𖥸 - 病気。

1K 172 10
                                    

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

"Rin!" Bocah dengan surai hijau tua itu menoleh ke samping, alisnya terangkat, bingung. Tapi meski begitu ia tetap berjalan menghampiri orang yang memanggilnya.

"Kok bukan Abang Sae yang jemput Rin?" Ryusei, sang pelaku menarik tas Rin dan ia gendong di pundak kanannya. Mengangkat tubuh Rin untuk naik ke atas motor Ryusei. Motor itu tinggi, bahkan Rin tidak terlihat jika dilihat dari arah yang berlawanan.

"Abang lagi sakit, jadinya suruh gua- aku maksudnya buat jemput Rin."

"Abang sakit apa? Perasaan tadi pagi baik-baik aja, emang bisa sakit dadakan?"

"Iya kayaknya dadakan, orang baru Dateng buat ngambil iPad, dia buka pintu mukanya udah merah."

"Kita beli obat dulu ya buat Abang, sekalian nyari bubur buat dia makan." Lanjut Ryusei.

Ryusei mulai menyalakan mesin motornya, "Rin? Kok ngelamun gitu?"

Rin tersadar dari lamunannya, kepalanya mendongak ke atas, berhadapan langsung dengan wajah Ryusei di sisi bawah, rambut sehelai yang menjuntai ke atas menyentuh rahang tegas milik Ryusei.

"Abang Sae gapapa kan?"

Ryusei sudah menduga sebenarnya, Rin pasti akan bertanya seperti itu, berkali-kali. Ryusei sudah berpengalaman namun dengan POV yang dibalik. Sae juga sering melamun ketika Rin terkena musibah.

Hubungan persaudaraan mereka terlalu kuat, semua orang pasti mengakui itu, tidak ada hati yang tenang jika salah satu dari mereka tidak baik-baik saja.

Dan hebatnya, tidak ada satu pun dari mereka yang mempunyai rahasia penting. Sae tau kehidupan Rin, dan Rin tau kehidupan Sae, mereka berdua sama-sama saling terbuka satu sama lain.

Kejadian apapun itu pasti mereka ceritakan. Itu lah mengapa orang terdekat mereka percaya jika Sae dan Rin tidak bisa berpisah, mau bagaimana pun caranya, mereka akan mencari cara supaya bisa tetap bersatu.

"Abang gapapa kok, cuma demam biasa, besok juga sembuh."

"Nanti Abang jadi kayak Rin, Rin ga mau Abang kayak gitu." Ryusei menyadarinya, tetap saja ia tidak menyangka Rin akan berani mengucapkan kata seperti itu.

"Abang ga akan kayak begitu kok, Rin ga usah pikirin, Rin cuma perlu bantu Abang biar dia ga kecapean, dan selama sakit, Rin jaga dia, ya?"

Ryusei tidak tau apakah perkataannya ini benar atau tidak, pasalnya, Ryusei ini bukan tipe orang yang suka berkata lembut pada siapapun. Justru ia dikenal sebagai laki-laki jahil yang mempunyai muka songong dan tengil.

Untungnya Ryusei masih punya hati untuk tidak menjahili Rin dikeadaan seperti ini. Nada bicaranya tiba-tiba berubah menjadi lebih halus, hanya bertujuan supaya Rin tidak sedih, bisa-bisa Sae memarahinya nanti.

Rasanya sangat mengundang perhatian semua orang melihat Rin anteng duduk di depan dengan tubuh yang agak condong ke depan menahan tubuhnya pada tempat menampungan bensin.

Melihat rambut hijau Rin berterbangan diterpa angin, serta wajah serius Ryusei, sangat menawan. Kali ini laki-laki itu sedikit mempercepat laju motornya, tidak hanya satu atau dua motor atau mobil yang berhasil Ryusei salip.

• 𝗛𝗲𝗺𝗹𝗼𝗰𝗸 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang