejut hebat. "Blaze!!"

"Apa, Kak? Aku hanya berbicara fakta!"

Tiba-tiba hawa panas terganti menjadi hawa dingin.

"Berbicara fakta?" Gumam Ice tertunduk.

Perlahan Ice mengangkat kepalanya, matanya terlihat dingin tetapi juga terlihat mati rasa. Seakan sudah lelah. "Aku mencurigai Kerajaanmu, Blaze. Menjauhlah dariku, aku risih melihatmu terus-menerus."

Blaze tersenyum remeh, di dalam hati dia merasa perih. "Akhirnya kau mengungkapkannya, Ice. Kau curiga pada kami, Kerajaan kami."

"Cuma karena hal sepele, kau membuang pertemanan kita! Atau dari awal memang kau tidak pernah menganggapku sebagai teman?"

"JUSTRU HAL SEPELE YANG KAU SEBUT ITU MEMBUATKU KEHILANGAN KEDUA ORANG TUAKU, BLAZE!" Teriak Ice. Tanpa sadar, air mata mulai menitik sedikit demi sedikit, nafasnya semakin berat. "Kau tidak tahu bagaimana rasanya hal berharga untukmu direnggut, karena dari awal kau sudah tidak memiliki orang tua!"

Tepat setelah mengatakannya, Ice merasa pandangannya menggelap. Teriakan Blaze memanggil namanya menjadi hal terakhir Ice dengar sebelum kehilangan kesadaran.

Bitter Truth | I [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang