Keesokan harinya, aku bangun lebih awal dari biasanya. Hari kedua di SMA Rivery terasa lebih menjanjikan, mungkin karena aku sudah memiliki teman-teman baru yang membuatku merasa diterima. Setelah bersiap-siap, aku berjalan menuju kelas dengan semangat baru.
Saat memasuki kelas, aku melihat Daris duduk di bangkunya, asyik berbicara dengan Ratu dan Justin. Mereka tampak akrab dan saling melempar candaan. Aku tersenyum dan melambaikan tangan ke arah mereka sebelum duduk di tempatku.
Tidak lama setelah itu, Lula dan Luna muncul di pintu kelas. Lula dengan senyumnya yang selalu ceria, sementara Luna dengan tatapan matanya yang tajam namun ramah. Mereka langsung menuju tempatku duduk dan mengajakku mengobrol tentang berbagai hal.
"Kemarin gimana, Anggela? Sudah mulai betah di sini?" tanya Lula sambil duduk di sampingku.
"Ya, lumayan. Anak-anak di sini seru-seru," jawabku. "Apalagi Daris, dia membuat segalanya jadi lebih mudah."
Luna mengangguk. "Daris memang begitu. Dia selalu tahu cara membuat orang merasa nyaman."
Pelajaran pagi itu berlangsung dengan cepat. Aku mulai terbiasa dengan suasana kelas dan cara mengajar para guru di sini. Namun, pikiranku terus melayang ke arah geng baru kami dan kegiatan apa yang akan kami lakukan hari ini.
Saat jam istirahat tiba, kami semua berkumpul di kantin seperti hari sebelumnya. Kali ini, kami duduk di meja yang lebih besar agar semua anggota geng bisa duduk bersama. Cella, yang baru bergabung dengan kami, juga ikut duduk di sana. Ia langsung menjadi pusat perhatian dengan cerita-cerita lucunya tentang kehidupan di Amerika.
"Cella, kamu harus ajarin kita main Mobile Legends," kata Oca sambil tertawa. "Kamu dan Lutfi kan jago banget."
Cella tersenyum dan mengangguk. "Tentu, kapan-kapan kita main bareng. Tapi ingat, aku hanya jago di Assasin, jadi kalian harus pilih role yang lain."
Kami semua tertawa dan mulai merencanakan sesi bermain game bersama. Obrolan kami berlanjut hingga bel kembali berbunyi, menandakan akhir dari jam istirahat. Namun, semangat kami tidak padam. Kami berjanji untuk bertemu lagi setelah sekolah dan bermain bersama di ruang game yang ada di sekolah.
Setelah sekolah, kami semua berkumpul di ruang game. Ruangan ini dilengkapi dengan berbagai konsol dan komputer, serta beberapa meja dan kursi yang nyaman. Kami segera memilih tempat dan memulai sesi bermain game. Aku memilih Esmeralda sebagai hero-ku, sementara Cella dengan Assasin andalannya.
Permainan berjalan seru. Suasana penuh dengan tawa dan teriakan semangat. Meski aku tidak seahli Cella atau Oca, aku merasa diterima dan didukung oleh teman-teman baruku. Daris, yang biasanya selalu serius, bahkan ikut tertawa dan bercanda dengan kami.
Setelah beberapa jam bermain, kami memutuskan untuk beristirahat. Kami duduk di sofa dan mulai berbicara tentang berbagai hal, dari sekolah hingga kehidupan pribadi. Ternyata, meski berasal dari latar belakang yang berbeda, kami memiliki banyak kesamaan.
"Dulu aku pikir, sekolah baru akan jadi mimpi buruk," kataku sambil tersenyum. "Tapi sekarang, aku merasa beruntung bisa ada di sini bersama kalian."
Lula mengangguk setuju. "Kita semua merasa begitu, Anggela. Persahabatan ini adalah hal terbaik yang pernah terjadi."
Kami semua saling berpandangan dan tersenyum. Di saat itu, aku merasa bahwa aku telah menemukan tempatku. Persahabatan baru ini memberikan harapan dan kebahagiaan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Dan dengan teman-teman baru ini, aku yakin akan menghadapi masa depan dengan lebih percaya diri dan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Manis SMA Rivery
Fiksi RemajaAnggela dan Daris, dua remaja yang meninggalkan sekolah asrama dengan berbagai kenangan dan luka, kini memulai lembaran baru di SMA Rivery International School. Bergabung dengan geng bekas anak asrama, mereka menghadapi tantangan, persahabatan, dan...