°°°
"UMI MAU MIE SATU PAKE BAKSO, SOSIS, TELORNYA SETENGAH MATENG SAMA KASIH SAYUR SEDIKIT YAAA." Teriakan itu memenuhi warung umi yang ukurannya tidak begitu besar.
"Kebanyakan request bikin aja lo sendiri." Ucap Zahdan sewot.
"Emang napa sih? iri bosss? senggol dong." Gilang bergaya menyilangkan tangannya pada leher sambil menatap Zahdan tengil.
"Kasian Umi udah tua lo kerjain mulu, bego." Zahdan melempar selembaran entah punya siapa yang berada di atas meja.
"Dimana-mana pembeli itu raja, brody. Uminya juga gak keberatan tuh. Karena Umi tuh sebenernya jiwanya masih muda. Cuma ketutup sama umur aja. Katro lo, gitu aja gak tau." Ucap Gilang yang disahut dua jempol dari Umi.
"Lo ngapain sih Tur? Diem-diem bae." Kini giliran Artur yang Gilang ganggu. Cowok itu memang suka sekali memancing kemarahan teman-temannya.
"Diem Lang. Gue lagi ngecek proposal. Sampai ada yang kelewat dicek lo gue tendang ya?" Artur melirik Gilang memperingati. Pasalnya Gilang berbahaya ketika sudah menunjukkan tampang penasarannya. Entah itu akan berakhir ia rusak atau hancurkan.
"Gue cuma mau liat," ucap Gilang polos.
Artur mendorong dahi Gilang yang semakin dekat pada lembaran yang sedang ia pegang. "Gue gak percaya sama tipu daya lo. Gak lagi-lagi gue biarin lo penasaran sama project gue. Bisa ancur nanti."
Gilang berdecak, "pelit banget!"
Zahdan bagian tertawa melihat wajah mengkerut kesal Gilang. Lelaki itu memang tidak pernah bisa menutupi suasana hatinya. Makanya Gilang termasuk yang paling ekspresif di antara mereka.
"Udah kelar, Yal?"
Daniyal melempar jaket hitamnya asal. Duduk dengan wajah lelah dan tidak ingin di ganggu. Maka dari itu tidak ada yang berani bertanya lagi setelah pertanyaan Zahdan mengambang begitu saja tanpa jawaban.
"Umi mau tea jusnya satu." Daniyal sudah merasa lebih baik setelah diam beberapa saat.
"Gimana?" tanya Artur yang mengalihkan fokusnya pada Daniyal.
"Pengen meledak kepala gue. Ribet banget anjing." Gerutu Daniyal.
"Namanya masih baru Yal. Lagi masa ditatar-tatarnya lo. Sebentar doang paling abis ini free lagi." Sahut Gilang pelan. Melihat wajah Daniyal membuatnya merasa kasihan juga. Apalagi sejak awal ini memang bukan keinginannya. Pasti itu menambah beban tersendiri.
"Ngobrolin apaan sih emang sampe dua jam? Rapat OSIS aja kalah," sahut Artur heran. "Padahal selama ini yang gue tau rapatnya gak bakalan selama itu dah. Paling bater setengah jam."
"Gue gak tau sebelum ini kesepakatan mereka kaya gimana. Tapi hasil tadi rapat bilang sistem ini bakalan berlanjut sampai acara Mandala kelar," balas Daniyal dengan nada tersirat tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIYAL
Teen FictionD A N I Y A L "Sampai semesta mempertemukan kita kembali pun, rasa ini nyatanya masih sama."