─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───
"Rin, kamu ada acara klub sepak bola kok ga bilang-bilang sih?"
"Rin emang ga mau ikut bang, makanya ga ngasih tau."
Sae mendaratkan pantatnya di sofa samping Rin, merangkul pundak sang adik yang sedang asyik bermain video game di ponselnya.
"Kenapa? Biasanya excited banget kalo masalah ginian."
"Emang lagi ga mau aja, abang kan di tanggal itu mau buka toko, Rin mau bantu aja daripada ikut gituan."
Sae tersenyum miring, "emang Rin mau bantu apa? Di sana cape tau, lebih asik main bola." Ucapnya seraya mencubit pipi kanan Rin.
"Ah males, pasti teamnya ga jelas lagi soalnya dipilihin ngacak, Rin ga suka bang kalo kalah terus, mending ga usah main sekalian."
Oh.
Alasan yang cukup masuk akal, ternyata sifat tidak mau kalah Sae menurun ke adiknya. Setiap apa yang mereka pertaruhkan, apapun itu, mereka harus memenangkannya.
Memang lebih baik tidak usah ikut sama sekali daripada harus kalah, itu sama saja dengan usaha mengkhianati hasil kan? Bukan berarti mereka takut untuk mencoba. Hanya saja, kalau memang dari awal sudah tau kalah, untuk apa dicoba lagi? Hanya membuang energi saja.
Tentu saja keputusan Rin harus Sae hargai, yang bermain adalah Rin, Sae hanya bisa menjadi sebuah penyemangat saat Rin bertanding. Dan lagi, Sae tidak akan bisa datang juga karna ia harus mengurus bisnis barunya.
Tepat sekali tiga hari lagi, Sae sudah dapat kesibukan baru, padahal dirinya baru saja lepas dari perkuliahan dua Minggu yang lalu. Dirinya stress selama lima tahun terakhir, dan sekarang harus sibuk lagi dengan pekerjaan barunya.
"Abang kenapa mau aja sih bisnis bareng kak Ryusei, dia kan ga bisa apa-apa."
"Kata siapa?"
"Kata kak Kaiser."
"Emang Rin udah pernah liat Ryusei ngelakuin sesuatu trus gagal gitu?"
"Engga sih, kak Ryusei kan cuma bisa main bola, kenapa ga jadi atlet aja atau pelatih gitu, kan lebih meyakinkan duitnya daripada ikut Abang."
"Hm, Abang juga mikir gitu sih, tapi ya gimana, tanggung jawab pelatih lebih gede daripada buka usaha, dia tipe orang yang ceroboh, jadi kalo salah pasti fatal banget, nanti kalo klub yang dia pegang kalah terus dapet duit dari mana coba?"
"Kalo hancur kak Ryusei masuk penjara dong bang."
"Rin."
Rin memamerkan gigi gigi putihnya di hadapan Sae, merasa lucu dengan lawakannya sendiri. Bagaimana cara Rin terkikik membuat Sae geli mendengarnya.
"Nanti kalo Rin udah tujuh belas tahun, bisnis Abang buat Rin ya biar Rin ga susah cari kerja lagi."
Sae mengangkat bibirnya sedikit, "Iya Rin, Abang kasih semua saham bisnis itu atas nama Rin deh, tapi Abang ga kerja lagi ya?"
"Ih, Rin gantian dong kerja sendiri?"
"Biar mandiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
• 𝗛𝗲𝗺𝗹𝗼𝗰𝗸
Short Story. . . "Life is like weather. Cloudless, raining, snowing. Either can happen. What about an umbrella? I keep holding one. So let's get under it together." Character by Muneyuki Kaneshiro. Start : 31 Maret 2024 End : -