"Makan bubur ini, Dhipa, bibi Medey sudah susah payah membuatnya."
Di dalam kamar mewah, Dhipa duduk di atas ranjangnya bersama selimut tebal. Gadis itu menghela napas, "Aku tidak lapar, kak."
Usha tetap memaksa, "Kau sudah tidak makan tadi pagi."
"Rasanya perutku penuh."
"Baru sehari sejak bangunmu dari tidur panjang," Usha duduk di samping adiknya, "Bagaimana jika sakit lagi? Aku begini juga karena khawatir."
"Baik-baik, sini buburnya." Dhipa mengalah dan menerima mangkuk dari Usha.
Tok tok tok
Pintu kamar diketuk, Ethan datang dengan keringat menetes di seluruh tubuhnya. Lelaki itu mengibas-kibaskan pakaian yang basah.
"Astaga, bau." Dhipa mengeluh dan segera menutup hidungnya.
"Kau datang membuat suasana semakin buruk, ya."
Ethan tertawa kecil, "Aku menghabisi semua ksatria di lapangan, untuk melepas rasa gundah."
"Gundah?" Dhipa meletakkan sendoknya, "Gundah karena siapa?"
Usha berdahem, "Akhem, habiskan saja makananmu."
"Gundah karena siapa?" Dhipa terus mengulang pertanyaannya.
"Karena Kivandra." Ethan dengan blak-blakan menjawab.
"Hah." Dhipa membuang pandangan, "Rakyat itu lagi?"
"Ethan hanya memiliki kecemasan yang berlebih, jangan hiraukan dan fokus dengan pemulihanmu." Usha mengambil alih sendok dan menyuapi adiknya.
Baru sehari berjalan sejak hilangnya Kivandra dari Istana, Usha merasa hidupnya terlalu hitam putih. Senyuman jarang keluar dari mulutnya.
Ruang makan sementara kosong karena Dhipa harus berada di kamarnya, Usha dan Ethan kembali fokus dengan pekerjaan internal Istana.
Dhipa menelan bubur dari suapan Usha, "Ayah mana?"
"Ayah tidak pernah keluar kantor, dia sangat sibuk akhir-akhir ini. Memang benar jika ada masalah, tapi aku tidak tahu masalah apa itu."
"Kenapa tidak tanya? Bagaimana jika terjadi apa-apa?"
"Aku tidak mau memaksa ayah." balas Usha.
Dhipa menelan lagi suapan bubur dari kakaknya, "Bertanya saja, kalau tidak dijawab, ya sudah."
"...."
Semangkuk bubur penuh akhirnya habis tak tersisa, Usha memberikan mangkuk kosong tersebut ke pelayan.
"Aku mau pergi." ujar Usha sembari membenarkan pakaiannya.
Ethan dan Dhipa sama-sama menoleh, "Ke mana?"
"Ke kantor Ayah."
***
Entah kenapa, langkah Usha menuju kantor Kaisar begitu cepat. Tangan lelaki itu bergerak hendak mengetuk pintu, namun ....
"Ini begitu mengejutkan, baginda."
Dari dalam kantor, terdengar suara asing di telinga Usha.
"Sebelumnya saya berusaha menggali informasi tentang masa lalu nona Kivandra, namun selalu berakhir sia-sia seolah ada yang menutupi."
Usha tersentak, Kivandra?
"Kemarin saya mencoba lagi, dan, saya menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Nona Kivandra adalah ...."
Deg.
Pijakan kaki Usha seolah menghilang, lelaki itu hampir roboh begitu saja ke lantai. Sebuah informasi yang begitu mengejutkan dan mustahil datang padanya.
Ini ... ini sebuah jawaban dari segala pertanyannya.
"Nona Kivandra merupakan saudara kembar dari Putri Dhipa, yang dibawa kabur oleh Ratu di masa lalu."
Brak!
Usha membuka pintu dengan kencang, "Jelaskan perkataanmu!"
Bayang-bayang Kaisar, lelaki dengan baju serba hitam, tampak terkejut. "P-pangeran--"
"Jelaskan saja." Kaisar memijit dahinya, "Lanjutkan laporanmu."
"Baik, baginda," lelaki berbaju hitam itu menunduk, "Nona Kivandra memang dibawa kabur oleh sang ratu, namun tiba-tiba saja nona Kivandra diasuh oleh orang lain. Ratu menghilang tanpa jejak, baginda."
"Kembaran Dhipa? Bukankah kata ayah, kembaran Dhipa itu sudah tiada? Apa maksudnya?" Usha sangat pusing dengan informasi yang ia terima.
Kaisar menggeleng, "Aku tidak tahu, Usha. Ini terlalu membingungkan, sudah lama aku ... tidak merasakan perasaan ini."
"Aku terlalu bingung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...