Pagi itu, suasana di SMA Rivery International School terasa lebih cerah dari biasanya. Matahari bersinar terang dan burung-burung berkicau riang, seolah-olah merayakan hari yang baru. Saat aku berjalan menuju sekolah, aku merasa lebih percaya diri dari hari sebelumnya. Mungkin karena aku tahu bahwa ada teman-teman yang siap mendukungku.
Di kelas, pelajaran berlangsung seperti biasa. Namun, pikiranku terus melayang pada rencana sore ini. Kami berencana untuk bertemu di kafe dekat sekolah setelah jam pelajaran usai. Lula, Luna, dan aku sudah merencanakan untuk menghabiskan waktu bersama, berbincang-bincang dan mungkin juga membahas beberapa rahasia yang selama ini kami simpan.
Begitu bel sekolah berbunyi, kami semua bergegas menuju kafe yang dimaksud. Tempat itu nyaman dan tenang, cocok untuk berbicara tanpa gangguan. Kami memilih meja di sudut ruangan, memesan minuman favorit kami, dan mulai berbincang.
"Jadi, bagaimana menurut kalian tentang geng baru kita?" tanya Luna sambil menyeruput kopinya.
Lula tersenyum. "Aku suka. Mereka semua menyenangkan dan kita bisa jadi diri sendiri di antara mereka."
Aku mengangguk setuju. "Iya, aku juga merasa begitu. Tapi, aku rasa kita semua punya rahasia masing-masing yang belum terungkap."
Lula dan Luna saling berpandangan, lalu melihat ke arahku. "Apa maksudmu, Anggela?" tanya Lula penasaran.
Aku menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan pada kalian. Sesuatu yang mungkin akan mengubah cara kalian melihatku."
Mereka berdua terdiam, menunggu dengan penuh perhatian. Aku pun mulai menceritakan pengalamanku di sekolah asrama sebelumnya, bagaimana aku harus keluar karena masalah tertentu, dan bagaimana aku bertemu dengan Daris di ekskul Taekwondo. Aku juga bercerita tentang perasaanku yang campur aduk saat harus pindah ke sekolah baru dan memulai semuanya dari awal.
Lula menggenggam tanganku. "Kamu tidak sendiri, Anggela. Kami semua punya cerita yang mungkin tidak selalu menyenangkan."
Luna mengangguk setuju. "Aku juga punya rahasia yang ingin kubagi. Sebenarnya, aku pernah mengalami masalah yang cukup berat di sekolah sebelumnya. Aku di-bully karena penampilanku yang berbeda. Tapi di sini, aku merasa lebih diterima."
Mendengar cerita Luna, aku merasa terharu. Ternyata, kami semua memiliki beban yang sama, hanya saja kami menanganinya dengan cara yang berbeda. Kami saling berbagi cerita hingga sore menjelang, merasa lebih dekat satu sama lain.
Sementara itu, Daris dan geng laki-laki sedang bermain basket di lapangan sekolah. Daris, yang biasanya ceria dan penuh semangat, tampak sedikit murung. Alvin, yang sudah lama mengenalnya, segera menyadari perubahan sikap temannya.
"Daris, ada apa? Kamu kelihatan nggak seperti biasanya," tanya Alvin sambil mendribble bola.
Daris menarik napas panjang sebelum menjawab. "Aku cuma kepikiran sesuatu, Vin. Tentang Anggela."
Alvin mengerutkan kening. "Anggela? Kenapa memangnya?"
Daris berhenti sejenak, mencoba merangkai kata-katanya. "Aku merasa ada sesuatu yang dia sembunyikan. Aku nggak tahu apa itu, tapi aku bisa merasakannya."
Alvin menepuk bahu Daris. "Mungkin kamu bisa tanyakan langsung padanya. Kita nggak akan tahu kalau nggak pernah bertanya."
Daris mengangguk pelan. "Kamu benar. Mungkin aku harus bicara dengan Anggela."
Sore itu, setelah bermain basket, Daris menemui Anggela di kafe. Ia melihat Anggela sedang tertawa bersama Lula dan Luna. Saat melihat Daris mendekat, Anggela memberikan senyuman hangat.
"Daris, ada apa? Kok kamu kelihatan serius banget?" tanya Anggela.
Daris duduk di sebelahnya. "Anggela, aku cuma ingin tahu. Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku? Aku merasa ada yang nggak beres."
Anggela terdiam sejenak, lalu melihat ke arah Lula dan Luna yang memberikan anggukan mendukung. "Sebenarnya, Daris, aku memang punya rahasia. Tapi sekarang aku sudah menceritakannya pada Lula dan Luna. Mungkin sekarang saatnya aku juga memberitahumu."
Daris mendengarkan dengan seksama saat Anggela menceritakan semuanya. Setelah mendengar ceritanya, Daris tersenyum dan menggenggam tangan Anggela. "Kamu nggak perlu khawatir. Apa pun yang terjadi, kita akan selalu mendukungmu."
Malam itu, kami pulang dengan perasaan lega. Rahasia yang selama ini membebani kami akhirnya terungkap, dan persahabatan kami semakin kuat. Kami tahu bahwa kami bisa saling percaya dan mendukung satu sama lain, apa pun yang terjadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/328350661-288-k116939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Manis SMA Rivery
Teen FictionAnggela dan Daris, dua remaja yang meninggalkan sekolah asrama dengan berbagai kenangan dan luka, kini memulai lembaran baru di SMA Rivery International School. Bergabung dengan geng bekas anak asrama, mereka menghadapi tantangan, persahabatan, dan...